Sumber Gambar: Google
SKETSA - Kabar mengenai bajakah yang bermanfaat menyembuhkan kanker payudara sempat marak beberapa saat yang lalu. Penemuan dari tiga siswa SMAN 2 Palangkaraya, Kalimantan Tengah yang menerima penghargaan internasional ini masih belum dapat dibuktikan khasiatnya.
Bajakah, berasal dari Bahasa Dayak yang berarti akar. Bajakah yang selama ini diteliti oleh siswa asal SMAN 2 Palangkaraya merupakan akar tanaman yang masih belum dipublikasikan spesiesnya.
Ditemui Sketsa (21/2), salah satu dosen Fakultas Farmasi Unmul, Hajrah mengatakan jika akar tersebut mengandung senyawa fitokimia yang memiliki aktivitas antioksidan dan dapat mencegah tumbuhnya sel kanker. Namun, tidak semua akar tumbuhan atau yang dalam Bahasa Dayak disebut sebagai bajakah dapat menyembuhkan kanker, khususnya kanker payudara.
Penelitian khasiat bajakah yang dapat mengobati kanker masih sekadar uji pendahuluan yang dilakukan oleh siswa asal SMAN 2 Palangkaraya. Untuk mengetahui adanya aktivitas antioksidan atau tidak harus melalui pengujian lebih lanjut.
Menurutnya sebagai seorang tenaga farmasi, dalam setiap penelitian harus disertai dengan terbitnya jurnal. Sehingga orang lain bisa mengetahui metode apa yang digunakan serta seperti apa pengujian yang dilakukan.
"Karena ketika kita ingin menguji suatu bahan itu, yang harus diperhatikan metodenya, pakai hewannya apa, kemudian pakai induktornya yang menyebabkan kankernya itu apa. Berapa banyak hewannya yang digunakan dosisinya bagaimana, tidak ada informasi terkait itu,” paparnya.
Ia mengatakan, belum ada data ilmiah mengenai pasien yang sembuh setelah mengkonsumsi bajakah. Sedangkan pasien yang mengaku keluhannya berkurang setelah mengonsumsi bajakah, tergantung lagi pada bahan yang dikonsumsi. Apabila bajakah yang dikonsumsi memiliki aktivitas antioksidan, maka efek berupa kurangnya rasa sakit dapat terjadi.
“Nah, bajakahkan saya tadi bilang akar–akaran, banyak sekali spesiesnya. Ada kanulawit, ada bajakah kuning, macam–macam bajakah dan kita tidak diberi tahu bajakah jenis apa yang digunakan oleh siswa tersebut. Jadi wajar jika akhirnya ada yang mungkin menggunakan bajakah dalam istilah palsu, akhirnya kita tidak dapat efeknya,” jelasnya.
Di Indonesia terdapat dua sistem pengelompokkan obat, yakni obat konvensional dan obat herbal. Obat herbal terbagi menjadi tiga kategori yakni jamu, obat herbal terstandar, dan fitofarmaka. Bajakah dapat diklaim sebagai jamu jika sudah ada data empiris atau data turun-temurun yang menyatakan bahwa bajakah dapat mengobati kanker.
Sedangkan untuk jenis obat herbal standar, bajakah harus melalui tahap standardisasi dan telah diujikan pada hewan. Sementara untuk fitofarmaka, bajakah harus memiliki data hewan dan data manusia yang mengonsumsi bajakah tersebut. Namun, ini hanya sebagai obat komplementer dan tetap harus menjalani kemoterapi serta mengonsumsi obat konvensional.
Saat disinggung mengenai bajakah yang sempat viral sebagai obat penyembuh kanker beberapa waktu lalu, Hajrah menghimbau agar masyarakat harus lebih selektif dan bijak dalam menanggapi hal tersebut. Baginya, masyarakat harus cerdas dan tidak mudah percaya dengan kabar yang beredar di media sosial.
"Karena banyak sekarang orang yang mengambil kesempatan dalam kesempitan, yang harusnya bajakah yang itu tapi diakuinnya bajakah yang lain. Yang kita perlukan adalah mencerdaskan masyarakat kita terkait yang mana yang memberikan informasi yang benar terkait bajakah itu sendiri," tutupnya. (bey/eng/fhl/khn/yon/wil)