Sumber Gambar: Instagram Kemensos RI
SKETSA - Pejuang Muda merupakan program yang digagas Kementerian Sosial (Kemensos) melalui kerja sama dengan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud-Ristek) untuk mahasiswa di seluruh Indonesia. Menjanjikan konversi hingga 20 SKS, Program Pejuang Muda layaknya menjadi laboratorium sosial untuk mahasiswa.
Program ini diharapkan dapat mendukung percepatan pengentasan masalah sosial di lapangan. Agar dapat berjalan dengan lebih fokus dan terukur, Kemensos membaginya ke dalam empat kategori program. Di antaranya adalah Pengembangan Program Bantuan Sosial, Pemberdayaan Fakir Miskin dan Lansia, Pola Hidup Sehat dan Kesehatan Lingkungan serta Fasilitas untuk Kepentingan Umum di wilayah pascabencana.
Dikutip dari laman Instagram resmi Kemensos RI (@kemensosri), dari 11.109 pendaftar ada sebanyak 5.140 orang yang dinyatakan lolos sebagai peserta. Mereka yang terpilih nantinya akan terjun langsung dan berperan sebagai agen perubahan sosial di 514 Kabupaten/Kota di seluruh Indonesia.
Setelah membuka pendaftaran pada 18 hingga 30 September lalu, tercatat ada 34 mahasiswa Unmul yang berhasil lolos seleksi pada program ini. Tahap pembekalan dari Kemensos juga telah diberikan secara daring via Zoom dan YouTube. Sebelum memulai program pada 1 November mendatang, peserta akan diberi pembekalan kembali selama seminggu dengan materi yang menunjang saat pelaksanaan.
Dihubungi Sketsa pada Kamis (21/10), Swandari selaku penanggung jawab Program Pejuang Muda di lingkup Unmul memaparkan bahwa dirinya telah memiliki pengalaman dengan pola serupa. Salah satunya adalah kegiatan KKN Tematik Covid dengan Kemendikbud. Ia menjelaskan, saat itu para mahasiswa berinisiatif untuk membuat grup koordinasi dengan pihaknya. Sedangkan, grup koordinasi untuk mahasiswa Unmul yang terpilih mengikuti Program Pejuang Muda masih belum terbentuk hingga berita ini diterbitkan.
“Semuanya (34 mahasiswa terpilih) belum ada kontak ke saya untuk menceritakan program yang akan mereka kerjakan apa saja.” jelas Swandari, saat dihubungi melalui pesan WhatsApp.
Partisipasi Mahasiswa Unmul
Afriza Ramadhona Patience, mahasiswa Pendidikan Masyarakat 2019 ini menyebut jika dirinya mendapatkan informasi pertama kali melalui Instagram @anakmagang.id. Ia merasa tertarik hingga akhirnya memutuskan untuk mendaftarkan diri. Menurutnya, ruang lingkup dari program tersebut relevan dengan studi yang ia jalani saat ini.
“Banyak keuntungan yang didapatkan, terutama dapat terjun dan belajar langsung kepada masyarakat. Mahasiswa yang berkontribusi dalam program ini juga mendapatkan konversi 20 SKS, honor/uang saku, biaya transportasi PP, atribut dan lain-lain.” terang Afriza kepada Sketsa, Kamis (21/10).
Lain halnya dengan Bayu Indradinata yang dalam program ini memilih kategori pemberdayaan fakir miskin dan lansia. Mahasiswa Teknik Informatika tersebut sempat mengeluhkan proses administrasi daftar ulang yang tidak jelas. Menurut penuturannya, jadwal daftar ulang kerap berubah-ubah dan batas waktu melengkapi berkas sangat terbatas.
“Kendalanya itu, kami mesti sudah di lapangan supaya ada ganti biayanya. Jadi kalau di perjalanan kami ada isi bensin, biaya travel dan sebagainya, bakal di-reimburse sama panitianya. Syaratnya ada bukti kayak nota/kwitansi pembayaran,” akunya.kepada Sketsa, Jumat (22/10)
“Untuk di lapangan itu kami bakal dikasih uang saku tiap minggunya dengan syarat absen setiap hari. Kalau nggak, bakal kepotong uang sakunya sesuai ketidakhadiran.” pungkasnya. (rst/ems/nkh/len)