Kenangan dan Kenyataan di KRUS

Kenangan dan Kenyataan di KRUS

SKETSA  – Pukul 5 subuh di dalam bus perjalanan dari Sangatta menuju Samarinda. Ninda Khalifatunnisa sulit untuk menutupi perasaan antusiasnya dalam mengikuti tur studi SMP-nya kali ini. Ia beserta rombongan hendak mengunjungi Kebun Raya Unmul Samarinda (KRUS), tempat wisata kesohor yang setahun belakangan sonder wisatawan.

Sejak dibuka sebagai tempat wisata pada 2001, KRUS masuk sebagai tempat favorit yang ramai dikunjungi oleh warga kota. Jika Bogor bangga dengan Kebun Raya Bogor, maka Samarinda bersyukur telah memiliki KRUS. Koleksi flora dan faunanya banyak dan beragam. Selain berbagai macam pepohonan, flora di sini juga punya koleksi bunga langka seperti anggrek hitam. Ditambah dengan 24 jenis satwa termasuk yang dilindungi seperti buaya, orang utan, monyet ekor panjang, burung merak dan masih banyak lainnya.

Fasilitas yang disediakan tak kalah menunjang. Ada taman hiburan anak, panggung pertunjukan, bianglala, komedi putar, delman, akuarium ikan, Museum Kayu, dan masih banyak lagi. Wajar bila wisatawan yang pernah berkunjung memiliki ingatan khusus tentang KRUS. Sekalipun secuil dan samar, ingatan itu tetap menjadi benang cerita yang dikenang. Sebagaimana Ninda yang masih ingat.

“Yang pertama aku kunjungin itu yang koleksi-koleksi ikan di akuarium. Terus lihat orang utan, terus terakhir ke Museum Kayu,” kata Ninda.

(Baca: https://sketsaunmul.co/berita-kampus/krus-tenggelam-turut-bersamanya-adalah-museum-kayu/baca)

Yang Terjadi Sesudahnya

KRUS terkini adalah distopia. Sudut-sudut fasilitas yang dulu dibanggakan dan ramai oleh wisatawan kini hanya memperlihatkan kemurungan. Sepeda-sepeda bebek ditaruh di darat, danau dipenuhi daun kering yang basah lalu menghitam, rumput tinggi, dan bianglala yang tak pernah berputar.

Apa yang Ninda ingat tentang pengalamannya di KRUS pada hari itu, kondisi riilnya telah berubah drastis pada hari ini.

Akuarium ikan sama tidak terawatnya dengan fasilitas yang lain. Belasan akuarium tidak berisi air, kalaupun ada warna airnya tak normal alias keruh. Dalam air keruh itu tidak ada ikan yang ada hanya jentik nyamuk.

Dalam wawancara bersama Sketsa, April 2017 lalu, Dekan Fakultas Kehutanan, Rudianto Amirta mengatakan KRUS memang tak memiliki izin konservasi. Pada April 2015 sebagian satwa yang dilindungi mulai ditarik dari KRUS. Dibawa ke Berau oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Timur. Satwa di KRUS yang kena angkut antara lain beruang, uwa-uwa, dan orang utan. 

Amirta menjelaskan peraturan izin konservasi ini baru diterapkan. Sebelumnya BKSDA malah jadi pihak yang menitipkan satwa ke KRUS. Ketika itu BKSDA merasa tak cukup mampu menampung semua satwa yang ada. Belum sempat menemukan penggantinya, KRUS sudah dinyatakan non-aktif sebagai tempat wisata.

(Baca: https://sketsaunmul.co/berita-kampus/darurat-museum-kampus-unmul/baca)

Museum Kayu tidak kalah tragis. Dari jauh bangunan museum memberi kesan lengang yang hening. Jembatan kayu yang menjadi kekhasan saat menuju museum telah dipenuhi dengan rumput yang merambat hingga bagian muka bangunan.

Ada dua pendopo yang perlu dilewati untuk tiba di Museum Kayu. Pendopo pertama relatif aman, tiba di pendopo kedua tampak badan jembatan mengalami penyempitan—karena terganggu rumput. Di pendopo kedua ini terdapat pagar yang digembok, tanda yang menjelaskan museum terisolir.

Ariyanto, pengelola kawasan KRUS tahun lalu berujar koleksi kayu tetap ditaruh di dalam gedung. Dalam keadaan tidak ada yang merawat. Sketsa pun masuk lebih dalam, berusaha memastikan sendiri kondisi ruangan di dalam museum. Pemandangan yang tersaji agak kontras. Dari sisi luar gedung, Museum Kayu terlihat terbengkalai sedangkan di dalam ruangan koleksi museum tertata rapi sesuai dengan penempatan. Namun tidak dengan kondisi koleksi kayu yang berdebu. Bahkan, di lantai dasar, satu koleksi kayu terlihat mulai disantap rayap.

“Museum Kayu bersih, terawat, sampingnya waktu itu masih rumput-rumput ilalang. Jadi kita pakai jembatan untuk bisa sampai,” kata Ninda mengenang. (ajy/wal/els)