Cerpen

Bunyi Radio Antik

Radio antik, suara misterius, dan teror yang mematikan

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


Sumber Gambar: Pinterest

Danum ohh Danum

Suara lirih mengagetkan Danum hingga dirinya terbangun dari tidurnya. Waktu menunjukkan pukul 2.30 malam. Memang sejak dirinya duduk di bangku sekolah, hingga dirinya telah bekerja, insomnia yang dideritanya kerap muncul tanpa ada peringatan sebelumnya. Habis deh, pikir Danum. 

Danum ohh Danum

Danum teringat dengan suara yang membangunkannya itu. Entah itu mimpi atau bukan, tapi terdengar begitu nyata. Suara perempuan yang lirih itu seperti teredam namun jelas bagi Danum. Masalahnya adalah Danum tinggal seorang diri di kontrakannya itu. Pikirannya mulai bercabang, mencoba mencari logika di tengah kecemasan. "Mungkin hanya mimpi," gumam Danum, mencoba menenangkan diri. Sejak seminggu lalu suara itu terus hadir pada jam yang sama. Untuk mengalihkan pikiran, Danum memutuskan membuka laptop dan mengecek berkas pekerjaannya yang sekiranya bisa dia kerjakan.

***

Malam ini, Danum mengundang sahabatnya, Diandra, untuk menginap di kontrakannya. Sejak pertama kali bekerja di perusahaan, mereka menjadi sahabat dekat. Diandra menerima undangan itu dengan senang hati. Diandra berpikir kalau Danum pasti tengah kesepian sampai mengundangnya. Tapi sebenarnya, Danum memiliki alasan lain: suara misterius yang mengganggunya setiap malam. Malam tadi di jam yang sama, yaitu 2.30 lagi-lagi Danum mendengar suara yang sama. Tapi kali ini suara itu mengatakan hal yang agak berbeda.

Danum oh Danum, ingin tidur selamanya?

“Kamu ketemu radio ini di mana, Num? Di toko antik? Bagus loh.”

Suara Diandra mengembalikan pikirnya ke dunia nyata. Dilihatnya Diandra tengah memperhatikan radio transistor tua yang terpajang di ruang tamu. Radio itu adalah koleksi baru Danum, hasil hobinya yang mulai mengumpulkan barang antik.

"Iya, aku beli semingguan yang lalu," jawab Danum sambil membawa belanjaan ke dapur.

“Kamu tau pemilik sebelumnya siapa?”

Danum sedikit tersentak mendengar suara dari arah belakang ketika dirinya membersihkan sayuran. Rupanya Diandra kini telah berada di dapur dan ikut mempersiapkan makan malam. Danum mengerutkan dahinya mengingat apakah dia tau pemiliknya atau tidak. 

“Tidak, aku tidak tahu. Aku ‘kan membelinya di toko antik. Mungkin itu milik yang punya toko?”

Danum jadi berpikir apakah para kolektor harus mengetahui dari mana asal barang itu. Aduh dirinya jadi kepikiran.

“Oh, begitu. Kurasa kalau kamu tau jadi lebih baik, ‘kan?”

Danum hanya mengangkat bahunya, tidak tahu mau menjawab apa lagi. Setelahnya pembahasan beralih menjadi soal keseharian mereka, pekerjaan, dan lain-lain. Danum tidak merasa sunyi lagi di kontrakan. Yah, walaupun hal ini hanya akan dia rasakan malam ini saja. Setidaknya, pikiranya teralihkan dari rasa takutnya terhadap suara itu.

Dan hingga pagi, Danum tidak mendapati ada keanehan yang muncul. Danum bersiap dan Diandra juga bersiap. Ketika Danum akan menyiapkan makanan, Diandra meminta untuk sarapan di dekat kantor saja. Agar tak terlambat, kata Diandra. Meski agak heran Danum mengiakan lagi permintaan temannya itu. Padahal mereka sudah membeli bahan makanan untuk sarapan kemarin. Ketika mereka sarapan di warung makan dekat kantor mereka, Diandra membeberkan sesuatu yang membuat Danum tahu alasan kenapa dirinya bisa tertidur pulas malam tadi.

"Num, tadi malam, sekitar jam setengah tiga, aku dengar suara aneh," katanya di sela sarapan mereka.

Danum tertegun. "Suara apa?"

