Perkembangan di Tengah Kendala Ruang Sinema
Ilustrasi ruang sinema.
- 03 May 2019
- Komentar
- 2077 Kali
Sumber: www.megaplex.at
SKETSA – Maret 2018 lalu, ruang sinema Unmul diresmikan. Meski sudah berjalan satu tahun, masih ada beberapa mahasiswa yang hingga kini belum mengetahui adanya ruang sinema ini. Bahkan ada yang menyebut bahwa ruang sinema mulai sepi peminat dan penggunaannya dipungut biaya. Hal ini ditepis langsung oleh Kepala UPT. Perpustakan Unmul, Supadi.
Ditemui di ruangannya (30/4) pagi, Supadi menceritakan kondisi ruang sinema saat ini. "Sebenarnya baik-baik saja, dari segi pengunjung juga lumayan,” ujarnya.
Ia juga menambahkan bahwa saat ini ruang sinema justru bertambah peruntukannya. Semula yang hanya digunakan untuk menonton film karya mahasiswa atau domestik, kini bisa digunakan sebagai ruang seminar maupun diskusi seperti bedah buku. Sejauh ini kalangan pengunjung atau yang menggunakan ruang sinema juga masih sebatas civitas academica Unmul karena tidak diperuntukan untuk umum.
Menanggapi kabar ruang sinema berbayar dan proses peminjamannya yang berbelit, Supadi dengan tegas membantah. Menurutnya, fasilitas yang ada seperti ruang sinema tidak sepatutnya berbayar karena digunakan untuk kepentingan bersama.
“Kalau hari kerja (Senin-Jumat) tentu tidak boleh (berbayar). Tapi di luar itu, bukan pemungutan jika ingin memberi secara sukarela,” ungkapnya.
Lebih lanjut ia berujar bahwa penggunaan ruang sinema di hari libur biasanya juga membutuhkan petugas-petugas seperti operator dan penjaga ruangan untuk bekerja di luar jam kerja.
“Nah, kalau itu saya tidak tahu. Tetapi kalau ingin memberikan secara sukarela (uang kebersihan atau uang rokok), ya tentu tidak mengapa. Mengingat mereka seharusnya libur akan tetapi harus masuk kerja,” tambahnya.
Terkait eksistensi ruang sinema, ia juga memaparkan grafik pengunjung. Sejauh ini dikatakan bahwa grafik tersebut terus meningkat.
Supadi juga menambahkan bahwa pihak perpustakaan memberikan keleluasaan kepada pengguna jikalau ingin menonton film. Terkait perkembangan ruang sinema hingga saat ini, Supadi menegaskan bahwa peminjaman bisa menempuh prosedur yang berlaku. Dimulai dengan penyerahan surat peminjaman kepada kepala UPT. Perpustakaan, yang kemudian menjadwalkan waktu penayangan film atau agenda yang akan dilaksanakan.
Bukam tanpa hambatan, selaku orang yang mengepalai fasilitas ini, ia mengatakan pengguna kerap meminjam ruang sinema di luar hari kerja, sehinga beberapa karyawan harus bekerja di luar jam biasanya. Bukan hanya itu, minat mahasiswa untuk datang ke perpustakaan juga masih rendah. Selain itu, mahasiswa juga kebanyakan datang ke perpustakaan karena permintaan dosen untuk meminjam atau membaca buku.
Terkait langkah publikasi ruang sinema, pihak perpustakaan Unmul telah mencoba beberapa alternatif, seperti memasang informasi mengenai jadwal film yang akan diputar. “Hanya saja kendalanya untuk publikasi, perpustakaan tidak punya lahan pribadi untuk memasang spanduk atau baliho besar setiap minggunya,” keluh Supadi. Oleh karena itu, publikasi yang dilakukan hanya seputar informasi di website resmi dan papan informasi di perpustakaan langsung.
Kendati demikian, hal ini masih akan terus dibenahi oleh dan tetap berusaha meningkatkan angka pengunjung tiap bulannya. (sut/ira/adl)