Berita Kampus

Sukardi Akui Keterlibatan Pertamina di Eco Summit, Namun Tampik Pije Lakukan Politik Dua Kaki

Ilustrasi (Sumber: migasreview.com)

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


SKETSA – Sukardi berjalan sendiri mendatangi Sketsa usai rapat terbatas BPH BEM FEB berakhir Minggu sore (15/4). Sosok Gubernur BEM FEB Freijae Rakasiwi alias Pije ada di sana, namun sebagai Wakil Gubernur Kardi cukup percaya diri untuk datang sendiri.

Kosongnya suasana kantin FEB karena memang tak ada jam kuliah dan aktivitas kantin pada semestinya, membuat deretan kursi lowong di kantin mudah dipilih sesuai kemauan untuk lokasi wawancara. Usai bersalaman, Kardi langsung duduk dan bersiap meluruskan beberapa hal yang sudah diberitakan Sketsa terkait pertemuan terbatas Pije dan dua stafnya dengan pihak Pertamina.

Memang sebelumnya, saat Sketsa meminta keterangan ke Pije terkait adanya bahasan Eco Summit antara panitia pelaksana dan Pertamina, gubernur BEM FEB tersebut menampik adanya bahasan Eco Summit. Padahal, dua anggotanya di internal BEM FEB justru mengakui adanya bahasan itu.

Selengkapnya: https://sketsaunmul.co/berita-kampus/pertamina-dan-gubernur-bem-feb-lakukan-pertemuan-terbatas-apa-yang-dibahas/baca

Terbatas, Apa yang Dibahas?

Namun setelah Sketsa memperlihatkan adanya keterangan dua anggota Pertamina yang menyatakan sebaliknya, Pije akhirnya sedikit melunak dan membocorkan pembahasan lain yang pihaknya lakukan bersama pihak Pertamina selain Blok Mahakam dan PGTC.

Selengkapnya: https://sketsaunmul.co/berita-kampus/membahas-eco-summit-dengan-pertamina-pije-saya-kaget-tapi-ini-memang-benar-apa-adanya/baca

Diakui Kardi, dirinya sudah membaca hasil wawancara yang dikirimkan Sketsa secara langsung ke Pije tersebut. Atas dasar itulah, Kardi ingin meluruskan beberapa hal, termasuk menyebut bahwa pertemuan tersebut adalah permintaan dari pihak Pertamina, bukan dari pihak BEM FEB.

“Mereka (pihak Pertamina) yang menginginkan ketemu pasca (Selasar Dedikasi) itu. Jadi yang hadir kemarin Pije dan dua orang panitia inti dari Eco Summit ke D’Orange,” sebutnya.

Sembari wawancara, Kardi sedari awal sudah meletakkan gawai miliknya di atas meja. Posisi layar gawai mengarah ke bawah, sedang posisi casing belakang mengarah ke atas. Selain pihak Sketsa, Kardi diam-diam juga merekam pembahasan dalam sesi wawancara ini.

Berikut hasil wawancara Sketsa bersama Wakil Gubernur BEM FEB Sukardi:

Apakah Anda sudah diperlihatkan oleh Pije tentang hasil wawancara Sketsa yang membahas terkait pertemuan dirinya dengan Pertamina?

Sudah.

Bagaimana Anda menyikapi pertemuan dua anggota dan Pije terkait pertemuan di D’Orange Café yang diberitakan Sketsa?

Mengenai itu memang sebenarnya sangat pas sekali. Kemarin itu kami ingin bertemu di Pertamina, bukan di D’Orange. Kami kemarin siangnya sudah ingin ketemu, tapi dikonfirmasi reschedule bertepatan dengan kemarin kami mengundang beliau menjadi pemateri Selasar Dedikasi. Mereka yang menginginkan ketemu pasca itu (Selasar Dedikasi) untuk bertemu. Jadi yang hadir kemarin Pije dan dua orang panitia inti Eco Summit ke D’Orange.

Jadi tanggapan menyeluruh terkait berita itu seperti apa?

Jadi kalau saya menanggapi berita yang disampaikan Pije, beritanya belum keluar ya?

(Catatan: Pernyataan ini diminta Sketsa saat berita tentang isi bahasan Pije dan dua stafnya ke pihak Pertamina belum secara resmi dinaikkan ke website Sketsa)

Beritanya belum keluar.

