Drama Night Live FIB, Tak Hanya Sebatas Goresan Nilai

Drama Night Live FIB, Tak Hanya Sebatas Goresan Nilai

SKETSA – Saat antusiasme masyarakat Kota Tepian tengah tersedot menyaksikan laga Timnas Indonesia yang bertanding melawan Thailand di layar kaca, kemarin malam (17/11) mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya Unmul justru tampak sibuk menyelenggarakan sebuah pementasan di Taman Budaya, Jalan Kemakmuran.

Kegiatan yang diprakarsai mahasiswa jurusan Sastra Inggris angkatan 2015 itu berformat Drama Night Live, yang memfokuskan pada sebuah pementasan drama dengan tema The Painted Memories. Cukup membawa uang Rp. 5000, penonton dipersilakan masuk dengan diberikan tiket dan satu minuman teh dalam kemasan.

Ditemui Sketsa usai acara, Sulistiaonoto Theo Ciptono, selaku ketua panitia menuturkan, acara ini digarap oleh tiga kelas dengan membentuk satu susunan kepanitiaan.

“Panitianya dari kelas C, D, dan E. Ketiga kelas ini adalah kelas yang diampu oleh Pak Asril Gunawan dalam mata kuliah Olahraga dan Kesenian untuk memenuhi tugas,” terangnya.

Dalam penyelenggaraannya, ini merupakan tahun kedua kegiatan tersebut terlaksana. Tak ada perbedaan berarti jika dibandingkan dengan penyelenggaraan tahun sebelumnya. Mulai tempat, hingga tujuan masih tetap sama.

Meski begitu, Theo tetap menginginkan adanya pembaharuan ajang yang digelarnya ini. Mahasiswa yang juga merupakan Duta Unmul itu menyebut, tahun ini ia bersama kepanitiaan merasa cukup tertantang dengan mengusung jargon kreativitas, spontanitas, dan totalitas demi penyelenggaraan event yang memukau.

Terpisah, Asril Gunawan, dosen pengampu mata kuliah Olahraga Kesenian mengungkapkan rasa bangganya kepada mahasiswa penyelenggara. Dia berharap, gelaran pentas ini tidak hanya sebatas mendapatkan nilai untuk ujian. Namun, lebih dari itu, dia ingin para mahasiswanya mampu terlatih bersikap dewasa dalam bekerja secara kolektif. Sorot kekaguman tampak jelas di wajah Asril malam itu.

“Saya sangat mengapresiasi mereka. Ketika di atas panggung, mereka bukan seperti biasanya. Bahkan yang tadinya pemalu menjadi sangat totalitas. Ini juga merupakan wadah bagi mahasiswa untuk mengembangkan dan menyalurkan potensi yang mereka miliki,” ujar alumni ISI Yogyakarta itu.

Asril menambahkan, ia ingin melihat mahasiswanya berhasil dalam menghadapi masalah dengan positif dan sabar. Pementasan ini pun dinilainya mampu menjadi ajang pemersatu mahasiswa yang berbeda kelas dengan tergabung dalam satu badan kepanitiaan.

“Kenali arti dari sebuah proses. Nilai di atas nilai adalah sebuah proses yang paling berharga sampai ke atas pentas, bukan lagi nilai sekadar nilai tinta di atas kertas,” tutupnya. (myg/aml)