Berita Kampus

Parkiran Puskom FKTI Amburadul, Pelintas: Mengganggu!

Tampak motor mahasiswa FKTI yang terparkir di atas badan jalan di depan Gedung Pusat Komputer. (Sumber: Rizky Rachmadiani)

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


SKETSA -  Makin banyak mahasiswa, maka makin banyak pula jumlah kendaraan di kampus. Sebagai sebuah konsekuensi logis makin banyak kendaraan, maka makin diperlukan lahan parkir yang representatif. Tentu saja dengan tetap menjamin aspek keamanan dan kenyamanan.

Hal ini yang nampaknya dilematis bagi Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi (FKTI) yang melaksanakan salah satu kegiatan perkuliahan di Gedung Pusat Komputer (Puskom) Jalan Barong Tongkok, tepat di samping Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA).

Terpantau dalam dua bulan terakhir, puluhan motor tampak parkir memadati daerah belokan perlintasan muka Gedung Student Center. Pengendara yang lewat mesti hati-hati karena badan jalan yang sudah sempit makin terhimpit parkiran motor di sisi kanan dan kiri jalan.

“Terganggu. Harus lebih hati-hati. Karena posisi kendaraan yang parkir di kanan kiri jalan sampai jalur tikungan. Rawan dan bahaya,” ucap Siti Aisyah, mahasiswi Statistika FMIPA 2016 saat diwawancara Sketsa.

Menggunakan badan jalan sebagai tempat parkir kendaraan tentu bukan kebijakan yang tepat. Bahkan, tak sedikit mahasiswa kehilangan helm di lokasi ini akibat tidak adanya petugas keamanan yang berjaga.

Muhammad Erwansyahalah, mahasiswa jurusan Ilmu Komputer FKTI 2017 mengaku area parkir kampusnya itu memang sangat terbatas dan keamanan yang jauh dari kata terjamin.

“Terbatas, apalagi kalau lagi banyak yang praktikum. Di sini juga sering kecurian helm. Bagian situ tuh,” ujarnya sambil menunjuk ke arah tikungan jalan Gedung Student Center-FMIPA kepada Sketsa saat ditemui di Puskom, Kamis (14/12) lalu.

Tidak hanya itu, fasilitas pendukung perkuliahan di Gedung Puskom pun dinilai tidak memadai. Hal ini diungkap Gadis Erliza Nurani mahasiswa Teknik Informatika.

Kepada Sketsa Gadis mengungkapkan, toilet gedung kuliahnya itu tidak dialiri air. Sehingga mahasiswa kerap menggunakan toilet lain yang ada di musala terdekat. Sayangnya, kata Gadis, belum ada gerakan dari mahasiswa kelasnya untuk mengadukan ini kepada birokrat. Adapun, BEM FKTI telah melakukan upaya monitoring kampus. Yakni sebuah pertemuan antara BEM FKTI, para ketua tingkat dengan dosen dan pejabat kampus membahas fasilitas kampus dan tenaga kerja.

Mahasiswi angkatan 2016 itu pun menyayangkan Uang Kuliah Tunggal (UKT) yang dibayarkan tidak sebanding dengan fasilitas yang diberikan.

“UKT-nya Rp4 juta, apalagi yang kena golongan paling tinggi, Rp8 juta loh itu,” pungkasnya.

Fakta mengenai parkir amburadul dan ketiadaan air di toilet ini menambah deret panjang pekerjaan rumah pejabat Unmul yang belum terselesaikan.

Terlepas dari akreditasi A yang sudah diraih hingga upaya perbaikan yang terus digaungkan, sivitas Unmul, utamanya mahasiswa tetap berharap bisa bekuliah dan beraktivitas dengan nyaman di kampus hijau. (arr/rrd/adl/aml)



Kolom Komentar

Share this article