Jadi saya tahu informasinya memang ada isu-isu yang negatif terhadap Pije selaku gubernur, karena memang ini menyangkut panitia Eco Summit. Jadi kalau saya melihat, yang disampaikan Pije adalah memang benar, artinya pengajuan proposal itu memang sudah jauh-jauh hari sebelumnya ada aksi itu.

Kapan kira-kira?

Sudah sebulan yang lalu kami rencanakan. Stadium General & Field Trip (SGFT) namanya, itu sudah jauh-jauh hari kami rencanakan.

Berarti Maret ya?

Iya, Maret sudah persiapan, kami SGFT-nya di Pertamina, jadi pasti akan ke Pertamina. Memang dan kemarin bertepatan dengan informasi BBM naik. Jadi namanya kita mahasiswa yang hari ini harus selalu mengontrol kebijakan-kebijakan pemerintah, harus wajib memberikan respons-respons terhadap kenaikan BBM ini dan kelangkaan, dan kami sorot itu lebih ke kelangkaan.

Jadi kemarin Aliansi Garuda Unmul sudah aksi sebanyak dua kali ke Pertamina dan pemerintah. Jadi hal wajar yang memang tanggung jawab kita sebagai mahasiswa, karena memang kita menuntut kelangkaan BBM non-subsidi. Jadi kami menuntut Pertamina mengawasi ketersediaan BBM agar tetap ada. Memang yang bermasalah adalah penetap-penetap.

Jadi hal wajar karena Pertamina kita mengajukan proposal adalah wajib, karena saya rasa itu adalah CSR (Corporate Social Responsibility) dari Pertamina. CSR pendidikan yang memang harus perusahaan-perusahaan yang mengeksplorasi sumber daya alam Indonesia harus ada CSR.

Makanya namanya semua BEM-BEM pasti begitulah. Artinya selalu mencari sponsor, bantuan dan bertepatan memang kami ingin SGFT ke Pertamina sudah jauh-jauh dikonsep, memang betul-betul proposalnya pas ketika ada isu ini.

Jika seandainya Pije mengakui adanya bahasan Eco Summit, maka ada kemungkinan citranya dipandang buruk oleh Aliansi Garuda Mulawarman. Alasannya sederhana, dia menuntut ke Pertamina, tapi di sisi lain mengajukan proposal Eco Summit ke sana. Namun jika Pije menutupi itu, maka dampaknya akan seperti sekarang, dirasakan oleh internal BEM FEB, terutama keberlangsungan acara Eco Summit yang bisa saja batal dibantu oleh pihak Pertamina. Bagaimana Anda secara kelembagaan BEM FEB memandang keputusan Pije sehingga akhirnya ia lebih memilih untuk menutupi adanya bahasan Eco Summit dengan Pertamina saat dikonfirmasi Sketsa beberapa hari yang lalu?

Jadi mengenai perihal itu memang kami sudah berkomitmen bahwa sudah menjalin komunikasi dengan Pertamina sebelum adanya aksi. Artinya itu dua hal yang berbeda mengenai acara mahasiswa dengan penanggapan isu dan kebijakan. Artinya tidak bisa semena-menanya untuk menyalahkan kami, karena sudah jauh- jauh hari sudah dipersiapkan teman-teman acara ini, dikonsep sedemikian rupa mengenai semua proposal apa pun itu.

Artinya ini bukan hal mengambil momen, tapi momen yang kemudian datang dan isu ini kenanya ke kami, pas banget. Jadi kalau Pije, kami sudah menguatkan bahwa ini wajar, karena tanggung jawab kita sebagai mahasiswa adalah menyikapi permasalahan tentang kelangkaan BBM. Tapi di lain sisi, kami punya event yang sudah dirancang konsep dan pengajuan tetap ke Pertamina, karena sudah jauh-jauh hari menjalin komunikasi. Hal wajar.

Kemudian menjadi permasalahan adalah memang harus ada tanggapan-tanggapan yang tidak semena-menanya kami selalu disudutkan, karena hal wajar, karena yang mengambil kebijakan sebenarnya di pemerintahan.

Pertamina ini bagaimana kami nekan, mengevaluasi. Artinya harus ada kontrol dari Pertamina untuk menjaga stok yang ada di SPBU-SPBU, itu sebenarnya. Kami bukan mengambil momen, ataupun memanfaatkan Pertamina, tidak. Kami tidak memanfaatkan Pertamina, hanya saja itu pas banget dengan kami mengajukan proposal, karena Pertamina sendiri yang kita menginginkan datang tapi mereka yang ada pasca Selasar Dedikasi. 

