Hari Besar

Down Syndrome Tidak Beda, Mereka Itu Istimewa

Hari besar down syndrome

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


Sumber Gambar: Google

SKETSA – "Kita punya masa depan, anak dengan down syndrome juga punya masa depan, lalu apalah arti 'berbeda'?" - Anonim. Kutipan tersebut bisa jadi menggambarkan kehidupan para penderita down syndrome yang acap kali dipandang berbeda.

Adanya pandangan ini karena  fisik yang mereka miliki sedikit berbeda dengan manusia normal pada umumnya. Down syndrome merupakan kondisi yang disebabkan oleh berlebihnya kromosom yang dimiliki penderita, yakni tiga kromosom 21, sedangkan umumnya hanya memiliki dua.

Kelainan genetik ini menyebabkan penderitanya memiliki kelainan fisik khas yang cukup menonjol, tingkat kecerdasan yang rendah, serta berisiko memiliki cacat jantung bawaan. Banyak yang memiliki miskonsepsi tentang down syndrome, seperti sulit membaca atau menulis, sulit berolahraga, selalu berperilaku seperti anak kecil, harus bergantung pada orang lain, bahkan dianggap gila.

Anggapan seperti ini yang kemudian tumbuh di masyarakat. Padahal pada kenyataannya penderita down syndrome tidak bisa kita sama ratakan, banyak dari penderita down syndrome bisa menjadi mandiri, sukses, dan dapat menjalankan kehidupannya sama seperti masyarakat pada umumnya.

Salah satu sosok penderita down syndrome yang sukses menorehkan prestasi ialah Stephanie Handojo (27) yang merupakan atlet renang. Meski dengan keterbatasan yang dimiliki, Stephani mampu menyabet dua emas di Singapore International Swimming Championship serta mendali emas di Special Olympic Games 2011.

Tidak hanya aktif di bidang olahraga, perempuan yang akrab disapa Fani ini juga menekuni dunia musik. Fani berhasil mencatatkan namanya di dalam Museum Rekor Indonesia (MURI) sebagai penyandang down syndrome pertama yang memainkan 22 lagu tanpa henti menggunakan piano.

Selain Fani, Ada juga Michael Roshian Yacub. Tercatat memiliki IQ 40 tidak menyurutkan semangatnya untuk menjadi pemuda yang aktif dan berperestasi. Karena semangat ini Michael berhasil meraih medali dari cabang renang dan atletik.

Pada 2010 namanya tercatat di MURI sebagai pemain golf profesional pertama Indonesia yang menyandang down syndrome. Prestasi yang didapat Michael tidak lepas dari dukungan keluarga dan lingkungan sekitarnya.

Masih banyak orang-orang penderita down syndrome yang memiliki prestasi di luar sana. Fani dan Michael hanya dua contoh kecil, ini membuktikan bahwa suatu kondisi yang diderita bukanlah halangan untuk menorehkan keberhasilan besar.

Hari ini, tepat diperingati sebagai Hari Down Syndrome Sedunia. Tentunya hari ini hadir sebagai bentuk refleksi umat manusia agar lebih menghargai sesama, terutama mereka yang hidup dengan down syndrome.

Peran lingkungan dan keluarga sangat penting untuk menciptakan suasana yang suportif bagi mereka yang tetap semangat dan memiliki asa untuk menggapai cita-citanya di tengah keterbatasan yang ada. Selamat Hari Down Syndrome Sedunia, selalu bahagia! (hmm/wil)



Kolom Komentar

Share this article