Sumber: Putera Tiya Ilahi
SKETSA – Aksi nasional yang dilakukan di Gedung DPRD Kaltim pada Senin (23/9) kemarin bubar tanpa titik temu antara massa aksi dengan pihak DPRD. Sempat terjadi chaos akibat baku hantam yang kemudian berujung dengan penembakan gas air mata ke massa aksi, (Baca: https://sketsaunmul.co/berita-kampus/aksi-kembali-ricuh-polisi-tembakkan-gas-air-mata/baca ). Hal ini membuat massa aksi bergerak menjauhi kantor DPRD Kaltim.
Hingga sekitar pukul 17:30 Wita, massa aksi duduk berkumpul di jalan raya depan gedung. Di saat itu juga, Encik Akhmad Syaifuddin Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Unmul hadir. Ia nampak seorang diri datang menemui kepolisian dan presiden BEM KM Unmul.
Ditemui Sketsa, Encik mengatakan bahwa aksi yang didominasi mahasiswa ini merupakan bentuk penyampaian pendapat yang bagaimana pun tetap memiliki aturan. Ia juga menegaskan, jika ada mahasiswanya yang terbukti berbuat anarkis, maka pihak kampus nantinya akan memproses untuk kemudian diberi sanksi.
“Kegiatan (aksi berujung rusuh) seperti ini kalau dari pandangan kami memang (bukan sah ya), artinya kalau cara menyampaikan pendapat itu ada peraturannya,” ujarnya.
Di tengah-tengah aksi kemarin, terdapat beberapa dosen Unmul yang turut menyuarakan aspirasinya dan berorasi (Baca: https://sketsaunmul.co/berita-kampus/dari-pengajar-hingga-mahasiswa-aksi-nasional-ricuh/baca). Menanggapi keterlibatan dosen di dalam aksi, Encik menyerahkan ini kepada kebijakan rektor.
“Nanti di pak rektor ya. Saya ngurus mahasiswa saja dan datang ke sini karena sesuai aturan, (aksi akan bubar) kalau sudah jam 6. Saya memastikan mereka,” imbuhnya.
Massa aksi yang mendesak untuk bisa masuk ke dalam gedung kemudian ditanggapi oleh perwakilan anggota DPRD, dengan syarat (Baca: https://sketsaunmul.co/berita-kampus/fraksi-dprd-kaltim-turun-minta-perwakilan/baca).
Hingga massa bubar, tak ada perwakilan yang ditunjuk untuk masuk ke dalam gedung. Kepada Sketsa, Febri Abdul Haminuddin mengatakan bahwa keputusan itu berdasarkan hasil rapat teknis lapangan (teklap). “Mengikuti hasil teklap, semuanya harus masuk. Kita semua ketua lembaga komitmen,” katanya.
Menanggapi penyebab ricuh kemarin, Febri mengatakan bahwa hal ini kemungkinan terjadi karena pihak kepolisian tidak sanggup membendung massa dengan jumlah ribuan. Tak menemui titik terang dengan aksi kemarin, rencananya, sore ini (24/9) akan kembali dilaksanakan konsolidasi lanjutan. (adl/len/erp/pil/kus/fqh)