Tidak ada masalah teman-teman mempersiapkan Eco Summit dan mengajukan proposal ke Pertamina. Cuma yang jadi menarik adalah Pije justru menutupi bahasan ini ke Sketsa, dia hanya bilang PGTC dan Blok Mahakam.

Benar memang jadi Pije berbicara mengenai nasionalisasi aset. Dia berbincang dengan pihak Pertamina mengenai itu (Blok Mahakam) dan PGTC, karena memang dari pihak Pertamina ada program itu di kampus, ada lomba-lomba juga, dia menawarkan business plan.

Tapi PGTC niat awalnya untuk BEM KM Unmul?

Ya untuk BEM KM, tapi mereka juga menyampaikan ke BEM FEB. Artinya BEM FEB juga bisa mewadahi dan ada tim-timnya untuk ikut lomba itu business plan, katanya. Karena kemarin saya tidak hadir di D’Orange Café bersama pihak Pertamina itu. Memang juga kami menyampaikan tentang itu proposal SGFT juga tentang education trip ke Pertamina.

Bagaimana secara pribadi, bukan kelembagaan, Anda memandang pernyataan Pije tersebut, menyatakan tidak ada pembahasan Eco Summit ke media?

Kalau saya memandang pribadi, saya mengatakan Pije memang memandang itu adalah pembahasan nasionalisasi aset dan PGTC. Selebihnya dia menguatkan juga, ada anak-anak acara yang membahas education trip, jadi enggak masalah Pije benar arahannya. Memang kesepakatan untuk bertemu membahas perihal itu (Eco Summit).

Walaupun setelah fiksasi ingin dibantu, tanggal 4 April Pije aksi lagi, Anda
tetap bilang itu tidak apa?

Tidak masalah. Itu kan tanggung jawab kita loh, jadi ini jangan dipolarisasi, karena ini berbenturan memang dengan isu yang paling hangat. Ini terkait kelangkaan BBM dan di lain sisi mengonsep (Eco Summit) jauh-jauh hari sebelum adanya (aksi BBM) ini.

Jadi ini salah satu bentuk memandang kami memanfaatkan Pertamina, ini pemikiran yang salah. Ini sudah kami rancang jauh-jauh hari konsep ini. Yang jadi permasalahan media adalah banyak orang-orang yang kemudian ingin membenturkan dua sisi kami BEM FEB. Misalnya dalam hal ini, gubernur saya difokuskan terhadap permasalahan isu dan berita ini.

Dalam perspektif politik, sifat seperti ini secara tersirat ataupun langsung adanya bahasa-bahasa politik dua kaki, artinya juga mengamankan kepentingan golongan di BEM FEB tapi juga membersihkan nama ataupun dianggap tetap memperjuangkan aspirasi di Aliansi Garuda Mulawarman. Menurut Anda, apakah sifat politik dua kaki yang dilakukan pimpinan Anda, layak dilakukan oleh seorang pejabat yang diamanahkan sebagian mahasiswa FEB untuk sebagai mengemban amanah sebagai gubernur BEM FEB satu periode, layakkah dia melakukan itu?

Kalau dibilang layak, jadi saya memahami begini. Kita sebagai mahasiswa ketika ada permasalahan ataupun ada isu ataupun ada kebijakan yang tidak pro dengan rakyat atau mahasiswa, harus paling depan menyikapi itu. Karena kita sebagai mahasiswa yang sudah diikrarkan untuk selalu memiliki tiga fungsi mahasiswa sosial kontrol terhadap pemerintah.

Salah sekali kalau mahasiswa yang hari ini tidak ada penyikapan terhadap itu, maka saya katakan mahasiswa adalah tidak sadar. Tapi yang dikatakan politik dua kaki saya tidak sepakat. Jadi begini, yang pertama adalah saya bilang semua, organisasi, apa pun acara itu selalu ingin mencari sponsor di luar.

Ranahnya adalah Pertamina, yang diisukan adalah kami selalu mencari peluang dalam kesempatan daN kesempitan, tidak begitu. Saya katakan, sudah jauh-jauh hari sudah kami rancang, sudah kami buat proposal sedemikian rupa. Yang jadi permasalahan adalah pas ada isu ini, Pije ketemu dengan Pertamina, kami dikatakan politik dua kaki, tidak gitu loh.

Yang jadi permasalahan teman-teman persepsinya adalah munafik orang yang mengatakan kalau misalkan tidak mencari bantuan sponsor keluar untuk membantu kegiatan organisasi.

