Hari Besar

Hari Pahlawan, Pemuda yang Cerdas adalah Pahlawan Perkembangan Zaman

10 November ditetapkan sebagai Hari Pahlawan untuk memperingati perjuangan arek-arek Suroboyo di tahun 1945. (Sumber: Istimewa)

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


Beri aku sepuluh pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia” – Ir. Soekarno.

SKETSA - Tujuh puluh tiga tahun berlalu, tepatnya di Kota Surabaya. Rakyat Indonesia kembali mengangkat senjata, membuktikan kekuatan bertempur melawan pasukan Britani Raya. Pertempuran yang kurang lebih menggugurkan enam ribu jiwa. Untuk mengenang pristiwa itu, saat ini kita peringati sebagai Hari Pahlawan Nasional setiap tanggal 10 November.

Di era globalisasi pada saat ini, dengan teknologi yang serba canggih, tidak menutup kemungkinan untuk penjajahan terulang kembali. Tidak perlu senjata dan juga pertumpahan darah. Dengan kecerdasan seseorang dapat melakukan berbagai hal yang dia inginkan.

Sebagai seorang mahasiswa yang memiliki semangat dan ambisi yang kuat, kita memegang setir dalam pertahan dan kemajuan negara. Sebagai Agent of Change mahasiwa harus memiliki mental pahlawan di dalam dirinya. Kita harus sadar bahwa kemerdekaan itu bukan hanya kita bebas melakukan berbagai hal. Namun, kemerdekaan adalah kita bebas berdiri di atas kaki kita sendiri, berpikir dengan kepala sendiri dan mencintai negeri sendiri.

Seiring berjalannya waktu, sebagian pemuda mulai lupa akan sejarah. Mereka lupa bahwa negeri ini berdiri di atas mayat dan darah. Dengan ambisi agar menjadi manusia yang modern mereka lupa bahwa mereka merupakan pelaku sejarah masa depan.

Pemuda yang cerdas adalah cita-cita negara. Seperti yang berbunyi dalam pembukaan UUD 1945 “mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia.” Menuntut ilmu adalah kuncinya, khususnya seorang mahasiswa yang dianggap sebaga pemegangi setir dalam pertahanan dan kemajuan negara haruslah memiliki bekal yang cukup untuk bersaing dan bertahan di masa depan. Namun nyatanya, hegemoni teknologi menjadi virus yang berbahaya. Banyak waktu mahasiswa yang terbuang demi gadgetnya.

Menghargai pahlawan bukan hanya mengikuti upacara hari Senin dan juga upacara nasional lainnya. Atau menundukan kepala sebagai bentuk penghormatan kepada orang yang telah tiada. Lepas dari itu semua, menghargai pahlawan sesungguhnya adalah bagaimana mempersiapkan diri untuk kemajuan negeri.

Salah satu virus yang berkembang melalui kemajuan teknologi adalah hoaks. Berbagai berita dapat kita akses dengan mudah begitupun pembuat berita dapat menyebarkan dengan cepat. Dengan ketergantungan teknologi yang telah menghegemoni kita pada saat ini, membuat bangsa ini rentan menjadi penjajah-penjajah baru di negeri sendiri. Menyebarkan berita tanpa adanya filter menyebabkan retaknya kesatuan di masyarakat. Seharusnya kita cukup cerdas dalam menangani hal demikian. Terlihat sepele tapi berdampak besar.

Tidak salah memanfaatkan kemajuan zaman apalagi teknologi yang awalnya diciptakan untuk mempermudah urusan manusia. Namun, yang menjadi permasalahannya adalah kuatnya hegemoni teknologi membuat manusia percaya bahwa teknologi adalah dewa.

Untuk itu sebagai generasi penurus bangsa, pemuda dan mahasiswa terkhususnya, mari bersama-sama menjaga satu-kesatuan negara ini dengan memanfaatkan kemajuan zaman dan teknologi yang canggih sebagai kecerdasan mempertahankan kemerdekaan.

Selamat Hari Pahlawan, 10 November 2018. Jadilah pahlawan di dalam arus zaman.(aul/fqh)



Kolom Komentar

Share this article