Berita Kampus

Unmul Ketinggalan, KTM Perbarui Tiap Tahun Ajaran

Mahasiswa Unmul baru maupun lama, masuk tahun ajaran baru mesti perbarui KTM. (Foto: Diyah Hariyani)

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


SKETSA - Para pengenyam pendidikan tinggi pasti diwajibkan memiliki tanda pengenal, yakni Kartu Tanda Mahasiswa (KTM). Dalam penerapannya di Unmul, KTM harus diperbarui tiap tahun ajaran baru atau semester ganjil. Dengan menyerahkan bukti registrasi dari Sistem Informasi Akademik (SIA) Unmul, mahasiswa bisa mendapatkan kertas tipis yang dilaminating itu.

Baik mahasiswa lama dan baru wajib, mengurus KTM. Mereka harus mengantre di ruangan yang tergolong kecil, jika dibandingkan dengan jumlah mahasiswa Unmul. Padahal jika melirik di universitas lain, pembuatan KTM justru hanya dilakukan sekali, selama mahasiswa tercatat aktif di kampus.

Layaknya e-KTP, KTM pun mampu berwujud elektronik yang dapat dwifungsi menjadi ATM (Anjungan Tunai Mandiri) guna transaksi uang kuliah. Beberapa perguruan tinggi pun telah terapkan KTM elektronik tersebut, dan sebagian besar berada di Jawa. Namun, setelah Sketsa telusuri, ternyata ada universitas di Samarinda yang terapkan juga, yakni Institut Agama Islam Negeri (IAIN), sedang Politeknik Negeri Samarinda hanya berupa KTM sekali selama berkuliah.

Ditemui Sketsa, Selasa (8/8) Kepala Bagian Akademik dan Kemahasiswaan La Hasan mengatakan jika itu diterapkan di Unmul harus melalui pertimbangan mendalam.

"Kalau (KTM) sekali selama jadi mahasiswa, kita pikirkan lagi, apa dampak positif dan negatifnya? Kalau saya pribadi, setuju KTM sekali selama kuliah, bahkan katanya sekaligus ATM," terangnya.

Bahkan, hal ini pernah dibahas beberapa tahun lalu saat, ia belum menjabat. "Dulu sepertinya sudah pernah sosialisasi mengenai itu, tapi belum direspons. Jadi, kalau mau merencakan ulang harus dibahas kembali dengan fakultas, juga saran dan dukungan mahasiswa," lanjutnya.

Sejauh ini, peran KTM hanya memonitor mahasiswa yang aktif. Pun pembaharuan KTM tiap semester ganjil merupakan tradisi lama yang turun-menurun. Hasan pun tak tahu-menahu berapa anggaran yang dikucurkan untuk pembaharuan KTM ini. 

"Jika bisa direalisasikan, anggaran untuk pembaruan atau pembuatan KTM tiap tahun bisa dialokasikan untuk kegiatan lain," ucapnya.

Kendala lain, kata Hasan adalah karena teknologi informasi (TI) Unmul yang masih minim. Menengok, universitas muda di luar sana, yang terapkan dulu, mestinya ini jadi motivasi Unmul. Sebab, Unmul kini tak sekuno dulu.

Terpisah, Eko Ridho Alreza mahasiswa Sastra Inggris mengaku belum membuat KTM tahun ini, lantaran sesaknya mahasiswa memenuhi tempat pembuatan KTM. "Setiap tahun ngurus KTM, mendingan nitip saja nanti. Sebab ngeri jika harus berdesakan dengan banyak mahasiswa lainnya,” katanya.

Disadari, fungsi KTM di kampus hijau yang mau tak mau harus diperbarui setiap tahun. Alhasil, bagi mahasiswa yang tak kunjung pergi, jadilah kolektor KTM sejati. Eko mengaku 6 KTM telah dikantonginya.

“KTM satu saja cukup kalau hanya untuk sebagai identitas. Selain efisien waktu, lebih efisien ruang dan juga sumber daya baik SDM serta SDA. Sayang, jika selalu buang-buang kertas dan tinta hanya memperbanyak sampah," ujar mahasiswa angkatan 2011 itu kepada Sketsa (8/8).

Menurut Eko, Unmul seakan menolak maju, karena tak berinovasi terapkan KTM elektronik. Di sisi lain, pembuatan KTM di masa liburan ini mengusik mahasiswa. Begitu pula menurut Muhamad Taufik Noor. Mahasiswa Fakultas Kehutanan ini mengaku, liburannya terpotong karena harus berurusan dengan KTM.

Perjalanan panjang dari kampung dan kembali ke kampus hanya demi tanda pengenal itu, di lakukan tiap tahun. Tenaga dan biaya jadi keharusan yang mesti dikeluarkan lagi.

"Seharusnya ada aturan khusus dan ketegasan untuk pembuatan KTM, boleh nitip atau tidak. Saya juga kepingin nitip tapi was-was, sebab tidak ada kejelasan (aturan)," ungkap Taufik. Oleh karenanya, mahasiswa 2015 ini setuju jika sistem KTM hanya sekali. (snh/dyh/krv/jdj)



Kolom Komentar

Share this article