SKETSA – Derit-derit sepatu massa aksi berdenyit bergesekan dengan aspal saat hujan mengguyur Kota Tepian. Kendati begitu, aksi tetap dilanjutkan. Secara serempak, hari ini, 1 Mei 2017, teriakan ‘hidup buruh’ bergemuruh. Gemanya tidak hanya di satu titik, tetapi juga di segala penjuru dunia. Teriakan yang sama dikumandangkan sebagai peringatan perlawanan dan perjuangan kaum buruh di Amerika Serikat pada 1806 silam.
Di Samarinda, aliansi yang menamakan diri mereka sebagai Gerakan Rakyat Menggugat (Geram) melakukan aksi solidaritas. Aliansi yang berisikan sejumlah elemen organiasi internal maupun eksternal kampus itu tampak berbaris menghadap Jalan M. Yamin dari depan gerbang utama Unmul. Satu per satu bergantian menyampaikan orasi politiknya, sementara yang lain terlihat memegangi spanduk dan karton bertuliskan tuntutan-tuntutan. Aksi tersebut berlangsung sejak pukul 10.00 Wita dan ditutup evaluasi pukul 13.00 Wita.
“Aksi hari ini adalah memperingati Hari Buruh Internasional yang hasilnya bisa kita rasakan sekarang. Misalnya hari libur, pengurangan jam kerja, dan sebagainya. Semua itu didapat bukan dari meminta-minta belas kasihan dari para penguasa, tapi dari kerja keras dan darah kaum buruh,” terang Angga Kusuma Wijaya, humas aksi.
Dikatakan Angga aksi yang dilakukan pihaknya itu berbentuk solidaritas dengan memobilisasi massa. Sekalipun tidak bersama kaum buruh, mereka berupaya mengambil garis demarkasi yang tegas bahwa bersolidaritas dalam merespons Hari Buruh yang tepat adalah dengan cara yang demikian. “Dengan begitu, kita akan mampu memaknai bagaimana momentum Hari Buruh Sedunia itu diperingati,” imbuhnya.
Adapun, rangkaian dari puncak aksi hari ini yakni berangkat dari pendiskusian-pendiskusian antar elemen mahasiswa dalam Geram dan diskusi bersama kaum buruh di Muara Badak yang terancam di PHK. Pimpinan serikat buruh mereka bahkan tengah ditahan karena berupaya menuntut dan melakukan perlawanan.
Menanggapi soal absennya sejumlah elemen organisasi mahasiswa lainnya dalam aksi yang dihelat Geram, Angga menyebut sebagai penyakit gerakan mahasiswa yang sektarianisme dan cenderung spontanitas. Menurutnya, gerakan mahasiswa harus menyentuh segala lini, tidak hanya pendidikan, tapi juga buruh, tani, lingkungan, dan sebagainya secara reguler dan kontinyu.
“Memang penyakit gerakan mahasiswa adalah terjangkit sektarianisme dan spontanitas, ya baru bergerak ketika ada momentum atau hal yang berkaitan dengan dirinya saja. Kami bersepakat untuk hadir dalam aksi solidaritas bersama mereka, membuktikan bahwa kami tidak sektarian sekaligus memajukan gerakan yang mereka bangun,” kata Angga.
Perihal tuntutan, ada 42 tuntutan yang disuarakan Geram dalam lima bidang. Pertama, bidang pendidikan yakni, hentikan liberalisasi pendidikan dan wujudkan pendidikan gratis, demokratis, ilmiah, profesional, dan bervisi kerakyatan secara merata, cabut SK rektor tentang penetapan golongan terhadap mahasiswa yang lulus lewat jalur SMMPTN, lawan diskriminasi kepada kaum minoritas seperti LGBTQ dan kelompok difabel di sektor pendidikan dalam bentuk apa pun, wujudkan pendidikan seksual sejak dini dan hapuskan buku-buku berstereotipe gender, serta tindak tegas pelaku pelecehan dalam kampus atau ranah pendidikan.
Kemudian di bidang pertanian yakni, hentikan perampasan lahan dan laksanakan reforma agraria sejati, wujudkan pertanian yang kolektif yang dikontrol secara demokratis oleh kaum tani, dan mengganti paradigma revolusi hijau dengan pertanian berkelanjutan.
Selanjutnya, di ranah perempuan Geram menuntut pengadilan HAM untuk menyelesaikan kasus kekerasan seksual dan HAM, cuti hamil minimal 12 bulan dan cuti menstruasi tanpa syarat dengan tetap diupah, bangun pusat penitipan anak di tempat kerja, pemukiman, dan sebagainya, hak bagi perempuan untuk mengontrol tubuhnya, naikkan upah 100% dan upah setara untuk kerja yang setara. Berhenti menjadikan kaum perempuan sebagai objek seksual, tidak menjadikan pelacuran sebagai tindakan kriminal, hapuskan hukum diskriminatif terhadap kaum perempuan dan sahkan RUU penghapusan kekerasan seksual.
Kemudian perlindungan buruh migran Indonesia, dan pekerja rumah tangga, hentikan kriminalisasi aborsi dan cabut semua hukum anti aborsi dengan fasilitas informasi aborsi yang aman tanpa memandang usia dan gratis, menyediakan alat kontrasepsi yang aman bagi perempuan maupun laki-laki secara gratis bagi yang membutuhkan, perluasan layanan umum pada kerja-kerja rumah tangga seperti dapur umum, tempat cuci umum, perawatan lansia, anak, dan sebagainya, akses kesehatan gratis dan tidak diskrimnatif termasuk hak kesehatan reproduksi seksual, menolak kekerasan terhadap anak, perempuan, LGBTQ, dan disabilitas, pengakuan dan perlindungan terhadap keragaman orientasi seksual lintas gender.
Lalu di sektor buruh, tuntutannya ialah cabut PP Nomor 78 tahun 2015 tentang pengupahan, enam jam kerja bagi buruh, kebebasan berserikat tanpa intervensi pemerintah, kebebasan berekspresi dan menyatakan pendapat di muka umum, berikan perlindungan terhadap buruh migran di dalam dan luar negeri, tindak tegas perusahaan-perusahaan yang tidak membayar upah dan tunjangan pekerja, dan berikan jaminan kesehatan dan keselamatan kerja.
Dan yang terakhir, tuntutan secara umum, yaitu hentikan dan lawan kriminalisasi gerakan rakyat, hapus utang luar negeri, pajak progresif bagi perusahaan besar nasional dan multinasional, bangun industrialisasi dan teknologi yang ramah lingkungan bagi pemenuhan kebutuhan hidup di bawah kontrol rakyat, pemberantasan korupsi dan sita harta koruptor, peningkatan subsidi bagi kebutuhan pokok rakyat, hapuskan peran militer dari ranah sipil, hentikan eksploitasi alam, perlindungan lingkungan dan energi terbarukan, tolak reklamasi, rehabilitasi lahan pasca tambang, perkebunan sawit, dan lainnya, tolak eksploitasi kawasan karst, berikan hak menentukan nasib sendiri sebagai solusi demokratis bagi bangsa Papua dan kemerdekaan Palestina, dan bangun solidaritas internasional kelas pekerja.
Aksi hari ini akan dilanjutkan dengan aksi Hari Pendidikan Nasional yang jatuh esok hari (2/5). Selain itu, Geram juga tengah menyiapkan diskusi menjelang Hari Marsinah yang jatuh pada 5 Mei mendatang bertajuk “Di Balik Tabir Perjuangan Marsinah” yang dijadwalkan akan digelar pada Rabu, 3 Mei. (aml/wal)