Membentengi Diri dari Bahaya Kabut Asap
Siswanto, dosen FKM yang membuat buku 1 Masalah 100 Solusi.
- 21 Sep 2019
- Komentar
- 2004 Kali
Sumber Gambar: Dokumen Pribadi
SKETSA - Permasalahan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) menjadi salah satu isu nasional yang menarik perhatian belakangan ini. Bagaimana tidak, hutan dan lahan yang menjadi aset bangsa ludes terbakar, pun dengan segala seluruh satwa yang ada di sana. Dampaknya lainnya yang dirasakan ribuan jiwa ialah asap yang mengganggu aktivitas masyarakat, bahkan banyak yang terserang Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA). Mulai dari manusia hingga hewan-hewan terkena dampaknya.
Samarinda menjadi salah satu wilayah di Kalimantan yang terdampak kabut asap, meski tidak separah di Kalimantan Tengah, tapi cukup mengganggu aktivitas masyarakat. Disebutkan Siswanto, sebelum adanya kabut asap pun, data 10 penyakit dari puskesmas yang ada di Samarinda menunjukkan ISPA rata-rata yang tertinggi. Dengan adanya kabut asap, maka tentu akan terjadi penambahan jumlah penderita ISPA.
ISPA sangat rentan dan berisiko menyerang orang-orang yang belum secara sempurna membentuk daya tahan tubuh, seperti bayi, balita, anak-anak, remaja, dan lansia. Sedangkan kelompok dewasa yang rentan adalah ibu hamil dan menyusui. Terkait masalah tersebut Siswanto punya solusi yang dibuat dalam sebuah buku.
"Kami sudah menemukan satu masalah 100 solusi, dan itu sudah saya ajarkan. Jadi, tiga prinsip yang perlu dilakukan, strategi epidemologi-nya adalah membatasi agen, membatasi kabut asap, membatasi dampak. Cara mengatasi ke diri sendiri dengan pakai masker atau selayar," jelas Siswanto kepada Sketsa, Rabu (18/9) lalu.
Cara selanjutnya adalah dengan mengendalikan lingkungan. Menurutnya, kabut akan banyak pada wilayah dengan jumlah pohon sedikit. Ini justru bisa menjadi momentun bagi masyarakat Samarinda untuk menghijaukan lingkungan dengan menanam pohon yang dampaknya bisa dirasakan untuk tahun-tahun mendatang.
Selain itu, mengubah perilaku juga sangat penting, dengan dua target utama yaitu meningkatkan stamina dan daya tahan tubuh. Keduanya dapat dipenuhi dengan cepat apabila bisa memenuhi nutrisi berdasarkan Angka Kecukupan Gizi (AKG) sesuai kebutuhan, bukan keinginan.
"Tiap-tiap orang dan tiap-tiap usia berbeda, kalau yang sering saya terapkan adalah program sehat 90 hari. Program ini mengajak sehat bukan hanya secara fisik, tetapi juga psikologis, mental, sosial, dan spiritual," tambahnya.
Siswanto kemudian memaparkan satu per satu bagian dari program tersebut. Dari sisi fisik yang perlu diperhatikan adalah kebiasaan makan dan minuman (dietary habit). Usahakan mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang sesuai dengan kebutuhan. Tak lupa dia mengingatkan agar mengurangi makanan berisiko seperti gorengan, makanan bakar, berpengawet, berpewarna, dan berperasa.
Untuk minuman tak jauh berbeda dengan makanan, dia menganjurkan untuk mengurangi minuman yang beresiko seperti, minuman berpengawet, berperasa, berpewarna, terlebih yang mengandung alkohol. Siswanto kemudian menyarankan untuk orang yang malas gerak (mager) agar setidaknya minum 2 liter air setiap hari.
"Lakukan saja ini (minum air) selama 10 hari, ISPA-mu akan berkurang," imbuh Ketua Peminatan Jurusan Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Unmul itu.
Selain dietary habit, ada juga lifestyle yang terdiri dari tiga hal utama, yaitu aktivitas, istirahat, dan olahraga. Usahakan mengurangi aktivitas di luar ruangan saat ada kabut asap. Istirahat yang efektif juga penting dilakukan, seperti halnya tidur sehat. Dia memberi contoh tidur yang sehat ketika sesorang kelelahan dan tertidur sebentar, maka saat bangun akan terasa segar, dibandingkan diwaktu tidur tetapi tidak bisa tidur.
Olahraga merupakan suatu kewajiban, dikatakan Siswanto tidak ada yang bisa menggantikan olahraga. Minimal dilakukan selama 15 hingga 30 menit di pagi dan sore hari. Pilihan yang dilakukan bisa berlari, atau olahraga terstruktur dan seirama lainnya. Lalu dari sisi psikologis berkaitan dengan stres, harus ada tindakan coping stress yang sehat. Kemudian terapi pikiran menjadi rujukan untuk masalah mental, sosial dan spiritual.
