Event

Sastra, Mengalir dalam Setiap Ilmu

Minggu (7/5) pagi, Hima Sasindo FIB Unmul menggelar seminar bertajuk Lensa Warna dengan tema Konvergensi Warna dalam Sastra. (Foto: Elisha)

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


SKETSA -– Sastra sejatinya tidak hanya fokus dalam bidangnya, sastra juga bisa berhubungan dengan kajian ilmu lain. Berangkat dari hal tersebut, Himpunan Mahasiswa Sastra Indonesia (Hima Sasindo) Fakultas Ilmu Budaya, Minggu (7/5) pagi, menggelar seminar bertajuk Lensa Warna dengan tema Konvergensi Warna dalam Sastra.

Bertempat di Rumah Jabatan Walikota Samarinda dalam seminarnya kali ini, Hima Sasindo menggaet pemateri-pemateri ahli. Seperti Dosen Sastra Indonesia, Alfian Rokhmansyah, S.S., M.Hum, Dosen Filsafat Irma Surayya Hanum, M.Pd dan Dosen Psikologi FISIP Unmul Andreas Agung Kristanto, S.Psi., M.A.

Istilah konvergensi berarti suatu keadaan menuju satu titik pertemuan, sedangkan warna di sini berarti ragam kajian ilmu. Konvergensi Warna dalam Sastra berarti beragam kajian bidang ilmu lain yang bertemu dalam satu pertemuan, di mana pertemuan tersebut berpusat pada sastra.

Artinya, sastra tidak melulu fokus dalam bidangnya, tidak semata-mata tentang tulis-menulis yang menghasilkan karya tulis berupa novel, puisi dan cerpen. Akan tetapi, ada banyak bidang ilmu yang berhubungan dengan sastra seperti ilmu filsafat dan psikologi.

“"Banyak sisi dunia yang dapat dilihat dalam satu konvergensi warna,"” ucap Ketua Umum Hima Sasindo, Aslam Cahya Putra dalam sambutannya.

Cuaca dingin sebab hujan mengguyur Samarinda, tidak menghalangi semangat peserta menyimak penjelasan-penjelasan dari pemateri. Peserta yang hadir pun tidak hanya berasal dari FIB, ada dari FISIP, FMIPA, hingga mahasiswa Politani Samarinda.

Seminar dibuka oleh Kepala Program Studi Sastra Indonesia, sekaligus Pembina Hima Sasindo Syamsul Rijal. Menurutnya, ilmu tidak bisa dikatakan ilmu jika tidak berhubungan dengan bidang ilmu lain.

Materi pertama dibawakan Alfian Rokhmansyah yang mengantarkan peserta berkenalan dengan sastra lebih dalam. Mulai dari pengertian sastra, bagaimana cara mendekati sastra, hingga kajian-kajian sastra. Alfian mengungkapkan bahwa sastra adalah ungkapan emosi dari pengarangnya yang diaplikasikan dalam goresan pena.

Materi kedua disampaikan Irma Surayya Hanum, satu-satunya pemateri wanita dalam seminar tersebut. Ia menjelaskan kaitan sastra dengan kajian ilmu filsafat, bahwa sastra dan filsafat bagaikan satu keping mata uang, artinya sastra dan filsafat tidak dapat dipisahkan. Berfilsafat dapat diwujudkan dalam karya sastra.

Dalam penjelasannya, Irma mengatakan filsafat dan sastra memiliki persamaan, keduanya sama-sama membicarakan kehidupan manusia secara individu dan manusia dengan sosialnya. Sastra merupakan refleksi evaluatif, sementara filsafat merupakan refleksi kritis.

Maka, selalu ada tujuan di balik tulisan karya sastra. Sastra bukanlah sebuah ilmu, akan tetapi untuk mempelajari sastra membutuhkan ilmu. Di akhir diskusi materi, Irma juga berkesempatan membacakan tiga buah puisi yang ditulis oleh peserta seminar.

Terakhir dalam materi hubungan sastra dengan psikologi, dipaparkan Andreas Agung Kristanto. Dosen yang akrab disapa Andre ini mengatakan bahwa sastra adalah sebuah keindahan, karenanya sesuatu yang mengandung keindahan dapat mempengaruhi emosi seseorang. Atau sajak Chairil Anwar, "Hampa" dapat dijadikan gambaran bagaimana kondisi hati seseorang.

Sastra, filsafat dan psikologi dalam seminar pagi tadi menggambarkan bahwa tak ada yang tak berkaitan. Mereka terhubung, tanpa disadari, ia mengalir dalam setiap nafas dan menjadi warna bagi mereka yang paham. (bip/els/jdj)



Kolom Komentar

Share this article