Berita Kampus

Mahasiswa Ngobrol Politik, Hanna: Saya Bukan Kader PSI

Sabtu (29/7) lalu ada bahasan menarik di Cafe Republik Komplek GOR Segiri. Menteri Hubungan Luar (Hublu) BEM KM Unmul, Hanna Pertiwi jadi satu dari tiga pembicara dalam Ngobrol Politik. (Foto: Istimewa)

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


SKETSA - Sabtu (29/7) lalu ada bahasan menarik di Cafe Republik Komplek GOR Segiri. Menteri Hubungan Luar (Hublu) BEM KM Unmul, Hanna Pertiwi jadi satu dari tiga pembicara dalam Ngobrol Politik. Acara yang bertema "Apatisme Pemilih Pemula dalam Politik” itu dipelopori partai baru, yakni Partai Solidaritas Indonesia (PSI) yang dibentuk pasca Pemilu 2014 lalu.

Ditemui usai acara, Hanna membantah dirinya termasuk kader PSI. “Saya mengambil tawaran itu bukan keputusan pribadi, mengingat membawa nama lembaga jadi konsul juga ke pimpinan, juga niat saya bukan melihat siapa penyelenggaranya, tetapi apa isi dari perbincangan itu sendiri, makanya saya terima,” ujarnya.

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris ini mengaku memiliki ketertarikan terhadap politik, namun untuk tergabung ke dalam partai dan golongan manapun, ia belum bersedia.

“Saya menyatakan dengan tegas bahwa saya bukan termasuk kader dari PSI. Namun, kita tidak pernah tahu ke depannya nanti bagaimana, apakah saya nanti jadi kader PSI atau kader partai lain, saya masih berstatus sebagai mahasiswa dan saya punya jabatan di BEM KM,” belanya.

Ia menambahkan ketika sesorang sudah bergabung dalam partai politik (parpol) harus memiliki loyalitas tinggi. Sementara, mahasiswa dituntut untuk idealis, independen dan tidak mendapat intervensi dari pihak mana pun.

PSI dengan agendanya, memang menggaet minat Hanna untuk andil dalam menyuarakan perspektifnya. Sebab, timbul kekhawatiran soal menurunnya partisipan di tiap tahun. Bahkan, saat pemilihan kepala daerah serentak Desember 2015 lalu, partisipan Kota Tepian ini terendah, dibanding daerah lain.

Dilansir, dari antarakaltim.com, hasil dari rekapitulasi form C1 di laman resmi Komisi Pemilihan Umum, mencatat partisipasi pemilih pilkada di Kota Samarinda hanya 49,76 persen dari total pemilih sebanyak 379.893 jiwa. Sedang daerah lain, seperti Kutai Kartanegara dan Bontang berada di atas 50 persen.

Hanna menilai banyak faktor yang membuat pemilih muda enggan memilih. Selain edukasi politik yang minim, juga masih banyak yang berpikir politik itu kaku dan kotor. Faktanya, dalam keseharian manusia tak pernah lepas dari politik.

“Kita memilih ketua BEM, ketua kelas, dan kita memilih untuk makan apa hari ini, itu adalah berpolitik terhadap diri sendiri,” imbuhnya.

Terpisah, Sekretaris Dewan Perwakilan Daerah (DPD) PSI Samarinda, Dedy Pratama mengatakan pusat peradaban dan kajian politik ialah di kampus.

“Hana kita panggil untuk mencari informasi dari partisipasi salah satunya aktivis kampus, apalagi dia di BEM yang tahu pasti pergerakan kampus yang merupakan miniatur demokrasi. Ketika dia bergabung dalam organisasi maka dia adalah aktivis kampus, maka dia akan lanjut ke aktivis politik," ucapnya kepada Sketsa (29/7).

Hadirnya BEM pada acara ini kata Dedy, bukan sebagai kader, tetapi PSI ingin mendengar secara bersama bagaimana BEM sebagai badan organisasi dalam lingkup kampus.

“Bagaimana politik kita akan berjalan dengan baik kalau pergerakan politik di mahasiswa tidak berpartisipasi, menjaga nilai idealis berpolitik bisa belajar dari lembaga-lembaga itu. Belajar independensi, nilai moral yang didapatkan di dunia kampus. Ketika dia sudah matang di kampus maka mentalnya sudah siap di partai politik," tambahnya.

Menurut Dedy, sebagai proses informasi, PSI adalah suatu kendaraan politik yang tidak ingin mengintervensi penggiat organisatoris. Ia mengatakan, aktivis politik dan aktivis akademik kampus harus dipahami secara serius.

Ketika seseorang sudah dinodai sebagai partisipan politik, maka independensi dan objektivitasnya sebagai mahasiswa pun akan ternodai.

“PSI tidak ingin mengotori teman-teman pergerakan sebagai mahasiswa, begitu sudah selesai, jika dia merasa siap, ya, silakan bergabung, mari kita bersama-sama belajar politik kembali di PSI," ajaknya.

PSI resmi disahkan pada 16 November 2014 lalu. Pendirinya, Grace Natalie, Isyana Bagoes Oka, dan Raja Juli Antoni. Grace dan Isyana adalah mantan presenter berita di Stasiun TV Swasta Nasional. Sedang Raja Juli Antoni, telah terjun dipolitik lebih dulu dibanding dua perempuan itu. Raja sempat menjadi Ketua PP Muhammadiyah periode 2015-2020, namun ia memilih menjadi sekretaris jenderal di PSI. Selain, mereka bertiga ada Tsamara Amany, mahasiswi Universitas Paramadina yang viral karena kerasnya mengkritik Wakil Ketua DPR RI, Fahri Hamzah dalam acara ILC dalam tema 'DPR vs KPK: Semakin Meruncing'.

Terlepas dari itu, PSI memang berorientasi pada kaum muda, perempuan dan lintas agama. Mereka mengusung platform solidaritas, beragama, suku dan bangsa. Dalam menjaring kadernya, PSI membatasi usia antara 20 hingga 42 tahun. Saat ini pun kader-kader di daerahnya berusia rata 20-30 tahun. (myg/krv/jdj)



Kolom Komentar

Share this article