Kaleidoskop Perjalanan Unmul 2016 dari Sketsa

Kaleidoskop Perjalanan Unmul 2016 dari Sketsa

SKETSA – Selamat tahun baru 2017! Perjalanan Sketsa selama 2016 tentu tidak lepas dari pemberitaan dan isu yang sempat merebak satu tahun kemarin. LPM Sketsa sebagai satu-satunya media kampus terbesar di Universitas Mulawarman adalah pihak yang memungkinkan diri paling dekat dengan isu-isu kampus.

Mungkin Anda, pembaca setia kami yang setiap hari menyentuh link berita yang kami sebarkan, cukup mengetahui apa saja yang telah kami angkat dan sajikan di layar komputer maupun telepon seluler Anda. Melalui tulisan ini, kami runut kembali peristiwa yang sempat kami himpun dan terjadi pada 2016.

Februari

Awal tahun lalu diawali kelabu. Terjadi peristiwa perpeloncoan di pengaderan Himakim FMIPA Unmul. Kabarnya, banyak keganjilan yang terjadi waktu itu. Mulai waktu penyelenggaraan hingga sejumlah panitia yang kabarnya dipanggil untuk menandatangani sebuah surat di hadapan dekan beserta jajarannya. Enggannya panitia untuk di konfirmasi, serta ketakutan bicara yang jelas tampak terlihat dari respons mahasiswa baru yang mengikuti pengaderan membuat kasus ini kian mencurigakan dan terpaksa terhenti karena semua pihak kompak tutup mulut.

Maret

Saat itu, keamanan Unmul yang renta mencoba menerapkan sistem portal yang banyak menuai pro dan kontra. Sempat dijalankan satu hari dengan sistem penunjukan identitas saat memasuki Unmul. Ditambah peraturan stiker yang mewajibkan seluruh warga Unmul untuk menempelkannya di kendaraan masing-masing. Fenomena portal ini menjadi perbincangan hangat. Tak hanya portal, upaya-upaya lain pihak kampus guna meningkatkan pengawasan keamanan kampus juga jadi sorotan.

Semisal penggunaan tali tambang sebagai polisi tidur di Unmul. Sejumlah komentar yang masuk kepada kami, menyampaikan keresahan dan persetujuannya tentang polisi tidur tidak layak, yang seiring waktu perlahan rusak di beberapa titik. Pihak keamanan wacananya bakal ditambah dan ditingkatkan kualitasnya, kini tinggal cerita. Pos jaga satpam yang dibangun sepaket dengan portal, kini tak berpenghuni. Memasuki Unmul kini tak perlu repot tunjukkan identitas apalagi stiker.

April - Mei

Berbeda dengan memasuki Unmul dalam arti lain. April hingga Mei, ribuan calon mahasiswa baru memasuki Unmul dengan persiapannya masing-masing. Melalui sejumlah jalur, mereka berjuang. Meski terdapat kekurangan dalam pelaksanaannya, peserta tampak antusias berebut bangku kuliah.

Euforia mahasiswa baru, berbanding lurus dengan euforia mahasiswa lama yang dijadwalkan mengikuti proses perkuliahan akhir, KKN 42. Mereka berpencar ke sejumlah wilayah dengan membawa program kerjanya masing-masing. Pembekalan hingga persiapan menuju keberangkatan mengisi hari mereka. Namun, nyatanya tak semua berjalan sesuai angan. Besaran rupiah yang dijanjikan untuk mahasiswa KKN, bahkan hingga kini masih saja keruh.

Belakangan ini, pemberitaan tentang KKN cukup intens Sketsa angkat. Bahkan, pembaca dari berita-berita KKN tergolong banyak dengan dibuktikan melalui angka viewers dan kali penyebaran. Sketsa kala itu disebut-sebut kiblat informasi KKN tercepat, terlengkap, dan termudah.

Juni

Pertengahan tahun muncul suara minor dari BEM FTIK yang menolak adanya fakultas baru bernama FKTI. BEM FTIK ketika itu menilai masih banyak kisruh yang terjadi di tubuh FTIK dan tak mampu terselesaikan oleh dekan. Namun, kini fakultas itu resmi berdiri, dengan FTIK dan program studi Ilmu Komputer sebagai komposisinya. Dekan yang sama juga kembali dipercaya memimpin FKTI.

Agustus

Memasuki bulan Kemerdekaan, Mulawarman riuh dengan persiapan Percepatan Adaptasi Mahasiswa Baru (PAMB). Ajang tahunan terbesar guna menyambut mahasiswa baru Unmul itu menerbitkan banyak kisah. Mulai dari penandatanganan “kontrak” antara mahasiswa penyelenggara dengan birokrat kampus sebagai peristiwa perdana, hingga tragedi pemukulan antar mahasiswa yang sempat memanas.