Sehingga, ISPA tidak menjadi masalah jika upaya pencegahan dilakukan dengan benar. Siswanto sering berpesan kepada para mahasiswanya agar bisa melakukan hal lebih ketimbang membagikan masker, yang bisa dilakukan siapa saja. Tetapi, memberikan sumbangsih keilmuan dengan solusi yang efektif agar bisa lebih memberikan dampak bagi masyarakat.
Awalnya temuan 1 masalah 100 solusi miliknyakini telah dibukukan itu ditemukan untuk mengatai masalah demam berdarah di Berau, tetapi setelah dikembangkan dapat bermanfaat juga utuk mengatasi masalah karhutla. Karena konsep solusi yang ditawarkan adalah low cost, hight impact, dan continues.
"Bagaimana kita meningkatkan peran serta di masyarakat untuk mengatasi kabut asap sangat penting asal semuanya bekerja dengan passion, niat dari hati yang tulus. Turun ke masyarakat, kita bisa bantu apa nih? Mau audiensi dengan pemerintah kah? Tanam pohon kah? Apa saja," tandasnya.
Dampak yang Terasa di Samarinda
Mahasiswa turut merasakan dampak dari kabut asap yang terjadi belakangan ini di Samarinda, Pan salah satunya. Ia menyebut, meski kondisi kabut asap di Samarinda tidak berbahaya seperti daerah bahwa kondisi kabut asap di Riau dan Kalimantan Tengah, namun masyarakat tetap harus waspada dan melindungi diri dengan menggunakan masker.
“Kalau di tempat saya tidak terlalu tampak, dari segi jarak pandang masih normal. Hanya saja untuk napas agak sesak. Harusnya sih pakai (masker), tutur mahasiswa jurusan Sastra Indonesia. ini.
Imbauan Dinas Lingkungan Hidup
Sesuai dengan tupoksinya, Nurrrahmi, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Samarinda ditemui Rabu (18/9) lalu di ruangannya mengaku sudah memberikan imbauan kepada masyarkat dalam menghadapi kabut asap belakangan. Melalui surat edaran yang telah disebarkan, adapun poin -poin yang dijabarkan dalam imbauan tersebut ialah:
- Tidak membakar sampah dan atau lahan sehingga dapat menambah kepekatan asap di Kota Samarinda
- Mengupayakan memelihara tanaman di pekarangan dan sekitar huniannya dengan melakukan penyiraman secukupnya
- Berhati-hati dalam menggunakan kompor untuk memasak
- Menghindari penggunaan listrik yang berlebihan sehingga dapat menyebabkan beban berlebih pada jaringan listrik di dalam rumah/bangunan agar dapat terhindar dari bahaya kebakaran
- Tidak membuang puntung rokok dalam keadaan menyala ke lingkungan atau tempat yang mudah terbakar
Pihaknya juga menyertakan nomor telepon untuk masyarakat melaporkan, jika ada yang melihat atau menemukan oknum yang melakukan pembakaran lahan/sampah/objek benda terbakar atau lainnya yang berskala besar atau kegiatan kecil yang dapat mengakibatkan kebakaran besar. Usai disebarkannya informasi layanan pelaporan tersebut, hingga kini Nurrahmi masih belum menerima aduan dari masyarakat. “Jika ada yang didapatkan dengan bukti otentik sedang membakar sampah, adukan ke kami. Karena itu bisa dituntut, dengan kurungan 3 bulan berdasarkan Perda Normo 2 Tahun 2011, dan atau denda maksimal Rp50 juta, terangnya.
Kalau lahan, berdasarkan Perda Pasal 108 UU Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, bisa kurungan 3-5 tahun dengan denda bisa 3-5 M. Harus ada bukti otentik, boleh laporkan ke kami atau ke aparat setempat, tambahnya.
Ia mengatakan Wali Kota Samarinda Syaharie Jaang sebelumnya sudah mengumpulkan sejumlah organisasi perangkat daerah (OPD) untuk bersinergi dalam menangani kabut asap sesuai dengan tupoksinya masing-masing. Dalam hal ini DLH telah memberikan imbauan, dan juga melakukan patroli untuk mengawasi titik-titik api di Samarinda. Nurrahmi berpesan, di luar dari konteks kemarau atau tidak, ia menekankan agar masyarakat tidak membakar sampah sembarangan.
“Pembakaran itu mengandung dioksin dan furan yang bisa menyebabkan kanker paru dan masalah kesehatan lainnya, tegasnya. (wil/adl/hjr/ann)