Berita Kampus

Ramai Kontra Survei LGBT, Miftah: BEM KM Ingin Melindungi

Survei BEM KM terkait LGBT ramai memancing komentar. (Sumber foto: Instagram BEM KM)

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


SKETSA - Mahasiswa Unmul belakangan ini dibuat geger akibat survei yang diprakarsai oleh BEM KM Unmul. Melalui akun Instagram @bemkmunmul, survei dengan judul "LGBT di Kampus?" ini diunggah pada 11 Desember lalu. Muncul beragam tanggapan bahkan ratusan di kolom komentar di postingan tersebut. Tak sedikit yang mempertanyakan, apa alasan dan tindaj lanjut dari survei ini. Sebagian juga menilai isu yang diangkat tidak etis, terlebih diinisiasi lembaga kemahasiawaan besar. 

Ramainya respons terkait survei ini tidak hanya berasal dari mahasiswa Unmul, di antaranya ada yang berasal dari perguruan tinggi ternama di pulau Jawa. Menandakan Semakin menyebarluasnya survei tersebut. Hingga saat ini belum ada konfirmasi resmi dari pihak BEM KM Unmil menanggapi kehebohan postingan tersebut. Sketsa mencoba mencari tahu dengan mewawancarai pihak BEM KM Unmul, dalam hal ini Muhammad Miftahul Mubarok selaku Wakil Presiden.

Pria yang akrab disapa Miftah ini secara terbuka menerangkan, hingga saat ini belum adanya konferensi pers dari BEM KM dikarenakan menunggu persetujuan Presiden BEM KM, Rizaldo, yang tengah berada di luar kota.

"Kita tidak menghindar, tetapi memang menunggu Pak Presiden. Kalau saya aja yang muncul, bagus sih bagus, tapi kurang lengkap," ungkapnya. 

Miftah menjelaskan, tujuan dari diadakannya survei ini tidak untuk mendiskriminasi maupun menyudutkan individu yang diduga lesbian, gay, biseksual, transgender atau yang disingkat LGBT. Survei ini merupakan salah satu rangkaian dari program kerja jangka panjang BEM KM, hasil surveinya nanti ditujukan untuk melindungi dan merangkul mahasiswa yang diduga LGBT.

"Output dari survei ini membawa data ke sebuah forum diskusi yang membahas bagaimana seharusnya kita dapat bertindak kepada kelompok kecil ini yang rentan didiskriminasi bahkan hingga di-bully. Kita berharap dapat menghadirkan seluruh pihak terkait agar clear, tidak ada kesalahpahaman," terangnya.

Diskusi tersebut nantinya akan dilimpahkan ke kepengurusan BEM KM selanjutnya, karena program ini merupakan program kerja jangka panjang dan berlanjut. Saat ini link survei tersebut tidak dapat diakses sebab responden telah melebihi kuota, yang mencapai 291 responden. Padahal batas akhir pengisian pada Selasa (18/12) lalu.

Bagaiamanapun Miftah mengaku bersyukur dengan tanggapan kontra yang menjadi mayoritas, sebab hal ini dinilai menandakan bahwa mahasiswa sadar dan mendukung satu sama lain tanpa membeda-bedakan.

"BEM KM itu ingin melindungi mereka bukan mendiskiriminasi. Hari ini LGBT itu ada bukan untuk dimusuhi tapi untuk dirangkul," tegasnya. (syl/adl)



Kolom Komentar

Share this article