Berita Kampus

Pemira FISIP Melawan Aklamasi?

Senin (20/11) kampus pergerakan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) menggelar Fit and Proper Test & Debat Kanidat oleh Calon Presiden dan Wakil Presiden BEM FISIP. (Foto: Shafira)

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


SKETSA - Senin (20/11) kampus pergerakan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) menggelar Fit and Proper Test & Debat Kandidat Calon Presiden dan Wakil Presiden BEM FISIP nomor dua yakni Andi Muhammad Akbar dan Yohanes Richardo serta dua calon ketua DPM FISIP. Kegiatan tersebut terselenggara di ruang Serbaguna FISIP.

Seperti yang dilansir dalam berita Sketsa sebelumnya, hanya ada satu pasang calon BEM FISIP yang maju dan itu berarti aklamasi akan terjadi lagi. Namum, Andi Muhammad Akbar, Capres BEM FISIP 2018 menampik hal tersebut. Menurutnya, Pemira BEM FISIP tetap demokrasi dengan melawan golongan putih.

"Kami melawan aklamasi atau kotak suara, kami fair fair saja, melihat tahun kemarin juga BEM FISIP aklamasi. Agar kita tidak disuguhi langsung terpilih begitu saja, tapi minimal melawan kotak kosong," ucapnya Selasa (14/11).

Acara debat kandidat dimulai pukul 13.35 Wita dan dibuka langsung oleh Dekan FISIP Muhammad Noor. Dalam ruang Serbaguna yang dingin, terasa suasana cukup lengang, hanya ada panitia penyelenggara dan beberapa mahasiswa yang tampak menyaksikan. Debat kandidat menghadirkan tiga orang dari meja penelis, yakni Budiman, Sri Murlianti, dan Hartina. Budiman dan Sri Murlianti berasal dari kalangan akademisi FISIP, sedangkan Hartina mewakili organisatoris mahasiwa FISIP. Debat dipandu Amelia Rizky Yunianty sebagai moderator.

Sesi pertama dimulai. Paslon nomor dua dipanggil menuju panggung untuk memaparkan visi, misi, dan program unggulannya. (Baca:https://sketsaunmul.co/berita-kampus/pemira-fisip-yang-kembali-dirayakan/baca)

Masuk ke sesi kedua yakni tanya jawab, beragam pertanyaan datang dari ketiga penelis, moderator, hingga mahasiswa yang mengikuti acara debat kandidat. Hartina bertanya mengenai cara menumbuhkan empati mahasiswa untuk ikut berorganisasi tetapi tidak mengganggu kuliah melihat banyaknya hambatan yang ada mulai dari egosentris organisasi di FISIP hingga pelarangan-pelarangan berorganisasi yang dilakukan oleh oknum dosen.

“Kampus merupakan tempat pembelajaran di mana kita menerima teori, tetapi teori tanpa praktik merupakan hal yang sia-sia, maka di organisasilah tempat kita mempraktikan teori yang kita dapatkan dari perkuliahan. Akademis tidak boleh dilupakan sama sekali dan organisasi juga merupakan hal penting. Menumbuhkan empati mahasiswa adalah dengan cara membangun kesadaran mahasiswa sehingga para mahasiswa dapat melek terhadap politik,” jawab Akbar.

Sesi terakhir yakni sesi kesimpulan, di mana dalam waktu yang singkat Akbar-Richardo harus mampu menjelaskan kembali mengenai visi dan misi mereka serta meyakinkan hadirin untuk berpartisipasi dalam pemungutan suara yang dilakukan hari ini (23/11). Acara dilanjutkan dengan sesi debatkandidat calon ketua DPM FISIP. (fir/ubg/aml)



Kolom Komentar

Share this article