Lifestyle

Disinfektan: Solusi atau Bahaya?

Disinfektan sebagai solusi ataukah bahaya

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


Sumber Gambar: Canva

SKETSA - Pandemi Virus Corona (Covid-19) masih menjadi topik utama perbincangan di seluruh dunia, tak terkecuali di Indonesia. Saat ini, berbagai macam usaha dilakukan untuk memutus rantai penyebarannya. Masyarakat pun melalukan berbagai usaha untuk melindungi diri dari virus ini. Salah satunya adalah dengan menggunakan cairan disinfektan.

Penggunaan cairan disinfektan semakin intens guna membunuh Covid-19. Penyemprotan disinfektan pun dilakukan pada berbagai tempat umum seperti fasilitas umum, jalan raya, daerah perkantoran, hingga ke perumahan. Tempat-tempat tersebut merupakan kawasan yang digunakan secara kolektif dengan kemungkinan penyebaran virus yang tinggi.

Namun, penggunaan cairan disinfektan yang tidak tepat dapat membahayakan. Terutama penyemprotan langsung pada manusia. Pertama, disinfektan memiliki kandungan senyawa yang beragam. Di antaranya adalah senyawa chlorin, hydrogen peroksida, creosote, aldehid, quaternary ammonium compunds (quats), idiofor, dan alkohol. Cairan ini juga diketahui memiliki kandungan senyawa yang disebut dengan biosida dan memiliki kadar yang cukup tinggi.

Dikutip dari Klikdokter, formula untuk membuat cairan disinfektan harus terdaftar pada badan EPA (Environmental Protection Agency). Hal tersebut diperlukan, mengingat senyawa yang diformulasikan dalam cairan disinfektan bekerja dengan cara merusak sel tubuh kuman, virus, dan bakteri.

Maka, cairan ini akan lebih efektif jika digunakan dan diaplikasikan pada permukaan benda-benda yang ada di sekitar. Terutama pada benda yang sering digunakan. Senyawa yang terkandung di dalamnya memiliki dampak buruk terhadap kesehatan, apabila bersentuhan langsung dengan kulit dan wajah.

Kedua, disinfektan disinyalir dapat menyebabkan gangguan pernapasan akibat senyawa yang ada di dalamnya apabila terhirup.

Tubuh manusia akan merespons hal tersebut apabila terjadi dalam jangka waktu pendek, dengan mengeluarkan zat beracun melalui sistem metabolisme tubuh. Tetapi, jika tindakan itu terjadi dalam jangka panjang mama sistem pertahanan tubuh akan menurun.

Hal ini tentunya dapat menimbulkan gangguan kesehatan pada sistem pernapasan. Cairan disinfektan memiliki posibilitas tinggi terhirup secara tidak sengaja ketika disemprotkan langsung pada tubuh manusia.

Merujuk pada bahaya tersebut, sebaiknya hindari penyemprotan cairan disinfektan secara berulang-ulang untuk menghilangkan dan mematikan virus. Cukup mencuci tangan untuk menangkal penyebaran virus secara rutin pada waktu-waktu yang penting. Contohnya ketika selesai berpergian dan memegang sesuatu.

Dengan melakukan metode mencuci tangan secara benar dan tepat, kamu dapat mengoptimalkan tindakan pencegahan dan meminimalisir gangguan kesehatan lain yang bisa disebabkan karena penggunaan disinfektan yang tidak benar atau berlebihan.

Disinfektan masih dianggap belum efektif untuk membunuh virus, kuman, dan bakteri apabila disemprotkan secara langsung ke tubuh manusia. Hal ini dikarenakan cairan disinfektan hanya mampu menyentuh bagian luar tubuh dan pakaian serta benda yang menempel pada tubuh.

Pasalnya, virus, kuman, dan bakteri yang menginfeksi tubuh masuk ke dalam sel-sel tubuh. Cairan disinfektan sebaiknya tidak disarankan untuk disemprotkan langsung pada tubuh manusia.

Alih-alih untuk membunuh virus, penyemprotan disinfektan secara langsung ke tubuh manusia justru menimbulkan bahaya kesehatan lain pada manusia. Seperti potensi keracunan dan gangguan sistem pencernaan. Ini dapat terjadi apabila cairan tidak sengaja tertelan.

Karenanya, sembari berjaga lebih baik hindari menyentuh mulut ketika sedang terjadi kontak dengan cairan disinfektan. Selalu tutup segitiga wajah apabila kamu hendak keluar rumah.

Kamu juga dapat menggunakan masker sebagai tindakan pencegahan terhadap dampak buruk penyemprotan cairan disinfektan di tempat-tempat umum. (fir/rst/len)



Kolom Komentar

Share this article