Event

Lewat Semesta, Mari Belajar Cintai Alam

Keseruan dari nonton bareng Film Semesta hingga aksi nyata merawat alam Samarinda.

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


Sumber Gambar: Tanakhir Films

SKETSA – Pelbagai cara ditempuh manusia untuk merawat lingkungan, namun tak sedikit cara yang dipilih justru malah merusak lingkungan. Meratapi kondisi bumi yang semakin tua, membuat sebagian orang memutuskan untuk menepi dari hiruk-pikuk duniawi.

Termasuk 7 orang dari ujung Barat Indonesia yakni Aceh hingga membentang ke Kapatcol, Papua Barat. Kisah perjalanan 7 orang ini bukan kaleng-kaleng, mereka adalah orang yang sadar bahwa bumi semakin renta dan perlu tindakan khusus untuk tetap menjaganya.

Cerita ketujuh orang ini dirangkum dengan apik dalam film dokumenter berjudul Semesta. Film besutan sutradara Chairun Nissa dan diproduseri Nicholas Saputra serta Mandy Marahimin ini resmi tayang 30 Januari lalu di bioskop. Mengangkat tema mengenai lingkungan, sang sutradara berharap melalui film ini kesadaran publik untuk menjaga alam semakin meningkat.

Semesta menceritakan perjuangan 7 orang yang berasal dari 7 perspektif berbeda. Mulai dari daerah atau tempat, kebudayaan, pola pikir, hingga agama dan kepecayaan. Ketujuh perspektif ini coba diramu tim produksi agar menghasilkan ajakan realistis demi menjaga keseimbangan alam. Berdurasi sekitar 1 jam setengah, penonton akan disuguhkan dengan berbagai wujud nyata dari keindahan alam Indonesia.

Masing-masing keindahan alam yang hadir merupakan representatif dari manusia-manusia yang tinggal di dalamnya. 7 sosok luar biasa tadi menceritakan bagaimana pengalaman mereka ketika memutuskan untuk bersahabat dengan alam. tak hanya bersahabat, namun juga bagaimana hubungan mereka dengan alam akan selalu terjaga hingga bumi mencapai batasnya suatu saat nanti.

Tak hanya diajak berkeliling melihat upaya ketujuh tokoh inspiratif dalam film, segenap kru produksi juga membawa misi lain bagi siapapun yang menyaksikannya. Latar belakang yang diangkat dalam film ini boleh jadi berbeda dengan film fiksi lain yang acap kali tayang di layar lebar. Namun pesan yang ingin disampaikan juga sangatlah kuat. Tentang ajakan menjaga lingkungan hidup yang kian memprihatinkan. Ajakan memulai langkah kecil dalam merawat lingkungan. Semua pesan tesebut dikemas dengan apik dan mumpuni layaknya film-film bertemakan fiksi yang lain.

Melalui ketujuh tokoh protagonis yang datang dari berbagai daerah seperti Bali, Kalimantan Barat, Aceh, Yogyakarta, Papua Barat, Nusa Tenggara Timur, hingga Jakarta akan menyadarkan kamu tentang pentingnya memperlakukan alam dengan baik. Kisah-kisah penuh perjuangan mereka dalam mewujudkan alam yang lestari akan kamu saksikan dalam Semesta.

Tayang Perdana di Kalimantan: Bukan Sekadar Nonton Bareng

Film dokumenter besutan Tanakhir Films ini resmi bisa ditonton di layar kaca mulai 30 Januari lalu. Namun, Semesta tampaknya tak tayang secara reguler di seluruh bioskop kesayangan kamu, termasuk Samarinda. Berawal dari antusiasme publik yang tinggi terhadap Semesta, akhirnya membuat William Maliki, Anisa Nur Adnin, Wawan Adi Saputra, dan Merdi Sahara Anwar memberanikan diri untuk mengajukan nobar ke CGV Samarinda agar film ini bisa tayang.

Serangkaian prosespun dilalui, mulai dari persiapan hingga pelaksanaan. Mampu mengumpulkan penonton sebanyak 185 orang menjadi bukti bahwa Semesta memang layak untuk ditonton. Meski telah tayang terlebih dahulu di kota-kota besar seperti Jakarta dan Yogyakarta, Samarinda tetap tak mau ketinggalan. Tepat pada Rabu (26/02) lalu akhirnya rasa penasaran akhirnya terbayarkan dengan Semesta yang tayang secara perdana di Samarinda, bahkan pertama di Kalimantan.

Dimulai sejak 19.00 Wita antusiasme penonton sudah terlihat sejak mereka antre memasuki bioskop. Sebagian di antaranya sudah ada yang menebak-nebak akan bagaimana ahir dari film. Sebagian lagi tentu masih clueless. Penayangan selesai sekitar pukul 20.30 Wita, penonton dibuat berdecak kagum atas penyampaian pesan dalam film.

Namun, penonton tak langsung beranjak dari kursi mereka, sebab panitia pelaksana mengadakan mini talkshow dengan pegiat lingkungan kondang di Samarinda. Ia adalah Misman, salah satu yang aktif menyuarakan betapa pentingnya menjaga alam. Bahkan Misman bisa saja menjadi yang kedelapan karena perjuangannya.

Talkshow singkat berdurasi 30 menit berisikan ajakan kembali untuk selalu berkontribusi dalam melestarikan alam. “Bahkan dari tindakan kecilpun sebenarnya bisa dimulai,” ujar Misman sembari mereview pesan-pesan yang disampaikan dalam film.

Menutup sedikit talkshow-nya, Misman bersama panitia mengajak seluruh peserta untuk berkontribusi menanam pohon di bantaran Sungai Karang Mumus, Minggu (1/3) ini. Sebagian hasil dari tiket pembayaran penonton, didonasikan untuk membeli bibit pohon yang akan ditanam di bantaran sungai. Sekali lagi, upaya kecil yang dilakukan bisa meyelamatkan bumi ini dari kesengsaraan. (sut/wil)



Kolom Komentar

Share this article