PAMB 2016 memang terbilang berani tampil beda. Sekalipun isian acaranya hampir sama saja dengan tahun-tahun sebelumnya, otak dan pelaksana teknis PAMB 2016 nyatanya datang dari UKM-UKM dan BEM Fakultas. Artinya, PAMB 2016 tak lagi melulu diisi oleh kader BEM KM Unmul. Adanya perubahan, nyatanya tak selalu memberi kesan nyaman. Kepala yang lebih banyak, keinginan yang makin beragam, ide-ide yang tak kuasa tertampung dan teraplikasikan, menjadikan PAMB 2016 sulit dibilang aman. Pekerjaan rumah yang mestinya dibenahi, terulang kembali. Sebut saja fenomena walk out dan korban pingsan saat PAMB.

Tak lama berselang, saat posko-posko maba 2016 masih tegak berdiri, mahasiswa Unmul dikejutkan dengan kabar rapat megah kalangan birokrat universitas. Rapat di hotel mewah Kota Balikpapan itu menyajikan drama yang sebenarnya pilu untuk disaksikan. Menelan angka hingga ratusan juta rupiah, birokrat secara sadar menabuh genderang perang dengan mahasiswa.

Seperti disampaikan Sketsa dalam pemberitaan ketika itu, rapat dilakukan guna memutuskan pendaftar Unmul yang lolos melalui jalur SMMPTN. Ketika itu pula, banyak kisah pilu mahasiswa yang terancam tidak kuliah karena tak punya uang. Beragam aksi dilakukan untuk mengadvokasi maba. Namun, kalangan birokrat justru berdalih rapat jauh-jauh supaya fokus dan itu hal yang wajar.

Drama rapat megah tentu saja menuai kritik keras dari kalangan mahasiswa. Meme-meme bernada sindiran ketika itu bermunculan mewarnai timeline media sosial. Dibagikan hingga berkali-kali. Surat-suratan antara mahasiswa, dalam hal ini BEM KM Unmul dengan birokrat terjadi. Kisruh rapat megah akhirnya ditangkap Sketsa dengan menggelar sesi diskusi dalam forum Sketsa Public Discussion. Kala itu Sketsa berhasil mempertemukan Wakil Rektor I dan II dengan mahasiswa dari seluruh fakultas di Unmul untuk saling menyampaikan klarifikasi.

September

September Unmul nyatanya tak ceria. Pihak keamanan lagi-lagi kebobolan dengan maraknya kriminalitas di Unmul. Hasrat pembenahan keamanan nyaris tak tersisa. Sebut saja pencurian helm, motor, benda berharga, dan beragam peristiwa lainnya seperti pembegalan. Mirisnya lagi pihak keamanan ternyata tak memiliki data soal ini. Personil yang jauh dari kata cukup, serta perlengkapan yang minim dan sudah tak layak pakai jadi keluhan sekaligus alasan mereka pengamanan kampus jadi tak maksimal. Kampus gelap dengan tiang berisi lampu mati, membuat begal bebas bertindak. Nafsu-nafsu manusia pun siapa yang tahu. Tanpa rasa malu, pada bulan itu sepasang kekasih nekat bersetebuh di salah satu titik terasing di Unmul.

September belum selesai ketika isu UKT kembali mencuat. Nama Trisha, mahasiswi baru FISIP yang terancam tak berkuliah mendapatkan simpati dari sejumlah pihak hingga berita tentangnya naik ke media-media lokal maupun nasional. Galang dana dilakukan, advokasi berkali-kali, tapi hingga kini tak ada yang tahu nasib Trisha. Sebenarnya banyak nama lain, tapi mungkin Trisha lah yang “berhasil” tampil.

Oktober - November

Di bulan ini mahasiswa Unmul menggelar pesta demokrasi tahunannya, Pemilihan Raya (Pemira) BEM KM Unmul. Sejumlah nama digadang-gadang bakal maju dalam pertarungan. Namun, hingga waktunya tiba hanya ada dua pasang calon yang dinyatakan pantas. Dua calon saling unjuk kelebihan. Isu calon boneka sempat mencuat sebab keduanya datang dengan membawa bendera yang sama. Pemira 2016 terasa hambar lagi sunyi senyap. Tiada keriuhan selayaknya Pemira. Hanya beberapa kelompok yang tampak antusias merayakan. Hal ini jelas terlihat dari angka pemilih yang turun drastis berdasarkan data yang dihimpun DPM KM Unmul melalui KPPR 2016.

