Unmul Dirikan UPA BK, Dukung Kesehatan Mental Civitas Akademika Melalui Layanan Konseling
UPA BK Unmul hadir sebagai ruang aman konseling bagi mahasiswa, dosen, dan tendik
- 07 Jul 2025
- Komentar
- 86 Kali

Sumber Gambar: Athifa/Sketsa
SKETSA - Unmul kini memiliki Unit Penunjang Akademik dan Bimbingan Konseling (UPA BK). Layanan ini bertujuan merangkul mahasiswa yang membutuhkan dukungan secara emosional dalam menjalankan kegiatan akademiknya.
Hadirnya UPA BK ini sejalan dengan Peraturan Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2025 tentang Organisasi dan Tata Kerja Universitas Mulawarman. Unit pelayanannya sendiri berada di bawah naungan Wakil Rektor III.
“Latar belakang didirikan UPA BK ini sebenarnya adalah pentingnya pelayanan bimbingan dan konseling kepada mahasiswa. Selama ini mahasiswa banyak yang stres, banyak yang depresi gitu ya dalam menyelesaikan tugasnya,” kata Kepala UPA BK Unmul, Andi Wahyu Irawan, dalam wawancara pada Rabu (25/6).
Tak hanya menyasar mahasiswa, Wahyu juga menyebut bahwa dosen maupun tenaga kependidikan (tendik) bisa mengakses layanan ini.
“Bukan hanya mahasiswa ya, ada dosen, juga tendik yang dilayani oleh UPA BK,” lanjutnya.
Layanan Profesional dari Dua Prodi
Wahyu menjelaskan layanan UPA BK didukung tenaga profesional dari dua program studi di Unmul: Bimbingan Konseling (BK) dan Psikologi. Ada 18 dosen yang tergabung dalam tim UPA BK tahun ini.
“Ke depan, kedua prodi ini akan bekerja sama dan berkolaborasi untuk bisa memberikan pelayanan kepada mahasiswa. Kita tentu tidak ingin memberikan pelayanan yang tidak profesional kepada mahasiswa,” ujar Wahyu.
Ia menambahkan layanan ini tidak hanya ditujukan untuk mendampingi mahasiswa agar mereka bisa menyelesaikan persoalan akademik, tapi juga masalah sosial, ekonomi, hingga keluarga yang kerap mengganggu proses studi mahasiswa.
“Ternyata bukan hanya gara-gara persoalan akademik, tapi sebagian besar adalah persoalan di luar akademik,” jelasnya.
Prosedur Akses dan Program Utama
Nantinya, bagi civitas academica yang akan mengikuti sesi konseling UPA BK menyediakan akses layanan melalui media sosial, khususnya WhatsApp. Mahasiswa maupun dosen dan tendik cukup menghubungi admin yang tersedia, lalu menentukan jadwal janji temu. Setelah itu, tim akan menjadwalkan sesi konseling dengan konselor yang sesuai. Prosedur layanan tersebut saat ini masih dalam proses pematangan.
Selain layanan konseling rutin, UPA BK memiliki dua program utama untuk tahun ini, yaitu roadshow ke fakultas-fakultas dan pelatihan internal (TOT) untuk meningkatkan kapasitas konselor. UPA BK juga telah menyusun roadmap pengembangan jangka panjang yang bertujuan membantu mahasiswa menyelesaikan studi tepat waktu.
Tantangan dan Harapan
Sebagai unit baru, UPA BK menghadapi tantangan dalam memperkenalkan keberadaannya di lingkungan kampus. Masih banyak civitas akademika yang belum mengetahui fungsi dan layanan yang ditawarkan. Tim juga perlu menyatukan perspektif antara dua prodi yang memiliki latar belakang keilmuan berbeda.
Tidak hanya itu, karena efisiensi, keterbatasan anggaran turut menjadi tantangan lain yang membatasi pelaksanaan beberapa program pengembangan. Meski begitu, Wahyu menyebut dukungan dari pihak rektorat sangat membantu unit ini bisa tetap berjalan.
Ia berharap UPA BK menjadi ruang yang dapat memfasilitasi civitas akademika dalam mengenali dan mengelola masalah pribadi maupun akademik.
“Semoga dengan hadirnya UPA BK ini mahasiswa yang studinya lama, yang depresi dengan kuliahnya, paling tidak berkurang,” ucapnya.
Wahyu juga ingin layanan ini menjadi tempat yang aman dan setara bagi semua kalangan di kampus.
“Setiap manusia butuh bercerita. Tidak ada lagi pepatah laki-laki tidak bercerita. Laki-laki dan perempuan punya sisi kelemahan,” pungkasnya. (yra/tha)