Minimnya Pengajar di Kampus Pendidik
Prodi Penjaskesrek Unmul kini kurangi jumlah mahasiswa masuk demi seimbangkan dengan tenaga pengajar. (Sumber foto:old.unmul.ac.id)
- 02 Jan 2018
- Komentar
- 1689 Kali
SKETSA - Menjadi salah satu fakultas yang cukup besar, tentu cukup kompleks pula problematika yang dialami kampus FKIP. Masalah yang juga turut dialami fakultas lain di Unmul ialah minimnya jumlah tenaga pengajar. Hal ini menyebabkan tidak seimbangnya dengan jumlah mahasiswa yang masuk tiap tahun. Salah satunya di Prodi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi (Penjaskesrek), tercatat sebanyak 12 dosen yang menjadi pengajar aktif di Penjaskesrek dengan rincian sebanyak tujuh dosen tetap, dan lima dosen kontrak.
Beberapa tahun belakangan, Penjaskesrek mengurangi jumlah mahasiswa baru. Pada 2016, prodi ini menerima mahasiswa sebanyak empat kelas. Namun, pada 2017 terjadi pengurangan dengan hanya menerima dua kelas. Bahkan 2013 lalu, Penjaskesrek sempat menerima mahasiswa sampai tujuh kelas.
“Dua angkatan setelahnya tidak lagi sampai tujuh kelas,” ungkap Nurjamal, Kepala Program Studi (Kaprodi) Penjaskesrek.
Begitupun dengan proses pembelajaran, menurutnya tidak efektif bila diikuti oleh banyak mahasiswa dalam satu ruangan. Di Penjaskesrek sendiri, angkatan 2013 berjumlah sekitar kurang lebih 245 mahasiswa yang dalam satu ruang kelas bisa mencapai 30 hingga 40 mahasiswa. Sedangkan mahasiswa angkatan 2017 hanya 87 orang dalam satu angkatan.
“Kalau begitu terus rasio kita bisa mantap, fasilitas dan dosen pun bisa tenang. Dulu satu bola bisa dimainkan (untuk) 20 orang, sekarang hanya 4-5 orang saja, apalagi bola itu termasuk barang habis,” ucapnya.
Senada dengan Nurjamal, Dekan FKIP Muhammad Amir Masruhim juga tak memungkiri adanya ketidakseimbangan antara dosen dan mahasiswa. Untuk menutupi dan mengimbangi ketimpangan tersebut, Amir mengontrak sebanyak 56 tenaga pengajar di FKIP.
“Jika ini masih terjadi ketimpangan, tentunya dapat mempengaruhi akreditasi,” jelasnya. (myg/adl)