Jadi saya tidak menyatakan dia dikatakan politik dua kaki, tidak. Yang menjadi permasalahannya adalah sikap orang-orang yang selalu memandang kami ini melakukan politisasi dalam hal-hal kegiatan kami, tidak seperti itu. Karena memang ini acara besar, kami butuh dana, butuh bantuan sponsor yang luar biasa juga untuk men-support acara kami.

Dalam Rakerwil BEM KM hari Sabtu, salah satu statement Jahroni Pimpinan Redaksi Tepian TV, dia bilang kalau mahasiswa tangan kirinya pegang TOA tapi tangan kanannya meminta proposal ke perusahaan-perusahaan sama saja mahasiswa menggadaikan idealisme. Apakah Anda sepakat dengan itu?

Tidak sepakat. Karena saya katakan, kita wajar berpikir realistis. Kita butuh relasi, jadi masalah adalah kampus selalu juga membatasi dan tidak terlalu men-support. Saya tidak katakan tidak selalu, tapi membantu mahasiswa juga dipersulit dalam hal anggaran untuk event-event, biasanya itu jadi permasalahan juga.

Makanya kami dituntut mahasiswa juga untuk kreatif mungkin untuk mencari dana di luar. Artinya kita berpikir, semua BEM semua organisasi seperti itu, jadi orang yang mengatakan itu adalah karena kami mengambilnya CSR-nya saja, bukan untuk kepentingan individu.

Tapi untuk kepentingan event atau kelembagaan untuk menyukseskan atau tetap eksistensinya agenda-agenda yang kemudian berbasis keilmiahan itu dan kalau dikatakan itu tidak semerta-merta juga kami sepakat, karena ini tergantung situasi dan kondisi yang kemudian selalu dibenturkan hal ini. 

Pasca pertemuan (di D’Orange Café) tersebut, tanggal 28 Maret malam, Pertamina fixed ingin membantu Eco Summit dengan nominal bantuan kisaran Rp15 sampai Rp17 juta, itu betul? Dan bagaimana sikap Pertamina dan BEM FEB setelah Sketsa mendapat informasi ini dan menuangkannya dalam bentuk berita? Ada konfirmasi lanjutan? Betul informasi itu? Dan lanjutan informasinya seperti apa?

Kalau informasinya, Pertamina ingin membantu field trip nanti, karena itu kan jauh-jauh hari sudah dicanangkan. Tapi belum secara konkretnya berapa, tapi ada kisaran Rp10 juta untuk field trip itu, field trip aja. Karena field trip mereka yang menyiapkan untuk fasilitas konsumsi dan semacamnya.

Jadi mengenai berita ini, saya rasa, media memang adalah bentuk pengawasan tapi kalau ini dikatakan politik dua kaki, ini saya tidak sepakat, karena ini adalah dua hal yang berbeda. Kemudian satunya untuk kepentingan rakyat, karena mahasiswa ingin turun menyikapi itu, di satu sisi lain adalah bentuk kreativitas kami untuk sebagian anak organisatoris yang menjalankan amanah untuk mengembangkan kreativitas mahasiswa dengan acara-acara yang kami lakukan.

Tentunya butuh anggaran dan sponsor untuk membantu menyukseskan acara. Karena hari ini saya melihat organisasi-organisasi yang ada di Unmul dan di luar, semuanya mencari relasi dengan bentuk bantuan sponsorship, saya tidak menutup kemungkinan seperti itu.

Dan konfirmasi lanjutan setelah pemberitaan ini dengan Pertamina bagaimana
teman-teman di Pije ataupun di BEM FEB? 

Kalau ini belum ada konfirmasi lanjutan tapi insyaallah akan di-support tentang SGFT. 

Bagaimana keberlangsungan Eco Summit jika misal Pertamina menarik bantuannya untuk kegiatan sebentar lagi akan dilaksanakan?

Kalau itu kami sudah pikirkan tapi kami tetap berpikir positif. Kami sudah kuatkan di internal kami. Kami sekreatif mungkin untuk punya cara plan A, B, C. Kalaupun tidak dibantu, kami sudah menyiapkan itu dengan bantuan-bantuan yang lain.

Kami akan selalu men-support, alumni-alumni juga membantu nanti, tapi kami berpikir positif Pertamina akan membantu karena sudah kami jalin relasi dengan baik. Karena ini adalah salah satu program kerja CSR dari Pertamina dan salah bentuk kami artinya ada saling keuntungan di masing-masing institusi ini. (erp/dan/wal)



Kolom Komentar

Share this article