"Awalnya seperti gumaman. Lama-lama, suara itu jadi jelas dan berulang: 'Danum, oh Danum, ingin tidur selamanya?'" jawab Diandra.

Mata Danum membesar. Itu kalimat yang sama persis dengan yang selama ini dia dengar. Dia mencoba menyangkal, "Mungkin kamu mimpi, Ra."

"Aku yakin aku nggak mimpi. Suara itu berasal dari radio antikmu. Waktu aku dekati, suaranya tiba-tiba hilang, persis seperti radio yang dimatikan," jelas Diandra dengan nada serius.

Mendengar itu, bulu kuduk Danum meremang. Dia baru ingat sesuatu, suara misterius itu mulai muncul setelah dia membeli radio itu. Tapi selama ini, dia tidak pernah curiga bahwa suara itu berasal dari benda tersebut.

Danum kini membelalakkan matanya tidak percaya. “Tapi itu radio jadul, Ra. Mana bisa dibuat jadi alarm. Dan kata pemilik toko, radio itu sudah tidak berfungsi, hanya bisa jadi pajangan,” ucap Danum menggebu-gebu. Dirinya kini dilanda rasa bimbang antara percaya dan takut.

“Itu yang ada di pikiranku ketika mengetahui suara itu berasal dari radio antikmu itu, Num. Ketika aku mendekat, suara itu berhenti, persis seperti suara radio yang dimatikan. Aku merinding bukan main dan bergegas kembali ke kamar tidur. Hingga pagi aku tidak bisa tidur makanya kamu liat aku bangun duluan!” terang Diandra tak kalah mengebu.

Danum hanya terdiam mencerna penjelasan dari sahabatnya itu. Dia baru ingat kali pertama dia mendengar suara lirih itu setelah beberapa hari dirinya membeli radio antik itu. Namun, selama ini Danum tidak pernah curiga karena dirinya tidak merasa suara yang membangunkannya adalah suara dari radio.

Malam itu, Danum memutuskan untuk berjaga hingga suara itu muncul lagi. Dan ternyata yang dikatakan oleh Diandra benar. Pada jam yang sama, suara gemuruh statis mulai terdengar, mirip radio yang mencari siaran. Perlahan, suara itu berubah menjadi panggilan lirih:

Danum oh Danum…

Suara itu sama persis dengan suara yang selalu dia dengar. Sontak saja Danum merinding bukan kepalang sebab dirinya menyadari kalau suara yang selama ini menghantuinya tidak berasal dari mimpinya melainkan suara sungguhan. Ada ketakutan yang membuat Danum ragu untuk membuka pintu kamar.

Danum oh Danum buka pintunya…

Suara itu terdengar dibarengi dengan pintu kamar Danum yang langsung terbuka dengan cepat. Danum hanya terpaku melihat kejadian itu. Dari pintu kamar Danum dapat melihat jelas radio antik yang memang diletakkannya di meja ujung ruang tamu. 

Danum oh Danum...

Danum dapat mendengar jelas suara itu berasal dari radio antik yang ada di ujung sana. Suara itu lirih dan teredam.

Danum, tidak bisa tidur? Mau tidur selamanya?

Danum takut sekali. Tubuhnya tidak bisa dia kontrol. Dia hanya merasa bahwa dirinya mengangguk tanpa bisa dicegah.

Sini… mendekat, biar kuajari.

***

Keesokan paginya, Diandra menerima kabar mengejutkan. Danum ditemukan tewas di kontrakannya. Polisi menyebutkan kematiannya sebagai bunuh diri. Namun, Diandra tidak percaya begitu saja. Semalam, dia membaca artikel tentang radio antik yang sama seperti milik Danum. Radio itu sebelumnya dimiliki oleh seseorang yang juga ditemukan tewas dalam keadaan misterius, dengan luka yang sama.

Sebuah catatan dalam artikel itu menyebutkan bahwa korban sebelumnya pernah mengeluhkan mendengar suara aneh dari radio tersebut. Suara yang sama, dengan pesan yang sama: Ajakan untuk tidur selamanya.

Dengan hati penuh penyesalan, Diandra hanya bisa menangis. Jika saja dia lebih cepat memperingatkan Danum, mungkin segalanya akan berbeda.

Cerpen ini ditulis oleh Siti Mu'ayyadah, Mahasiswa Prodi Sastra Inggris FIB Unmul 2022.



Kolom Komentar

Share this article