Hari Besar

Difabel: Bukan Penghalang untuk Menginspirasi

Penderita disabilitas akan mengalami hambatan dan kesulitan berpartisipasi secara penuh dan efektif dengan lingkungan sekitar berdasarkan kesamaan hak.

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


Sumber Gambar : Google

SKETSA – Setiap individu dilahirkan dengan kondisi berbeda, baik psikis maupun fisik. Jika membahasnya, maka ada yang kita kenal dengan disabilitas. Kondisi ini membuat aktivitas menjadi sulit, antara lain karena adanya keterbatasan fisik, intelektual, mental atau sensorik dalam jangka waktu yang lama. Penderita disabilitas akan mengalami hambatan dan kesulitan berpartisipasi secara penuh dan efektif dengan lingkungan sekitar berdasarkan kesamaan hak.

Sedangkan difabel merupakan penggambaran kondisi seseorang yang mengalami disabilitas. Terdapat permasalahan dengan struktur atau organ tubuh, seperti kecacatan dan mengakibatkan adanya batasan fungsional yang berkaitan dengan aktivitas penderitanya. Difabel juga lebih mengacu pada keterbatasan peran dalam kehidupan sehari-harinya di dalam masyarakat.

Hari Disabilitas Internasional atau Hari Penyandang Disabilitas Internasional diperingati setiap tanggal 3 Desember. Juga diperingati untuk memperjuangkan hak-hak dan kesejahteraan mereka di semua bidang dan pembangunan. Perayaan ini juga dibuat untuk meningkatkan kesadaran terhadap situasi para difabel di setiap aspek kehidupan, baik politik, sosial, ekonomi dan budaya.

Siapapun berhak menjalani segala keinginan dalam kehidupannya. Tentu juga berhak merasakan kesuksesan. Termasuk para difabel. Tokoh-tokoh berikut ini bisa kalian jadikan motivasi untuk ikut bergerak menumbuhkan semangat dalam menggapai cita-cita.

1. Nick Vujicic

Pria bernama Nick ini berasal dari Australia. Semenjak lahir, Nick tidak memiliki tangan karena sindrom tetra-amelia. kakinya pun tak terbentuk dengan sempurna di dalam rahim. Keduanya sangat kecil dan memiliki jari-jari yang menempel. Sehingga saat masih bayi, Nick harus menjalani operasi untuk memisahkan jari-jari kaki tersebut. Anggota tubuh inilah yang ia gunakan untuk melakukan kegiatan sehari-hari. Mulai dari belajar, memegang benda, memasang pakaian dan lainnya. Bahkan Nick mampu menulis, mengoperasikan komputer, dan bermain gawai.

Ia menjadi motivator saat berusia 23 tahun, tepatnya 2005 silam. Mendirikan sebuah organisasi bernama “Life Without Limbs” yang membuat banyak orang mendapat bantuan baik moral maupun materil. Pada 2007, Nick mendirikan perusahaan yang bergerak di bidang motivator yakni “Attitude is Altitude”. Melalui perusahaan inilah dirinya melanjutkan karier sebagai motivator. Tak hanya di negara asalnya, Nick memberi seminar motivasi di berbagai negara.

Berkat usaha kerasnya melewati hidup, ia mampu menjadi motivator yang menginspirasi banyak orang di dunia. Tak hanya mengunjungi banyak negara, namun juga membuat banyak karya dalam bentuk buku dalam menyebarkan semangatnya kepada masyarakat.

2. Muhammad Ade Irawan

Ade merupakan penyandang tunanetra, namun keterbatasan fisiknya itu mempertajam penggunaan indra lainnya. Kendati sempat terguncang, orang tua Ade menerima kondisi dan selalu mendukung minatnya.

Singkat cerita, ibu Ade sering membawa putranya bermain di berbagai kafe dan bertemu teman-teman sesama musisi. Menginjak usia belasan tahun, permainan piano Ade semakin luar biasa dan tampil di Chicago Winter Jazz Festival pada tahun 2006 dan 2007, saat usianya 12 tahun.

Hingga kini, Ade telah melanglang buana. Berulang kali ia diundang untuk mengikuti jam session bersama musisi-musisi jazz di negeri Paman Sam. Salah satunya di World Stage Community yang merupakan komunitas jazz kulit hitam kondang di Los Angeles, Amerika.

Seturut waktu berjalan, undangan untuk tampil terus berdatangan dari berbagai negara. Ade pernah tampil di Paviliun Indonesia, Italia, Kedutaan Besar RI di Bahrain, dan di Sydney Opera House, Australia.

Nick dan Ade merupakan dua contoh dari keterbatasan yang tetap mampu menginspirasi sesama lewat karya yang mereka hasilkan. Semoga menjadi inspirasi untuk semangat dan terus berkarya sebagai jalan dalam memaknai hidup kita. (yen/rst)



Kolom Komentar

Share this article