Hadir Sejak Juli, Bagaimana Eksistensi Layanan Telemedicine Unmul?

Hadir Sejak Juli, Bagaimana Eksistensi Layanan Telemedicine Unmul?

Sumber Gambar: bantucovid19.unmul.ac.id

SKETSA – Pada 21 Juli lalu, Unmul meluncurkan Layanan Telemedicine Covid-19, untuk mendampingi masyarakat yang sedang melakukan isolasi mandiri (isoman). Mulai dari konsultasi obat-obatan hingga bantuan lainnya. (Baca: https://www.sketsaunmul.co/berita-kampus/luncurkan-telemedicine-covid-19-unmul-siap-bantu-pasien-isolasi-mandiri/baca)

Sebelum menggunakan layanan ini, ada beberapa prosedur yang harus dilewati. Dilansir dari laman bantucovid19.unmul.ac.id, pasien isoman dari civitas academica atau masyarakat luar kampus dapat terlebih dahulu memilih laman Konsultasi Dokter pada beranda website tersebut.

Kemudian, pasien harus melakukan registrasi dengan mengisi Nomor Induk Kependudukan Pasien, Nama Lengkap, Tanggal Lahir, Alamat Lengkap serta Lokasi Tempat Tinggal yang tepat. Jika proses registrasi selesai, selanjutnya pasien diminta untuk memaparkan kondisi terkini saat isoman lalu menyimpannya.

Permintaan konsultasi ini akan diproses untuk ditindaklanjuti. Sebagai catatan, Telemedicine ini hanya melayani pasien terkonfirmasi positif yang memiliki surat keterangan pemeriksaan tes Antigen/PCR dari laboratorium resmi.

Dengan prosesnya yang cukup mudah, sudah seharusnya jika layanan ini memiliki progres yang baik dan memberikan banyak manfaat bagi pasien yang membutuhkan. Selain itu, imbauan dari beberapa tokoh seperti Rektor Unmul, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kaltim, sampai Gubernur Kaltim diharapkan dapat memperkenalkan Telemedicine lebih luas.

Sayangnya, Sketsa menemukan jika sebagian besar civitas academica Unmul tak mengetahui bahwa kampus memiliki layanan Isoman ini. Sketsa sempat mewawancarai dua mahasiswa pada Rabu (1/9) lalu untuk melihat sejauh mana mereka mengetahui Telemedicine.

Natasya Cahyani, mahasiswa Psikologi 2019 menyebut jika ia tak pernah mengetahui lebih lanjut tentang layanan ini. Dirinya hanya mendengar dari temannya yang lebih dulu mendaftar. Meskipun begitu, ia tetap mengapresiasi hadirnya Telemedicine sebagai kontribusi kampus kepada civitas academica dan masyarakat.

“Walaupan saya belum pernah mendaftar, saya rasa dengan adanya layanan ini mahasiswa maupun masyarakat umum akan sangat terbantu,” cetusnya.

Natasya mengatakan, Unmul harus memasifkan publikasi Telemedicine agar dapat mencapai target yang benar-benar memerlukan pendampingan selama Isoman.

“Karena dari yang saya lihat sendiri, hanya 1-2 orang teman saya saja yang tahu. Selebihnya nggak ada yang tahu, bahkan saya. Harapannya dapat lebih dipromosikan saja, sih. Selain itu, semoga ada informasi mengenai layanan atau jadwal vaksin. Karena di Samarinda susah banget cari informasi soal vaksin,” katanya.

Sementara, Nur Laili Masruroh mahasiswa Kehutanan 2019 mengaku bahwa dirinya mengetahui sedikit informasi mengenai Telemedicine dan mendapatkan informasi dari Instagram resmi Unmul. Baginya, layanan tersebut adalah inovasi yang bagus dan ia berharap agar elemen di dalamnya dapat membantu kebutuhan civitas academica dan masyarakat.

“Semoga Telemedicine dapat terus meningkatkan kinerja dan juga publikasi, sebab kurang sekali sosialiasi terkait layanan ini,” ujar Nur.

Hingga berita ini diturunkan, pihak Satuan Tugas (Satgas) Covid-19 Unmul, dr. Nataniel Tandirogang dan Kepala Klinik Unmul, dr. Evi Fitriany masih sulit dihubungi Sketsa terkait keterangan mengenai progres Telemedicine selama hampir dua bulan berjalan. (len/ash/jen/rst)