Evaluasi BEM KM, DPM KM: Gonta-Ganti Menteri Itu Mengggangu

Evaluasi BEM KM, DPM KM: Gonta-Ganti Menteri Itu Mengggangu

SKETSA – Waktu menuju rangkaian Pemilihan Raya (Pemira) BEM KM Unmul tak lama lagi. Selaras dengan itu, beberapa hari ke depan pula, periodisasi kepengurusan Kabinet Gelora Perbaikan BEM KM Unmul akan segera menemui titik purna. Sebelumnya, DPM KM Unmul melakukan evaluasi terhadap kinerja BEM KM Unmul secara berkala.

“Insyaallah (Pemira) tanggal 23 Oktober 2017. Sedangkan masa pendaftaran (bakal calon) sampai penetapan (hasil Pemira) kurang lebih satu bulan,” ucap Ketua DPM KM Unmul, Alif Mustofa.

Di sepertiga periode kepengurusan, gerak BEM KM Unmul ternyata fokus pada advokasi UKT mahasiswa angkatan 2013. Kemudian, penyesuaian kategori UKT maba di tiap-tiap fakultas yang teradvokasi melalui audiensi antara DPM KM, BEM se-Unmul bersama pihak rektorat.

Adapun, kesepakatan terakhir pertemuan, pihak rektorat mempersilakan pengajuan penurunan UKT di fakultas masing-masing dengan jaminan pasti turun, terutama untuk kategori IV dan V. Hal itu dinilai Alif sebagai sebuah keberhasilan.

Ditambahkan Alif, kelebihan BEM KM Unmul tahun ini tidak pernah ketinggalan merespons isu. Bahkan, BEM KM Unmul acap kali turun ke jalan.

"Kami akui, mereka tidak telat masalah isu. Literasi pun sudah baik berjalan. Tulisan-tulisan dari pers kampus dan media daerah sudah lebih sering muncul,” tambahnya.

Kendati demikian, BEM KM Unmul nyatanya tak luput dari cacat. Mulai ajang Pengenalan Kehidupan Kampus Bagi Mahasiswa Baru (PKKMB) tingkat universitas hingga gonta-ganti menteri disoroti.

“Pergantian beberapa menteri itu cukup mengganggu jalannya internal. Sedangkan untuk PKKMB ada sekitar lima sampai enam fakultas yang tidak mengikuti PKKMB secara penuh,” paparnya.


Advokasi Ala BEM KM Unmul di Mata Alif

Karena bentuk advokasi bersifat gabungan, Alif mengakui BEM se-Unmul telah berupaya melaksanakan advokasi secara maksimal. Namun, hasil akhir advokasi banyak yang tidak sesuai dengan ekspektasi. Tawaran-tawaran solusi mahasiswa tidak digubris sepenuhnya oleh pihak birokrat. Walhasil, jalan yang diambil adalah jalan tengah dan tidak mencapai goal awal.

“Artinya memang untuk advokasi sudah berjalan, tapi hasil bisa dibilang kurang memuaskan. BEM KM sudah maksimal melakukan advokasi,” akunya.

Di luar berbagai evaluasinya, Alif menyelipkan pesan agar suksesi BEM KM Unmul selanjutnya bisa melakukan terobosan. BEM KM sebagai organisasi pergerakan harus menjadi perantara dan wadah bagi mahasiswa dan masyarakat umum untuk menyampaikan aspirasi pada pemerintah.

“Ada banyak permasalahan di daerah, termasuk di Samarinda dan Kalimantan Timur. Hendaknya, BEM KM bersama mahasiswa Unmul harus bisa menawarkan solusi konkret,” pungkasnya. (dan/aml)