Berita Kampus

Mereka yang Tak Bisa #DiRumahAja

Mereka yang tak bisa di rumah aja

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


Sumber Gambar: Shutterstock

SKETSA - Sejak temuan kasus pertama virus corona (Covid-19) di Indonesia, pemerintah pusat hingga daerah mulai menerapkan berbagai langkah antisipasi. Salah satunya mengimbau masyarakat melakukan social distancing dengan berkegiatan di rumah saja.

Rektor Unmul pun mengeluarkan kebijakan yang sama. Melalui edaran yang dikeluarkan, mahasiswa Unmul saat ini dilarang untuk berkegiatan di kampus. Seluruh kegiatan perkuliahan dilakukan secara daring dari rumah.

Ditambah lagi edaran dari Pemprov Kaltim untuk berhenti beraktivitas di luar rumah. Meski demikian, banyak juga mahasiswa Unmul yang tetap bekerja, meski sudah ada imbauan untuk beraktivitas di rumah. Alasannya beragam, mulai dari tuntutan kantor hingga tanggung jawab pribadi.

Agus Wahyudi salah satunya, mahasiswa Ekonomi Pembangunan ini merupakan seorang barista salah satu kedai kopi di Jalan Perjuangan. Tugasnya meracik kopi, melaporkan persedian barang, dan kebersihan toko.

Dia belum lama bekerja, kini masih dalam masa training. Menghadapi situasi seperti saat ini, Agus dan teman-temannya masih terus bekerja. Namun ada beberapa penyesuaian seperti perubahan shift hingga penerapan Standar Operasi Prosedur (SOP) terkait kebersihan yang telah ada.

"Sebelum ada virus corona, kita sudah ada SOP untuk menjaga kebersihan bar dan coffee shop. Selalu cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan pekerjaan," katanya.

Dikatakan Agus, kedai kopi tempatnya masih beroperasi karena tetap melayani promo take away dan delivery. Meski diliputi rasa takut dan was-was karena virus corona, Agus tetap teguh bekerja sebab sudah jadi tanggung jawabnya.

Menurut Agus, berkurangnya pengunjung kedai cukup berdampak untuk masa training-nya, karena tidak bisa berinteraksi dengan pengunjung. Tapi ini bukanlah halangan karena baginya masih bisa berlatih dengan sesama barista lain.

Bekerja di tengah wabah virus corona membuat orang tua Agus cukup khawatir. Namun Agus selalu berupaya untuk memberi kabar dan menjaga kebersihan. Kemudian, juga berpesan untuk mahasiswa lainnya yang masih bekerja untuk selalu menjaga kesehatan.

"Jaga kesehatan, jangan panik. Selalu positif karena imun kita juga pasti lebih baik. Kalau selesai kerja pulang ke rumah bersih-bersih dulu," tutupnya.

Tak berbeda jauh dengan Agus, Muhammad Fahrurraji yang merupakan reporter Balikpapan TV juga tetap bekerja. Hingga saat ini, ia disibukan dengan deadline serta berkutat dengan narasumber.

Dia sedikit cemas bekerja di tengah pandemi ini, terlebih mobilitas yang tinggi membuat ia harus semakin waspada. Walaupun tetap bekerja dan turun ke lapangan ia tetap mengikuti anjuran pemerintah untuk lebih memperhatikan kebersihan. Ia lebih sering mencuci tangan dan tak lupa meminum vitamin agar tetap sehat.

Setelah melakukan langkah yang dianggap sebagai usahanya agar terhindar virus, ia juga berdoa agar selalu dijaga oleh yang Maha Kuasa. Pihak kantornya bekerja diakuinya sudah mulai mengurangi intensitas pertemuan di kantor.

"Berhubung kantor ku ini kerja di bidang media ya jadi sampai saat ini gak memungkinkan sih untuk WFH (Work From Home)," ujar pria yang akrab disapa Aji ini.

Saat ini, ia sebenarnya ingin berada di rumah saja berhubung kondisi yang seperti ini. Namun, pekerjaannya dirasa tidak memungkinkan untuk WFH. Terlebih sejauh ini belum ada tanda-tanda pihak kantornya mengambil langkah WFH seperti yang dilakukan beberapa media nasional.

"Semoga selalu fit, tanggung jawab tetap harus di atas kepentingan pribadi," imbuhnya.

Hal yang sama terjadi pada Ferry Febrian, mahasiswa Hubungan Internasional 2016 ini juga masih bekerja. Karena pekerjaan itulah keadaannya lebih berisiko saat ini.

"Karena jujur aku pengin banget stay di rumah, ya turut serta membantu pencegahan virus ini," sebutnya.

Ia yang saat ini bekerja sebagai barista di CultuurVolk mengaku akan sulit untuk WFH karena bidang pekerjaan yang mengharuskannya untuk ada di tempat.

"Kan aku bekerja di bidang minuman. Dan kalau harus tutup, ya berpengaruh dong sama pendapatan. Apalagi, enggak ada kompensasi kalau diliburkan," tambah Ferry.

Selama bekerja, Ferry tetap berusaha untuk melakukan pencegahan mandiri dengan selalu mencuci tangannya setelah melakukan aktivitas. Mengenai kebijakan tempat kerjanya selama pandemi Covid-19, CultuurVolk telah mengimbau untuk melakukan pesan antar, dan membatasi waktu pelanggan yang ingin tinggal.

Hal ini rupanya tak luput dari perhatian pihak terdekatnya. Ia mengaku baik orang tua dan teman-temannya selalu memintanya untuk berhati-hati dan segera pulang setelah bekerja.

"Orang tua selalu ingatin untuk hati-hati sih. Kalo bisa di rumah aja kalo habis kerja. Temen-temen juga, selalu ngingetin untuk hati hati," pungkasnya. (len/rst/wil/ann)



Kolom Komentar

Share this article