Kesaksian Maba FH Atas Kericuhan PKKMB Fakultas

Kesaksian Maba FH Atas Kericuhan PKKMB Fakultas

SKETSA - Pagi hari, 16 Agustus 2018, di grup percakapan mahasiswa baru (maba) Fakultas Hukum (FH) beredar kabar bahwasanya jalan menuju fakultas telah diblokade oleh sekelompok mahasiswa senior yang menolak berlangsungnya kegiatan PKKMB di fakultas.

Blokade itu dimulai sebelum pukul 7 dengan membakar ban. Semula info awalnya para maba diminta untuk berkumpul di FH pukul 7.30 untuk melanjutkan masa orientasi kampus. Tetapi selanjutnya, rencana terpaksa berubah setelah munculnya blokade.

Mujib, bukan nama sebenarnya, adalah satu di antara sekian maba yang akan mengikuti kegiatan ini. Sehari sebelumnya ia juga ikut masa adaptasi tingkat universitas di Gor 27 September. Menjadi sejarah sebab tahun ini adalah kali pertama bagi FH mengikuti PKKMB universitas dan bisa bertahan hingga akhir acara.

Lewat grup percakapan resmi yang berisi dosen-dosen, kata Mujib, maba diminta untuk beralih titik kumpul di gedung MPK. Di sanalah maba FH ini melaksanakan kegiatan PKKMB—untuk beberapa jam yang kondusif. Mujib bercerita di sana ia dan kawan-kawan maba lainnya sempat membuat yel-yel, memperkenalkan diri, dan memainkan games.

Dalam kegiatan PKKMB itu turut serta lembaga macam LKBH dan unit kegiatan mahasiswa seperti LDF Al-Mizan dan LKISH. Minus dua organisasi mahasiswa (ormawa) yaitu BEM FH—sedang dalam masa pembekuan—dan DPM FH.

Khusus ormawa terakhir, Muhammad Faisal Fadhil, Ketua DPM FH mengakui kepada Sketsa pihaknya lah yang melakukan aksi blokade jalan tersebut. DPM FH menuding tak digubris birokrat FH untuk melaksanakan Masa Pengenalan Mahasiswa Baru (MPMB). Sebaliknya, mereka justru menyelenggarakan PKKMB, yang notabene anjuran dari Kemenristekdikti, lagi-lagi tanpa melibatkan DPM FH sebagai ormawa tertinggi di FH.

Memasuki pukul 10, kata Mujib, kelompok mahasiswa senior yang menolak PKKMB menyambangi mereka di gedung MPK. Kelompok mahasiswa itu datang dari arah Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan sembari menyembunyikan sirine toa dan berteriak meminta acara dibubarkan.

Melihat itu dosen dan kelompok mahasiswa yang mendukung PKKMB, meminta maba untuk berkumpul menjadi satu. Lantas Mujib dan maba lain mulai bernyanyi lagu 17 Agustus, Padamu Negeri, dan lagu nasional lainnya sebagai upaya memicu semangat sekaligus menegaskan keinginan mereka untuk tetap bertahan di PKKMB.

“Menandakan kami tidak ingin mereka ini ada di sini. Bahwa ini memang acara yang resmi. Baik menurut saya,” kata Mujib.

Setelah kegaduhan itu maba dikerahkan untuk menuju ke gedung rektorat. Semula mereka di lantai satu, kemudian bergerak lagi ke lantai dua. Di momen ini, kata Mujib, keadaan kembali aman bahkan sempat ada pemaparan berupa materi bela negara.

Saat hendak dilaksanakan salat zuhur, datang dua alumni FH.

“Fakultas Hukum itu bukan di sini, Fakultas Hukum itu ada di sana. Ini rektorat. Kalian ngapain di sini? Kalian ini masih maba enggak tahu sopan santun,” kata Mujib mengulang kata-kata alumni siang itu.

Selepas salat zuhur, Mujib dan kawan-kawan dikumpulkan lagi. Kali ini diberitahu bahwa jalan kegiatan PKKMB terpaksa diakhiri lebih cepat karena keadaan yang tidak kondusif. PKKMB yang semula henda dilaksanakan dua hari pada 16 dan 18 Agustus diputuskan untuk berakhir setengah hari itu.

Tak Takut Ancaman Tak Bisa Berorganisasi di FH

“Bisa dibayangkan psikis seorang mahasiswa (baru). Kita ini masih siswa SMA yang langsung di hadapkan dengan masalah orang dewasa. Tentu saja psikis teman-teman tidak baik," keluh Mujib.

Meski demikian, Mujib mengaku tidak sampai membenci alumni dan kakak tingkatnya, sekalipun menurutnya, sikap yang dipertontonkan oleh para seniornya itu tidak mencerminkan sesuatu yang baik. Berbeda dengan yang dilakukan oleh senior mereka di LKBH, LDF Al-Mizan, dan LKISH yang dianggap Mujib baik dan itu menerbitkan hormat dari para maba.

Mujib merasa kegiatan PKKMB yang diikutinya, baik di tingkat universitas dan setengah hari di fakultas, seru dan menyenangkan. Dari PKKMB ia jadi bisa mengenal para UKM. Ia justru menyayangkan, mengapa tahun-tahun dulu FH selalu menarik mabanya keluar dari acara universitas.

Dalam wawancaranya kepada Sketsa, Muhammad Faisal Fadhil, Ketua DPM FH menyebut ingin memperjuangkan hak maba dalam berorganisasi. Sebab, syarat untuk masuk ormawa di FH menurut AD/ART KM FH adalah harus memiliki sertifikat MPMB.

Bagi Mujib ia tidak terlalu merisaukan hal itu karena sudah mendengar kisah-kisah dari seniornya. Di mana para senior yang tidak mengikuti MPMB, nyatanya hingga hari ini bisa eksis menjadi bagian dari lembaga-lembaga di kampus. Mujib sendiri masih belum tahu akan mengikuti organisasi apa, tapi ia sudah punya niat untuk bergerak di fakultas.

“Saya ingin membenahi dulu fakultas saya,” ujarnya. (wal/aml)