Mengenal Jurnalisme Sastrawi dengan Budaya dan Kelas Interaktif
Kegiatan pada hari kedua PJTLN Kenal Sastrawi III, peserta PJTLN berfoto bersama di depan Perpustakaan Soeman HS.
Sumber Gambar: Dok. PJTLN Kenal Sastrawi III Pekanbaru
SKETSA - Perjalanan mengenal jurnalisme sastrawi kembali berlanjut pada Kamis (18/07). Hari kedua pelaksanaan Kenal Sastrawi III oleh LPM Bahana Mahasiswa Unri mengajak para peserta untuk melihat budaya sastrawi dengan mengunjungi Perpustakaan Soeman HS yang berstatus perpustakaan provinsi. Perpustakaan ini sendiri merupakan perpustakaan dengan desain terbaik se-Asia Tenggara. Dengan total enam lantai, perpustakaan ini menjadi salah satu ikon di Pekanbaru yang mencerminkan budaya literasi di masyarakat. Pemberian nama Soeman HS sebagai nama perpustakaan ini dilakukan untuk mengenang jasa pujangga asal Riau, kelahiran Bengkalis, yaitu Soeman HS. Perpustakaan ini memiliki koleksi buku sebanyak lebih dari 300.000 buku dengan lebih dari 59.000 judul yang melengkapi setiap ruangan. Beberapa lantai juga dilengkapi dengan ruang khusus diskusi yang disediakan bagi pengunjung yang membutuhkan.
Kunjungan kemudian berlanjut dengan menjajaki setiap lantai dan diselingi dengan tanya jawab oleh panitia bersama Dahrial Iskandar, Pustakawan Koordinator lantai dua yang kali ini memandu para peserta untuk melihat dan menjelajahi seluk beluk perpustakaan yang sarat akan budaya tersebut.
Perpustakaan ini pun dilengkapi dengan ruangan Bilik Melayu, ruang khusus untuk menyimpan karya sastra masyarakat Melayu atau naskah dan narasi asing atau luar daerah yang membahas Melayu. Pemandangan sekitar perpustakaan dan arsitektur yang indah membuat perpustakaan ini menjadi tempat yang patut dikunjungi apabila sedang bertandang ke Riau. Pada akhir kunjungan peserta Kenal Sastrawi III, pihak perpustakaan melakukan sesi foto bersama dengan peserta beserta panitia dan staf perpustakaan lainnya.
Selepas kunjungan, peserta kembali ke bus yang menjadi transportasi selama kegiatan berlangsung. Canda dan tawa pun kembali terlontar dalam perjalanan menuju Balai Pelatihan Kesehatan (Balpekes) Riau, tempat peserta akan menginap dan melaksanakan diskusi selama acara.
Pada sesi pertama ini, materi dibawakan oleh Fahri Salam, editor dari Tirto.id. Sebelum materi dimulai, terlebih dahulu ia meminta peserta untuk memperkenalkan diri satu persatu. Setelahnya, materi dibuka dengan penjelasan mengenai sejarah jurnalisme sastrawi. Dengan gaya santai, Fahri memandu peserta untuk tetap santai namun fokus akan pembahasan. Feature dan penulisan narasi menjadi poin utama diskusi pada materi kali ini.
Materi yang dibawakan dapat membangun peserta untuk aktif bertanya dan berdiskusi. Selain itu, Fahri juga memberikan beberapa tips menulis narasi agar lebih kompeten dan menarik minat pembaca. Ketika penghujung kelas hampir tiba, ia memberikan tugas kepada peserta PJTLN untuk menulis narasi bebas mengenai tempat yang akan peserta kunjungi pada malam hari, yakni Taman Budaya Provinsi Riau. Setelah kelas berakhir, peserta kembali ke ruangan masing-masing untuk beristirahat.
Selepas Magrib, peserta kembali mengunjungi tempat ikonik yang ada di Riau, yaitu Taman Budaya. Ketika peserta tiba, beberapa pameran seperti seni pahat kayu dan lukisan telah dipasang di sisi kiri Taman Budaya. Sementara menunggu pertunjukan teater tiba, peserta memutuskan untuk berkeliling dan mencari bahan tugas narasi.
Usai berkeliling, peserta kembali untuk menyaksikan teater. Pertunjukan dibuka dengan nyanyian khas Melayu oleh dua pembawa acara yang diselingi dengan humor khas Melayu yang membuat penonton bergelak tawa. Teater resmi dimulak ketika kru teater asal Rumah Budaya Tengku Mahkota (RBTM) tampil dan unjuk gigi kepada penonton.
Adapun peserta lainnya pergi dan memilih untuk mewawancarai sang pembawa acara yang berlakon dengan nama Mak Long. Ia bernama asli Wahyu Muali Bone, seorang seniman yang menggeluti teater bersama RBTM. Dirinya membagikan pesan untuk tetap mencintai seni dan tidak melupakan sejarah yang membawanya.
"Kita semua bangsa Indonesia. Apapun sukunya, jangan lupakan sejarah dan jangan pernah menenggelamkan sejarah. Gali lagi sejarah, maka kita akan tahu siapa diri kita," pesannya.
Menunjukkan pukul 22:00, peserta kembali dan pulang untuk beristirahat dan melanjutkan aktivitas esok hari.
Ditulis oleh Christnina Maharani, Delegasi LPM Sketsa Unmul