Berbarengan dengan gelaran Pemira Universitas, beberapa fakultas juga menyelenggrakan hajatan serupa. Perbedaannya, Pemira fakultas lebih kental akan fenomena aklamasi. Berkali-kali ajang Pemira fakultas disajikan, berkali-kali pula terjadi kemenangan sang pemimpin karena tak berlawan. Sejumlah pihak mengatakan ini kemunduran demokrasi. Ada pula pihak yang tak mau membahas ini dan memutuskan menegakkan kepala untuk terus berjalan melewati waktu.

Desember

Akhir tahun, Unmul kian memanas dengan isu pungli. Pengakuan mahasiswa yang ditariki pungutan di luar yang seharusnya dibayar membuat mereka berang. Saat ini pengawalan isu pungli masih berlanjut. Kemenangan-kemenangan yang telah didapat di antaranya sikap tegas pimpinan fakultas yang mencopot oknum yang terbukti melakukan pungli serta aturan-aturan baru yang kian diperketat.

Desember, bertepatan juga dengan ajang penerimaan anggota baru untuk setiap organisasi mahasiswa Unmul. Namun, nyatanya tak semua berjalan sesuai angan. Sebut saja Fakultas Hukum yang secara terbuka mengeluarkan surat pelarangan 27 maba mereka untuk berorganisasi jika tidak mengikuti MPMB dan LK. Surat itu sontak menuai beragam komentar. Bahkan, salah seorang maba memberikan kesaksiannya dan sukses membuat BEM Hukum meradang.

Tercium pula adanya aksi perpeloncoan dalam dua kegiatan MPMB dan LK di Hukum. Mahasiswa dibentak lalu diperintah mencium tanah dan meludahi langit. BEM Hukum bersaksi, cara seperti itu digunakan untuk membentuk mental. Namun, tetap ada saja mahasiswa yang tak begitu merasakan manfaatnya. Bahkan, Wakil Rektor III sudah berniat memberi sanksi jika benar terbukti MPMB dan LK mengandung unsur perpeloncoan.

Masih tentang penerimaan anggota baru, HMJ Sosiologi FISIP Unmul punya cerita lain. Saat pengaderannya, mereka diberi dua ratus konsumsi basi yang ternyata disiapkan oleh bendahara kampus. Akibatnya, beberapa dari mereka sakit perut dan muntah-muntah. Hingga kini belum ada kejelasan terkait kasus tersebut. Kasus ini bahkan mencuatkan indikasi korupsi di tubuh jajaran Dekanat FISIP. Meski begitu, Dekan FISIP telah melarang keras konsumsi disiapkan lagi oleh pihaknya. Sementara itu, Bendahara FISIP telah meminta maaf dan berjanji tak akan mengulangi perbuatannya itu.

Selanjutnya, yang juga mewarnai pengujung tahun, pemberitaan KKN Revolusi Mental yang berkaitan dengan kisruh dana siluman mencuat kembali. Dana yang dijanjikan Rp 6 juta dan hanya diterima maksimal kurang dari Rp 2 juta. Itu pun nyatanya tidak dikelola LP2M, melainkan Wakil Rektor III. Banyak keganjilan tercium, meski tak sebanyak korban yang perlahan mulai tak peduli.

Terakhir, warna Desember ditutup dengan adanya kasus status Facebook mahasiswi D, yang disebut-sebut melanggar UU ITE. Status tersebut membuat kalangan Dekanat FISIP seolah ibarat singa yang terbangun dari tidurnya. Penggunaan kata yang dinilai tidak etis, membuat D terancam skorsing. Dan, terberat D bisa dijerat UU ITE Pasal 27 ayat 3 yang mengatur tentang pencemaran nama baik dengan ancaman hukuman 4 tahun penjara atau denda Rp 750 juta. Saat ini sanksi untuk D sedang dibahas, Dekan FISIP pun sudah memastikan D tidak akan bernapas lega tanpa dijatuhi sanksi.

Dengan cara-cara itulah Unmul melalui tahun 2016. Banyak di antara persoalan-persoalan yang terjadi adalah masalah lawas yang gaungnya bangkit kembali. Semua itu akan mengendap jadi daging jika mahasiswa dan Unmul diam saja tanpa upaya perbaikan. 2017 baru saja datang, tidak ada yang tahu akan seperti apa dan bagaimana tahun ini berjalan. Kendati samar itu yang namanya waktu depan, Unmul beserta semua yang hidup di dalamnya, melenggoklah di atas suakamu. (aml/wal)