Event

Habiburrahman El Shirazy dalam Seminar Nasional Sastra dan Budaya FIB Unmul

Seminar nasional sastra dan budaya FIB hari ini (7/9)

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


SKETSA – FIB Unmul hari ini (7/9), menggelar seminar nasional tentang sastra dan budaya. Menghadirkan pembicara utama Habiburrahman El Shirazy, sosok ustaz sekaligus penulis novel best seller hingga film layar lebar. Seminar itu rencananya bakal digelar hingga besok.

Tak hanya Habiburrahman, seminar yang dimulai sejak pukul 08.00 Wita itu turut menghadirkan pemateri lokal, diantaranya Dekan FIB, Mursalim, Guru Besar Sastra FIB, Bahri Arifin, dan Perwakilan dari Kantor Bahasa, Aquari Mustikawati.

Seminar yang bertema “Berfikir Kritis dan Kreatif dalam Penulisan Karya Sastra dan Pelestarian Budaya” itu digelar di Ballroom Rose hotel Swiss Bell Borneo Samarinda. Dihadiri oleh sejumlah pejabat dan staf FIB Unmul, mahasiswa, dan undangan.

Pemateri utama, Habiburrahman tak hanya berbagi ilmu yang dia miliki seputar sastra yang dituangkannya juga dalam data. Dia pun mengurai begitu pentingnya tulisan dalam setiap aspek kehidupan. Di akhir pemaparannya, pria kelahiran Semarang itu juga berbagi kiat-kiat untuk menjadi sastrawan modern dan penulis buku best seller.

Secara garis besar, materi yang disampaikan ialah seputar pentingnya pelestarian budaya melalui pengajaran, penciptaan, dan penikmatan sastra. Dalam paparannya, Mursalim dan Bahri sama-sama menekankan aspek pentingnya berpikir kritis dalam bersastra. Bagi mereka, bersastra adalah proses kreatif yang memerlukan pemikiran kritis.

Selain itu, Bahri juga mengungkapkan perlunya kontemplasi. Yakni pemaksimalan tiga potensi ruhaniah yang dimiliki setiap manusia, yaitu karya, karsa, dan rasa merujuk pada definisi sastra yang berkembang.

Sementara itu, Aquari menyebut perlunya unsur kearifan lokal dalam karya sastra dengan memasukkan bahasa daerah dalam karya sastra. Bagi perempuan berjilbab itu, bahasa daerah merupakan salah satu ciri khas karya sastra Indonesia. Namun, dia pun mengingatkan penting untuk dibuat terjemahan agar pembaca dari daerah lain tetap dapat menikmati karya sastra tersebut.

Singgih Daru Kuncara, ketua panitia seminar nasional, mengatakan, seminar semacam ini sebenarnya agenda tahunan. Namun, tahun ini terdapat sedikit perbedaan.

“Ini agenda tahunan. Namun, yang membedakan tahun ini acara digelar dua hari. Besok akan ada pelatihan menulis khusus untuk mahasiswa FIB. Targetnya ialah pengkaryaan. Kami berharap semua yang hadir bisa membuat karya dan bersastra,” tandasnya. (aml/e2)



Kolom Komentar

Share this article