Tipe-Tipe Dosen Dambaan Menurut Mahasiswa
Tipe-tipe dosen yang disukai mahasiswa selama berkuliah
Sumber Gambar: Website Times Higher Education
SKETSA - “Beliau (salah satu dosen FMIPA Unmul) ini beneran baik banget mulai dari ngejelasin (cara) penilaiannya sampai pas ngajarin materinya. Beliau ini bisa bikin kita paham tanpa nge-hafal. Jadi bener-bener paham gitu sama materinya.”
Begitulah ujar Hikmah, salah satu mahasiswa Program Studi (Prodi) FMIPA Unmul angkatan 2023 pada Senin (3/6) lalu. Siapa yang tidak senang? Apa yang Hikmah rasakan dan dapatkan tersebut merupakan salah satu dambaan setiap mahasiswa. Dosen “green flag,” sebutannya.
Istilah green flag tidak hanya digunakan dalam konteks hubungan individu dengan pasangannya saja, melainkan juga dapat digunakan dalam hubungan satu individu dengan individu lainnya atau orang-orang di sekitarnya.
Seseorang dikatakan green flag apabila memiliki tanda-tanda positif dan aman untuk didekati. Perilaku yang ditampakkan oleh para manusia green flag ini mampu meningkatkan keharmonisan dalam suatu hubungan dan membuat mereka disenangi oleh banyak orang.
Sebagai mahasiswa, tentu menjadi harapan besar agar dapat diajar dan dibimbing oleh para dosen yang masuk dalam kategori green flag. Akan tetapi, apa saja tipe-tipe dosen yang dapat dikategorikan sebagai dosen green flag? Berikut telah Sketsa rangkum melalui wawancara yang dilakukan dengan dua mahasiswa Unmul dari fakultas yang berbeda:
Membangun interaksi yang baik dengan mahasiswa
Agar dapat mengajar dan menyampaikan materinya dengan efektif, seorang dosen juga perlu menciptakan hubungan baik dengan mahasiswanya. Hal ini bisa dilakukan dengan menjalin komunikasi serta interaksi yang baik antar keduanya. Tidak hanya dapat membangun pendekatan secara fisik, melainkan juga pendekatan secara emosional.
Hal tersebut diimplementasikan oleh salah satu dosen yang mengajar di kelas Hikmah. Hikmah mengungkapkan bahwa dosennya tidak hanya menyampaikan materi dengan baik di kelas, melainkan juga dalam mendengarkan keluhan yang dialami oleh mahasiswanya.
“Kalau kami ada keluh kesah tuh dia open banget buat kita cerita, terus pasti dicariin solusi juga buat masalah kita di kampus.”
Tidak hilang-hilangan (responsif)
Banyak mahasiswa yang sering mengeluhkan dosennya yang lambat membalas pesan bahkan tidak merespons sama sekali. Baik pesan yang diperuntukkan untuk izin, konfirmasi kehadiran mengajar besok harinya, maupun janji untuk pertemuan bimbingan.
Parahnya, terdapat pengajar yang tidak memberikan informasi apapun kepada mahasiswanya atau ketua tingkat (Kating) jika tidak dapat hadir di kelas, hingga tidak masuk mengajar selama hampir satu semester.
Dosen-dosen seperti inilah yang masuk dalam kategori red flag dan sangat dihindari oleh setiap mahasiswa. Bertolak belakang dengan dosen green flag yang selalu memberikan informasi kepada mahasiswanya serta tidak sulit untuk ditemui dan menjalankan kewajibannya sebagai pengajar.
“Ingin dosen yang kalo misalnya besok beliau tuh nggak masuk, nah lebih baik diganti dengan tugas aja biar kita ke kampus tuh ada yg kita dapat gitu ilmunya, nggak kosong banget,” ucap Sherly mahasiswa prodi Akuntansi FEB Unmul angkatan 2023, Senin (3/6) lalu.
Bertolak belakang dengan Sherly, Hikmah tidak setuju mengenai dosen yang jarang bahkan hampir tidak pernah masuk kelas dan hanya memberikan tugas. Karena hal tersebut akan berdampak pada pemahaman mahasiswa terkait mata kuliah yang diampu.
“... dosen yang red flag, dosen yang nunjukin perilaku yang nggak mendukung proses pembelajaran sih. Misal dosen yang jarang masuk ke kelas cuma ngasih tugas doang, itukan bikin kita kurang paham ya sama materinya.”
Terbuka dengan mahasiswa
Hal lain yang sering dikeluhkan oleh mahasiswa adalah sistem penilaian yang tidak transparan. Dalam beberapa kasus, sering kali ada beberapa mahasiswa yang bertanya kepada dosennya terkait nilai yang diperoleh ketika sudah muncul di laman AIS. Mereka bingung dan mempertanyakan nilai yang tidak sesuai dugaan padahal telah rajin mengikuti kelas dan mengumpulkan tugas.
“... keterbukaan dan transparansi dalam penilaian, trus menerima gitu kalau kita ngajak diskusi,” tukas Hikmah.
Sejalan dengan Hikmah, Sherly pun memiliki pendapat yang serupa mengenai keterbukaan penilaian oleh dosen.
“... kalau ngasih nilai tuh sesuai kemampuan mahasiswanya. Nggak disamaratakan/ngasih nilai sesuai mood.”
Oleh karena itu, pengajar yang terbuka dalam mengajar dan menilai menjadi salah satu tipe dosen yang dianggap sebagai dambaan bagi mahasiswa.
Itulah tiga tipe dosen green flag yang telah Sketsa rangkum untuk kamu. Jadi, apakah kamu sudah menemukan dosen seperti yang disebutkan di atas? (ysn/ali/mar)