Berita Kampus

Melihat Relasi yang Terbentuk dalam Cyberspace

Internet menyebabkan interaksi dunia nyata bergeser ke dunia maya

Sumber Gambar: Istimewa

SKETSA - Pandemi Covid-19 mengubah banyak proses komunikasi di masyarakat. Belum lagi, hadirnya internet menyebabkan interaksi dunia nyata bergeser ke dunia maya. Fenomena ini kerap kali disebut sebagai cyberspace. Interaksi masyarakat yang tadinya terjadi secara real, kini didominasi dengan media yang bersifat artifisial. Sebagaimana perilaku masyarakat yang menggunakan media sosial (medsos), untuk terkoneksi dengan yang lainnya.

Misalnya seperti virtual meeting. Aplikasi telekonferensi seperti Zoom Meeting telah mendapat perhatian khusus terutama karena efisiensinya selama pandemi. Transisi dari pertemuan tatap muka yang beralih menjadi virtual ini memberikan pengalaman tersendiri oleh penggunanya. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai fenomena ini, Sketsa mewawancarai Kepala Program Studi (Kaprodi) Ilmu Komunikasi Unmul, Rina Juwita.

Bagi Rina, internet masa kini telah menyuguhkan beragam kebutuhan manusia dan membuat aktivitas manusia bergeser ke ranah maya. Berbagai aktivitas sosial yang umumnya dilakukan secara langsung, saat ini bisa berjalan secara daring dan lebih cepat. Cyberspace juga melahirkan istilah-istilah lainnya seperti cyber society. Di mana masyarakat membangun diri dengan sepenuhnya mengandalkan interaksi dan proses sosial dalam kehidupan kelompok. Dalam cyber society, mereka membentuk jaringan intra dan antarsesama anggota masyarakat maya.

“Tapi menurut saya, masyarakat kita belum sepenuhnya masuk dalam kategori cyber society. Contohnya saja lagi pandemi gini. Meskipun aktivitas bergeser ke ranah cyber, tapi hanya sedikit yang benar-benar menggunakan teknologi for good cause deh. Kebanyakan terpaksa, minimal interaksi, tetap merindukan interaksi real dan gak sabar mengakhiri situasi ini,” terangnya pada Kamis, (16/9) ketika dihubungi melalui WhatsApp.

Pergeseran ini telah melintasi berbagai bidang seperti ekonomi, politik, kultural, spiritual, hingga seksual. Cyberspace menciptakan sebuah kehidupan yang dibangun sebagian besar atau bahkan seluruhnya, dalam model kehidupan yang dimediasi oleh teknologi. Dapat dikatakan, berbagai fungsi alam kini diambil alih oleh substitusi teknologis yang disebut dengan kehidupan artifisial (artificial life). Pengaruhnya juga dapat dilihat pada tataran individu, antarindividu, dan kelompok.

Rina menyebut, perkembangan tersebut bermanifestasi dengan munculnya komunitas-komunitas imajiner yang demokratis dan terbuka. Sebab, masyarakat tak lagi terkungkung dan siapapun bisa ambil kendali dalam mengaksesnya. Dari berbagai dinamika inilah, ruang sosial yang seharusnya berwujud nyata dapat dicarikan penggantinya dalam zona maya alias social simulation. Contohnya seperti kegiatan berdonasi. Platform seperti Kitabisa.com mulai lumrah dijadikan opsi untuk masyarakat membantu sesama.

Cyberspace telah menciptakan relasi-relasi sosial yang bersifat virtual di ruang-ruang tersebut: virtual shopping, virtual game, virtual conference, virtual sex sampai virtual mosque,” paparnya memberi contoh.

Berbicara mengenai perilaku masyarakat dalam berinteraksi di medsos, Rina menekankan bahwa literasi media sangat penting untuk dimiliki. Sebab, hadirnya cyberspace ini menipiskan jarak antara hal privat dan yang dapat dikonsumsi oleh publik. Isu yang hadir di ranah maya juga sebaiknya ditanggapi dengan melihat konteksnya.

“Beberapa kasus menjadi viral karena masyarakat menganggap bahwa perangkat hukum di negara kita masih lemah, sehingga sering kali tidak berpihak kepada korban dalam kasus-kasus tertentu. Namun, beberapa kasus lainnya menjadi viral justru karena masih gagapnya masyarakat kita terhadap teknologi. Ini yang menyebabkan mereka tidak memahami beberapa prosedur, misalnya seperti transaksi online,” pungkasnya.

Sebagai penutup, ia mengingatkan bahwa cyberspace hanya salah satu fenomena siber yang terjadi di masyarakat. Ada hal-hal seperti cyber security issues sampai cyber culture issues yang patut mendapatkan perhatian dan dipelajari. Untuk mendapat manfaat dari perkembangan zaman, literasi atas teknologi pun juga harus dimasifkan. (len/rst/lyn/fzn)



Kolom Komentar

Share this article