Pulang Sejenak
Kembali pulang ke rumah.
Sumber Gambar: Andi Muhammad Rifky
Lebaran kali ini terasa berbeda dengan lebaran sebelumnya karena ada larangan mudik untuk tahun ini, sebelum hingga lebaran usai. Dato yang merupakan salah satu mahasiswa perantau, tak bisa datang ke rumah orang tuanya sebelum lebaran. Larangan tersebut membuat dirinya tak bisa mudik sepenuhnya pada tahun ini.
Sebelumnya, dia tidak bisa pulang lantaran larangan mudik di tahun kemarin. Kini, ia harus pasrah untuk tidak pulang ke rumah orang tua untuk kedua kalinya. Namun, ia masih berharap dapat pulang ke rumah orang tuanya, walau lebaran telah usai.
Ibu...aku ingin sekali pulang. Namun larangan mudik kali ini membuatku bingung ingin pulang apa tidak, lamun Dato sembari memandang sekitar.
Kemudian, dering telepon mengejutkannya. Sang Ibu yang menelponnya.
"Assalamualaikum, Nak Dato. Kamu kapan bisa pulang, Nak? Lebaran kemarin kamu gak pulang," tanya Ibu sambil cemas lewat telepon.
"Waalaikumsalam, Bu. Hm... sebelumnya Dato mohon maaf lahir dan batin ya, Bu. Sebenarnya Dato pengin pulang, Bu. Tapi, Dato belum bisa pulang lebaran ini karena larangan mudik," jawabnya.
"Ya ampun, larangan mudik lagi," balas Ibunya dengan rasa kecewa.
"Ibu gak perlu kecewa. Nanti coba pikir-pikir dulu ya, Bu," balas Dato.
"Ya udah. Walau lebaran sudah lewat, diusahakan pulang ya, Nak. Ibu dan Bapak sama adik-adikmu menanti."
"Sebelumnya, Ibu juga mohon maaf lahir dan batin ya, Nak. Assalamualaikum," sambung Ibu.
"Waalaikumsalam," tutup Dato sambil menutup teleponnya.
Mereka ternyata menginginkan aku pulang, karena sudah hampir dua tahun tidak mudik. Namun, aku harus berusaha untuk bisa pulang kampung walau hanya sebentar saja, batinnya.
"Mungkin ini waktu untuk pulang ke rumah. Walau sebentar, yang penting mereka senang. Kalau gitu aku akan coba berangkat setelah salat Isya," sebut Dato.
Dia pun mempersiapkan barang yang akan dibawa sebelum berangkat ke kampung pada malam hari menggunakan motor.
"Oke. Barang sudah beres, saatnya menunggu waktu," ujarnya penuh semangat.
Waktu Isya telah usai, Dato pun mulai bersiap-siap menuju kampung untuk pulang ke keluarganya. Ia meninggalkan kota, menempuh jarak yang jauh dengan waktu cukup lama. Meski perjalanannya tak sebentar, dirinya tetap semangat untuk memacu di jalan. Ia berada di perjalanan selama satu malam lamanya.
Mendekati azan Subuh, ia makin dekat dengan tujuannya. Dato berhenti sejenak untuk melaksanakan salat Subuh. Setelahnya, ia melanjutkan perjalanan hingga berhasil tiba di rumah pada pagi hari.
"Akhirnya, tiba di rumah juga," gumam Dato yang bersyukur bisa kembali ke rumah.
Setelah mengetuk pintu, ia mencoba memanggil orang di rumah.
"Assalamualaikum! Ibu, ini Dato!" ucapnya dengan nada tinggi.
"Waalaikumsalam, Dato. Alhamdulillah, kamu akhirnya pulang juga, Nak," balas Ibunya dengan penuh kejutan.
"Iya, Bu. Mohon maaf Dato baru pulang sekarang," ucap Dato sembari mencium tangan Ibu dan memeluknya.
"Yang penting, kamu tiba dengan selamat!" sahut Ibunya dengan senyuman.
"Bapak dan adik-adik mana, Bu?" tanya Dato.
"Mereka masih tidur, tuh. Semalam tadi ada acara sampai tengah malam," jawab Ibu.
"Wehladalah, " kata Dato sambil tersenyum.
Ditulis oleh Andi Muhammad Rifky, mahasiswa Ilmu Komunikasi, FISIP 2017.