Berita Kampus

Pembaruan Sistem dan Meningkatnya Animo Mahasiswa dalam Pemira Unmul 2021

Pemira 2021 diwarnai dengan adanya pembaruan sistem dan meningkatnya animo mahasiswa.

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


Sumber Gambar: Instagram Pemira Unmul

SKETSA — Ada yang berbeda dari Pemilihan Umum Raya (Pemira) 2021. Setelah dinamika ditolaknya berkas salah satu Paslon, tampak masif pesan berantai dalam menyebarkan informasi pemungutan suara. Terlebih peningkatan minat mahasiswa dalam memilih, hingga pembaruan sistem dalam Pemira.

Usai dilakukannya debat antar Paslon pada Jumat (26/11) lalu, KPPR menggelar simulasi sistem Pemira yang baru pada Minggu dan Senin, 28-29 November kemarin. Kemudian penyelenggaraan pemungutan suara dilakukan pada Selasa (30/11).

Berdasarkan pantauan Sketsa, sistem Pemira kali ini terdapat perbedaan karena dibuat terintegrasi dengan akun SIA, setiap mahasiswa hanya memiliki satu suara untuk diberikan kepada Paslon.

Tahap pemilihannya dibuat mudah, dan tata cara pemilihan telah disosialisasikan melalui unggahan video pada Instagram @pemirakm.

Mahasiswa dapat menggunakan hak suaranya dengan menginput username dan password yang sudah disediakan panitia berdasarkan asal fakultas. Kemudian login menggunakan akun SIA, dan memasukkan nomor WhatsApp ataupun alamat email yang terhubung dengan akun SIA untuk mendapat kode on time password (OTP). Setelah memasukkan kode OTP, mahasiswa dapat menentukan Paslon yang hendak dipilih.

Terselenggara dari pukul 08.00 hingga 17.30 WITA, sejumlah narahubung pada posko pengaduan juga disediakan, guna mengantisipasi kendala teknis saat mahasiswa login atau melakukan pemilihan.

Euforia Pemilih dalam Pemira

Meski terbilang mudah, berbagai kendala tak luput terjadi. Hal ini dituturkan oleh Safika mahasiswi FISIP 2020, Selasa (30/11). Dirinya mengaku telah mengikuti pemilihan meski sempat terjadi kendala.

"Kalau enggak salah baca, katanya untuk menerima kode OTP pakai yang sesuai SIA (Nomor HP atau e-mail). Sedangkan, e-mail aku yang di SIA itu full. Jadinya aku pakai nomor HP, eh enggak bisa. Kode OTP-nya enggak masuk ke SMS sampai waktunya habis. Jadi aku ngehapus file di e-mail dulu, baru bisa (menerima kode OTP)."

Usai memilih, Safika berharap besar agar BEM KM bisa lebih baik dan lebih terbuka. Adanya kendala juga disuarakan oleh Putri Anju Aini mahasiswa FISIP 2020. Kepada Sketsa Ia mengaku belum melakukan pemilihan karena terkendala dalam sistem.

"Enggak bisa masuk akses, dari tadi salah mulu heran. Ada puluhan kali padahal udah sama (username dan pasword)," tuturnya kesal.

Meski belum bisa memilih, Putri memiliki banyak harapan kepada BEM KM ke depan. Baginya jelas harus lebih baik sebagaimana fungsi dan tanggung jawabnya. Yakni bisa menampung serta memperjuangkan hak dan aspirasi mahasiswa baik dalam bidang akademik maupun kesejahteraan mahasiswa, dengan visi misi yang sudah dibawa dan harus direalisasikan secara progresif.

"Harus lebih memberikan kontribusi yang positif di berbagai lingkup universitas, bisa mengakomodir seluruh kebutuhan dan kepentingan yang memang urgensinya harus diselesaikan dan diperhatikan."

Putri juga berharap agar BEM KM dapat lebih merangkul keseluruhan lembaga yang terlibat di berbagai fakultas. Sehingga kolaborasi dan gagasan mahasiswa bisa dimaksimalkan. Harapnya pula, BEM KM tak ada sekat atau batasan sebagai lembaga di kampus.

Melihat animo mahasiswa terhadap Pemira, Sketsa juga menanyakan akses informasi yang mereka dapatkan. Putri dan Safika mengaku terjadi pemasifan informasi yang disebarkan melalui grup-grup kelas maupun organisasi via WhatsApp.

"Sudah tau. Selain terdapat salah satu perwakilan dari fakultas saya, kemarin juga Pemira KM sempat booming di kalangan organisasi-organisasi Unmul," ungkap Safika.

Aenal Kholifah mahasiswa FH 2018, yang juga aktif dalam Lembaga Kajian Ilmiah dan Studi Hukum (LKISH) ini, berpandangan bahwa euforia Pemira kali ini memang berbeda. Selain dinilainya ada kebaruan gagasan yang dibawa Paslon, sistem pemilihan pada website memudahkan untuknya dan kawan organisasinya.

Namun, gap informasi tetap terasa tatkala informasi tata cara pemilihan tersebar masif justru dari Paslon yang punya kepentingan untuk dipilih tahun ini. Bagi Kholif, pihak penyelenggara idealnya harus berperan aktif sebab hal itu adalah tanggung jawab, agar mahasiswa mengetahui dan merasakan pula euforianya, bukan dari pihak yang memiliki tendensi politik sedari awal.

"Dari teman-temanku merasa enggak ada sosialisasi menyeluruh ke tiap angkatan dari panitia penyelenggara. Adanya forward message, tapi enggak ada ketertarikan (mahasiswa yang tidak berorganisasi) untuk terlibat dalam politik kampus, untuk memilih gitu, kalau aku punya pandangan seperti itu dari teman di sekelilingku," papar Kholif melalui pesan suara WhatsApp pada awak Sketsa, Selasa (30/11).

Selain kebaruan sistem pada pemilihan, akun Instagram @pemirakm diketahui juga melakukan live streaming untuk membagikan hasil terkini voting dalam Pemira kali ini. (ems/khn/rst)



Kolom Komentar

Share this article