Dana PHP2D Tak Ada Kabar, Mahasiswa: Alur Pencairan Dibuat Sulit

Dana PHP2D Tak Ada Kabar, Mahasiswa: Alur Pencairan Dibuat Sulit

Sumber Gambar: Dokumen Pribadi

SKETSA  Program Holistik Pembinaan dan Pemberdayaan Desa (PHP2D) merupakan kegiatan pembinaan dan pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh mahasiswa melalui Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) dan atau Lembaga Eksekutif Mahasiswa.

Unmul tentunya turut andil di dalam salah satu program besutan Kampus Merdeka ini. Dengan sumber dana berasal dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), kemudian disalurkan ke tim UKM serta Himpunan yang lolos. Namun, Sketsa mendapati kabar bahwa dana PHP2D di Unmul belum tuntas dicairkan.

Agus Setiawan selaku Ketua UKM Lesehan Cendekia (LC) Unmul, merupakan salah satu tim yang lolos dalam PHP2D dengan mengusung tema Kampung Muang Sehat Berdaya Melalui Gerakan Peduli Lingkungan Berbasis Payment Environmental Service. Program itu menyasar warga kelurahan Lempake Samarinda.

“Untuk anggota tim ada 15 orang yang diketuai oleh Agus Setiawan dan dosen pembimbing bapak Rudy Agung Nugroho, M.Si., Ph.D. Keanggotaan tim terdiri dari dua fakultas yaitu FKIP (Pendidikan Biologi dan PGSD) serta Faperta (Teknologi hasil pertanian, Agroekoteknologi dan Agribisnis),” jelasnya kepada Sketsa melalui WhatsApp, Senin (3/1) lalu.

Ia menuturkan program yang dilakukan timnya itu berfokus pada lingkungan, yakni penanganan dan pemanfaatan sampah organik dan anorganik.

Namun, ia dan tim mengalami kendala terkait pencairan dana dari pihak Unmul. “Untuk kendala yang tim kami rasakan yaitu mengenai pendanaan yang belum kunjung bisa dicairkan dari pihak rektorat. Ketika ditanyakan pihak rektorat tidak memberikan jawaban yang pasti kapan bisa untuk dicairkan,” keluh Agus.

Kendati permasalahan dana yang sulit, Agus berupaya melakukan konfirmasi terkait kabar pencairan tersebut. “Tanggapannya selalu belum bisa dicairkan karena belum pegang uangnya dan selalu begitu."

Dana PHP2D seharusnya cair paling lambat 15 Desember 2021 lalu, sesuai dengan kontrak pelaksanaan. Pada awal pencairan dana, diketahui tak ada aral melintang. Kendati setelahnya Agus dan ketua tim PHP2D lainnya harus menunggu kabar pencairan.

Pencairan dari pusat sendiri relatif cepat. Sebelum dana dicairkan, terdapat beberapa syarat yang harus dipenuhi guna mendapat pencairan dana dari pihak rektorat. Tetapi timnya menilai proses pencairan dana itu dipersulit kala mengurus di rektorat.

Agus dan tim harus melampirkan proposal PHP2D sebanyak dua rangkap, serta laporan kemajuan dengan minimal pengeluaran 5 juta dengan bukti nota.

“Kalau tahap pencairan awal kami lancar. Namun, sisa dana yang 30% lagi sulit dicairkan. Untuk pencairan di awal  dana bisa cair setelah kami serahkan proposal dan laporan kemajuan. Untuk pencairan selanjutnya kami seperti dipersulit dan sampai sekarang belum cair juga. Saya dan ketua tim yang lain sudah beberapa kali mendatangi rektorat WR 3 namun tidak ada hasil,” jelasnya.

Kendala yang sama juga dialami oleh Himpunan Mahasiswa Agroekoteknologi (Himagrotek) Faperta. Sketsa kemudian menghubungi I Kadek Bayu selaku Ketua.

“Tim PHP2D ini sebenarnya ada dua kali termin pencarian dari Kemdikbud, yaitu tahap awal 90% dan akhir 10%. Tapi yang tahap awal seharusnya bisa dikasih 90 % hanya di kasih 70% aja dari universitas, yang sebenarnya bisa full dikasih 90% sesuai dari kementerian. Itupun alurnya bisa di bilang di persulit kami tiap-tiap tim harus membuat laporan kemajuan, laporan keuangan juga," jelasnya pada Sketsa, Selasa (4/1).

"Lebih sulitnya kita harus membuat laporan keuangan minimal 5 juta, sedangkan kita sama sekali belum ada dikasih uang agenda tersebut. Dan setelah kita ikuti alurnya itu, sisa yang 20% dari 90% itu pun harus menunggu hingga beberapa bulan tidak diberikan juga," lanjut Bayu.

Senada dengan Agus, Bayu juga menjelaskan bahwa kabar pencairan ini sudah ditanyakan ke birokrasi, namun belum juga mendapat kejelasan. Tak hanya alur yang sulit, konfirmasi mengenai pihak yang bertanggung jawab pun tak jelas.

“Beberapa kali di-follow up ke kemahasiswaan itu bagian bendahara bu Ime kalau tidak salah, selalu bilang iya, tunggu nanti dikabari. Begitu terus sampai berbulan-bulan enggak ada kejelasan. Hingga akhirnya masuk termin akhir yang 10% itu dari kementerian, kembali lagi disuruh menunggu. Sempat koordinasi ke pak Encik via WA tapi tidak ada balasan, lalu dilempar ke Pak Ardi sebagai koordinasi pengganti."

Bayu juga menuturkan, sisa uang PHP2D akan dicairkan akhir tahun 2021, dan dilanjutkan tahun depan karena persoalan tutup buku. Tetapi hingga kini belum ada informasi lanjutan.

Kedua tim ini  juga mengungkapkan bahwa kendala pencairan dana ini dirasakan oleh tujuh tim PHP2D lainnya. Jika dana belum juga dicairkan, Bayu dan tim berencana melakukan langkah advokasi, meski belum dapat dipastikan terkait realisasinya. Sementara  Agus, mengaku bahwa saat ini belum ada langkah advokasi, namun menurutnya itu akan dilakukan.

Sketsa menghubungi Ardi selaku koordinator pengganti. Namun, belum mendapatkan respons hingga berita ini diterbitkan. (cal/ahn/kya/khn)