Hari Besar

Lupus: Kala Sistem Imun tak Mampu Menangkal Virus

Memperingati Hari Lupus Sedunia yang jatuh pada tanggal 10 Mei.

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


Sumber Gambar: CNN Indonesia

SKETSA – Hanya segelintir orang barangkali yang tahu perihal lupus. Lupus di sini bukanlah komik ternama itu, melainkan sebuah penyakit mematikan yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Pada orang normal, sistem kekebalan tubuh atau sistem imun akan menghalau semua bakteri maupun virus yang masuk. Namun hal ini tidak bekerja pada penderita lupus.

Orang yang mengidap penyakit lupus harus pasrah bahwa sistem kekebalan tubuh mereka tidak akan mampu membentengi virus, namun justru mematikan jaringan tubuh lainnya. Jadi dapat dimaknai bahwa sistem imun tidak akan mampu berfungsi menghadang tiap bakteri atau virus.

Prof. Dr. Zubairi Djoerban, ahli penyakit dalam dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) dalam artikel tirto.id menyebutkan bahwa antibodi yang dimiliki penderita lupus melebihi kadar yang semestinya. Sehingga mengakibatkan kegagalan antibodi dalam melindungi sel-sel lainya yang berujung pada kerusakan sel dan jaringan tubuh.

Berdasarkan laman resmi Yayasan Lupus Indonesia (YLI) bahwasanya pengidap lupus kebanyakan datang dari kaum hawa. Alasannya karena perempuan memiliki kadar hormonal yang berbeda, juga faktor biologis seperti kehamilan dan mestruasi juga dapat memengaruhi.

Gejala lupus biasa ditandai demam tinggi melebihi 38 derajat celcius. Selain itu tanda-tanda lupus yang paling umum dan mudah dikenali ialah ruam kemerahan di sekitar bagian hidung hingga pipi. Ruam ini tak jarang berbentuk seperti kupu-kupu, memerah. Karena sistem imun yang tidak mampu menghadang virus, penderita lupus acap kali merasa lelah atau lemas yang berlebihan. Mereka juga biasa sangat peka terhadap sinar matahari yang dapat membuat mereka lelah.

Lebih lanjut, YLI mengemukakan meski lupus kerap dianggap penyakit mematikan, namun kenyataannya tidak semua kasus seperti itu. YLI juga menuliskan bahwa jika dibarengi dengan perawatan yang memadai, penderita lupus memiliki kesempatan hidup normal sebanyak 80 hingga 90%. Meski penderita lupus tiap tahunnya meningkat, namun bukan berarti lupus tak dapat dikenali atau dicegah.

YLI selaku yayasan yang menaungi banyak penderita lupus menambahkan bahwa penanganan penyakit ini bisa dengan memberikan obat anti-inflamasi non steroid atau NSAID dan kortikosteroid. Kedua hal ini menargetkan peradangan pada titik lupus langsung.

Salah satu contoh nyata dari penderita lupus ialah artis dan penyanyi ternama Selena Gomez. Gomez di diagnosis mengidap lupus kurang lebih 5-6 tahun silam. Gomez yang kala itu didapuk mengisi pertemuan Lupus Research Alliance's Breaking Through Gala di New York City mengutarakan bahwa ia sempat kesulitan dalam berjuang untuk hidup. Ia lalu mulai dari mencari dan mempelajari penyakit yang dideritanya.

Menurut CNN Indonesia, Selena menderita lupus nefritis atau komplikasi paling serius dari lupus, sehingga dokter menganjurkan agar dilakukannya transplantasi ginjal. Berjuang selama bertahun-tahun, penyanyi mantan Justin Bieber itu kini telah menjalani operasi transplantasi ginjal berkat sang sahabat. Selena juga berujar untuk saat ini ia sudah cukup sehat melakukan aktivitasnya.

Terakhir, pesan Selena yang mungkin bisa menjadi pembakar sumbu semangat ialah setiap wanita dapat mewujudkan mimpi mereka tanpa lupus. Tak lupa Selena juga memberikan semangat kepada semua orang bahwa kalian tidak sendiri, dan penderita lupus juga berhak mendapatkan kehidupan selayaknya manusia normal. (sut/els)



Kolom Komentar

Share this article