Anomali
Anomali dari sebuah pembunuhan
- 07 Oct 2023
- Komentar
- 806 Kali
Sumber Gambar: Pexels
Seorang pria terbangun di sebuah ranjang kamar indekos, dengan kondisi tangan terborgol. Pria itu berusaha keras melepaskan tangannya dari borgol yang dikaitkan ke tiang ranjang. Setelah berhasil melepaskan tangannya dari borgol, pria itu tampak linglung seperti seorang pria yang habis menenggak 5 botol anggur merah. Di kamar indekos, pria itu melihat sebuah ponsel di atas meja lalu berusaha menghubungi siapa pun yang dikenalinya di kontak ponsel tersebut. Ia terkejut, tidak ada satu pun nomor yang tersimpan di kontak ponsel itu.
Ia juga tidak mengerti mengapa dia terbangun dengan kondisi tangan terborgol di indekos tersebut. Indekos bertingkat yang memiliki 20 kamar tampak kumuh dan sepi. Pria tersebut masih linglung, bahkan tidak ingat siapa namanya. Di dalam kamar, pria itu menemukan sebuah flashdisk yang terpasang di laptop tepat di sudut kamar. Ia penasaran dengan isi flashdisk tersebut, dan ia putar sebuah file video dari flashdisk itu.
“Tolong… tolongin gue… tolong!” Teriak wanita di dalam video yang ditarik seseorang, lalu menggorok leher wanita tersebut. Pria itu panik selepas menonton video dari flashdisk tersebut.
Pria tersebut merogoh sebuah dompet dari kantong celananya. Lalu, ia menemukan sebuah foto seorang pria dan wanita yang tampak ceria. Ia juga menemukan sebuah KTP dengan foto dirinya, bertuliskan nama Tora Bastian. “Tora. Itu namaku,” ucap pria tersebut. Pria itu menangis setelah menyadari wanita di foto adalah wanita yang sama di video tadi. Tora yakin itu adalah adiknya, yang telah terbunuh entah ulah siapa.
Tora keluar dari kamar nomor 20. Di luar ia melihat bekas darah di lantai, seperti darah mayat yang sengaja diseret. Ia mengikuti bekas darah tersebut, sampai berhenti tepat di kamar nomor 15. Wajah Tora terlihat sangat gugup, seperti bocah dikejar anjing sambil ngompol di celana. Saat dibuka, benar saja seorang wanita berlumuran darah di bagian leher tergeletak di kamar itu. Tora histeris, tidak percaya apa yang telah terjadi. Di tambah tangannya berlumuran darah yang masih merah. Tiba-tiba suara sepatu orang berlari terdengar oleh Tora. Tora yang panik bersembunyi di balik pintu sambil memantau siapa yang baru saja berlari.
Di balik pintu, Tora tidak melihat siapa pun di luar. Itu semakin membuatnya penasaran. Siapa sebenarnya yang ada di luar dan kenapa ia bisa terbangun di tempat ini. Tora memberanikan diri keluar dari kamar, untuk memastikan bahwa di luar benar-benar tidak ada siapapun. Berbekal golok yang berlumuran darah, pastinya golok tersebut digunakan untuk menggorok leher wanita di dalam video. Tora bergerak mengarah ke tangga untuk turun ke lantai 1.
Di kamar terakhir dekat tangga keluar, ada seorang pria yang menghantam Tora dengan kursi plastik. Tora terkejut, dan langsung mengayunkan golok ke kaki pria tersebut hingga pria tersebut tersungkur. Kaki pria tersebut nyaris putus dan mengalami pendarahan parah. Pria tersebut menjerit kesakitan. “Lo dalang semua ini, anjing!” Teriak pria tersebut. Tora kebingungan dan mundur perlahan meninggalkan pria tersebut, lalu kembali ke kamar tempat ditemukan mayat wanita bersimbah darah tadi. Tora memikirkan kenapa pria tadi mengatakan dia dalang semua kejadian mengerikan ini. Sampai ia melihat secarik kertas warna kuning yang terlihat di kantong baju mayat wanita di kamar. Kertas itu berisi tulisan “Awal adalah kunci dari semuanya”.
Melihat tulisan itu, Tora kembali ke kamar nomor 20. Kamar di mana ia terbangun dengan kondisi tangan terborgol. Di kamar itu Tora memeriksa semua isi kamar sebagai petunjuk selanjutnya. Di bawah ranjang, Tora menemukan 2 suntikan berisi cairan serta secarik kertas warna kuning lagi. Bertuliskan “Coba salah satunya untuk menemukan jalannya”. Tanpa pikir panjang Tora menyuntikkan salah satu suntikan ke tangannya. Tak berselang lama, kepala Tora terasa pusing dan ia teringat kejadian awal di tempat ini. Seorang wanita baru saja keluar dari kamar nomor 15 dan langsung ditikam dari belakang, lalu lehernya digorok dan diseret kembali ke kamar nomor 15. Ternyata, Tora sendiri pelakunya. Setelah membunuh wanita tersebut, Tora masuk ke kamar nomor 20. Menyuntikan dirinya obat tidur, lalu memborgol tangannya sendiri ke tiang ranjang.
Setelah sadar akibat efek suntikan tersebut, Tora tersenyum menghadap cermin. Lalu ia mandi dan berpakaian rapi, siap pergi dari indekos tersebut. Pria yang terluka parah tadi sudah tewas kehabisan darah di luar. Tora menyeret pria tersebut ke kamar nomor 15 dan mengunci kamar tersebut. Saat di parkiran, dari kejauhan Tora melihat sebuah mobil menuju ke arah indekos tersebut. Sesampai mobil itu di parkiran, keluar sepasang remaja yang hendak menyalurkan birahinya di indekos tersebut.
“Kamar nomor berapa mas? Sini saya bantu antarkan,” ucap Tora.
“Nomor 8. Enggak usah pak, kami bisa sendiri,” ucap salah satu remaja itu.
“Enggak perlu bayar mas. Sebagai sesama penghuni indekos, saya mau membantu saja,” balas Tora.
Tora mengantarkan kedua remaja tersebut sampai kamar nomor 8. Saat kamar tersebut dibuka, Tora langsung mengayunkan golok ke leher kedua remaja tersebut hingga darahnya muncrat dan tewas di kamar itu juga. Lalu, Tora merekam kedua remaja tersebut, dan videonya dimasukkan ke flashdisk lalu dipasangkan di laptop. Tora juga menuliskan tulisan yang sama seperti di kantong baju wanita sebelumnya, dan dimasukkannya ke kantong baju remaja yang baru saja dia bunuh. Tora kembali ke kamar nomor 20, menyuntikkan obat tidur di tangannya, dan memborgol tangannya ke tiang ranjang.
Cerpen ditulis oleh Muhammad Refinaldi, mahasiswa Sastra Indonesia, FIB 2022.