Event

Pesona Batik Indonesia, Tumbuhkan Rasa Cinta pada Pemuda

Bertepatan 2 Oktober yang merupakan Hari Batik Nasional, Mulawarman Festival (Mulfest) 2017 yang diselenggarakan BEM KM Unmul hadirkan talkshow dengan tajuk "Pesona Batik Indonesia". (Foto: Dyah)

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


SKETSA - Bertepatan 2 Oktober yang merupakan Hari Batik Nasional, Mulawarman Festival (Mulfest) 2017 yang diselenggarakan BEM KM Unmul hadirkan talkshow dengan tajuk "Pesona Batik Indonesia". Rangkaian acara ini dilaksanakan sebagai simbol kepedulian generasi bangsa Indonesia.

Talkshow ini menghadirkan tiga pembicara yang memang mencintai batik dan memiliki alasan tersendiri untuk bergelut dengan batik.

Moh. Bahzar, seorang dosen juga kolektor batik ini telah mengoleksi batik hingga mencapai 2000 lembar dengan motif yang mencakup se-nusantara, bahkan motif hindia. Di talkshow ini ia pun berbagi rahasia bagaimana caranya merawat batik dengan benar.

"Menyimpan batik sebaiknya jangan di lemari yang terbuat dari kayu, sebab akan cepat membantu pemudaran warna batik. Sangat disarankan untuk menyimpannya dalam lemari kaca. Lalu batik bisa dirawat dengan cara mencuci seminggu dengan menggunakan silki agar tetap bercahaya. Ingat jangan gunakan bahan deterjen sejenis rinso," terangnya, yang tak sedikit memicu gelak tawa.

Adapula, Nirmala Yukiko yang menyandang gelar Putri Batik 2014 menjadi beban tersendiri untuk memperkenalkan batik pada masyarakat secara meluas. Nirmala mengaku, mempernalkan batik tidak harus menunggu dorongan dari pemerintah. Dimulai dari hal terkecil, melalui sosial media misalnya.

"Biasanya saya kalau posting foto yang mengenakan batik memakai caption lebih rinci, lebih panjang agar makna yang mau disampaikan itu nyampai," ujar mahasiswa Manajemen Unmul ini.

Nirmala juga berbagi tips dan trik bagaimana rahasia agar tetap stylist dan trendi dengan batik. "Batik itu exclusive ya. Jadi mereka yang bilang kuno itu sebenarnya enggak ngerti tentang batik. Kita tetap bisa stylist koq, dengan cara mix and macth yang sesuai. Tapi jangan sampai too match. Kalau atasan glamor ya, bawahan jangan ngejreng harus ada yang meredup, menyeimbangkan. Sehingga dipandang juga enak, nyaman gitu lohh," bebernya.

Annas Maghfur CEO Aemtobe pun menambahkan agar tidak menggunakan motif yang monoton, sebagai gantinya memang dalam dunia fashion harus selalu update dengan hal-hal baru.

"Mengenakan batik enggak harus pure batik. Malah yang begitu terkesan monoton. Yah, yang penting nempel dengan warna yang lebih kalem akan menambah kesan kasual." tutupnya mengakhiri.


Filosofi Batik sebagai Pelindung

Batik memang bukanlah sekadar kain, bukan pula sekadar penutup tubuh. Ada filosofi tersendiri pada batik. Menurut Encik Akhmad Syarifudin, Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni, filosofi batik yakni pada teknik malam yang melindungi, ibaratkan melindungi badan, keluarga, dan juga bangsa. Sehingga dapat disimpulkan batik bermakna sebagai pelindung.

Alasan diadakannya acara ini, menurut Encik pertama adalah Unmul yang telah mencapai akreditasi A, dapat memulai langkah baru, terlebih pada seni batik khas Kalimantan. "Misalnya kita buat Center of Excelent Batik Kalimantan. Nah yang cocok merealisasikan itu mahasiswa FIB karena sesuai dengan kompetensi mereka," ujar Encik.

"Kita pelajari sejarah batik kalimantan dan ragamnya. Kan banyak tuh. Jadi orang kalau mau pelajari batik khas Kalimantan di mana? Di FIB Unmul," tambahnya.

Ditemui usai acara, Yuspebri Mika Ketua Panitia dalam talkshow ini, mengaku tak menyangka bahwa peserta begitu antusias. 200 kursi terisi penuh, bahkan panitia sempat menambah beberapa kursi lagi. Padahal, kata Mika, undangan dan broadcast baru disebar dua hari jelang acara.

Sementara itu Rasidan, satu-satunya peserta yang beruntung mendapatkan hadiah kain tenun dari CEO Aemtobe ini, mengaku hadir karena ingin menambah wawasan dan kecintaannya terhadap batik. Diam-diam mahasiswa Fakultas Kehutanan itu rupanya kagum dengan Annas, karena sukses membuat batik dari limbah dan kayu ulin yang menjadi ciri khas Kalimantan.

"Di talkshow tadi saya banyak dapat hal-hal baru. Saya baru tahu bahwa ternyata ada batik dari daerah kita sendiri, terutama dari Samarinda, biasanya kan dari Jawa. Apalagi dari limbah. Ini bijaksana," tuturnya.

Rasidan pun berharap acara semacam ini terus ada untuk makin menumbuhkan rasa cinta dan bangga anak muda terhadap warisan budayanya. (bip/dyh/aml/jdj)



Kolom Komentar

Share this article