Memahami dan Peduli pada Down Syndrome
Down Syndrome, anak dengan 1000 wajah
- 22 Mar 2019
- Komentar
- 4205 Kali
Sumber ilustrasi: Istimewa
SKETSA - Hari Down Syndrome Sedunia diperingati pada 21 Maret setiap tahunnya. Namun, masih banyak orang yang belum paham tentang down syndrom, bahkan cenderung menjauhi. Banyak kejadian penderita down syndrome mendapat perlakuan tidak baik. Padahal, sesama manusia harusnya bisa saling memahami dan merangkul dengan semua manusia termasuk penderita down syndrom.
Down syndrome berasal dari gangguan kromosom 21 yang disebabkan oleh kelainan genetik sejak dalam kandungan sehingga memiliki karakteristik fisik yang khas serta kemampuan intelegensi lebih rendah. Penderita down syndrome termasuk kategori berkebutuhan khusus, tidak bisa disamakan dengan anak normal lainnya.
“Penderita down syndrome memiliki keterbatasan dalam berfikir, kalau diukur intelegensinya, mereka berada pada angka 70 atau lebih rendah. Itu masuk dalam kategori di bawah rata-rata dan tidak bisa disandingkan dengan anak-anak normal seusianya,” ucap Rina Rifayanti, dosen prodi Psikologi Unmul (18/3).
Masih banyak yang menganggap rendah penderita down syndrome, hingga berujung bully dan tindak kekerasan. Hal ini dikarenakan perbedaan fisik serta bentuk perilaku penderita down syndrome yang cenderung tidak berkembang, walaupun usianya dewasa namun perilakunya masih seperti anak-anak. Hal ini menjadi salah satu bukti perlakuan diskriminasi masih sering dilakukan.
Rina menuturkan perlu adanya edukasi kepada masyarakat untuk tidak bersikap buruk dan menghina penderita down syndrome. Seharusnya peduli terhadap penderita down syndrome secara serius, karena mereka juga butuh pertolongan layaknya anak difabel. Peran pemerintah juga diperlukan terutama untuk memberikan fasilitas pendidikan yang memadai untuk penderita down syndrome.
Kehidupan sosial juga memengaruhi keadaan penderita down syndrome. Terlebih jika dihadapkan pada kondisi ada keluarga dekat penderita down syndrome, memahami keadaan lawan dan menyesuaikan diri sangat penting dilakukan. Dengan memahami konsep individual different akan lebih mudah untuk menyamakan kondisi dengan orang lain.
"Kita sebagai orang yang lebih mampu untuk belajar, kitalah yang menyesuaikan diri dengan orang yang memiliki down syndrome dan kita juga membantu dia untuk belajar,” tuturnya.
Berkaca pada Hari Down Syndrome Sedunia, harapannya akan timbul kesadaran masyarakat untuk peduli terhadap penderita down syndrome. Memahami dan menerima mereka apa adanya, serta memiliki kesadaran untuk membantu dan mendukung mereka dengan positif. Aura, mahasiswi prodi Psikologi Unmul menganggap penderita down syndrome sebagai anak yang luar biasa, terlepas dari segala kekurangan yang dimiliki.
“Seharusnya kita tidak membedakan anak dengan down syndrome dengan anak normal lainnya, walaupun proses perkembangannya terlambat. Down syndrome itu menurut saya spesial karena kekurangan mereka," tukasnya. (rth/fzn/wil)