Berita Kampus

Lika-liku Peserta MTQMN, Menang Kalah Hal Lumrah

Muhammad Miftahul Ihsan, Juara Harapan 1 cabang lomba Tilawatil Quran dalam ajang MTQMN. (Sumber foto: istimewa)

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


SKETSA - Dua universitas besar di Malang, Jawa Timur baru saja sukses menjadi tuan rumah untuk Musabaqah Tilawatil Quran Mahasiswa Nasional (MTQMN). Digelar pada 28 Juli hingga 3 Agustus lalu, Universitas Malang (UM) dan Universitas Brawijaya (UB) menjadi tempat seluruh kafilah dari tiap universitas se-Indonesia untuk berlomba. Diadakan tiap dua tahun sekali, MTQMN ini berhasil mengumpulkan 3000 mahasiswa.

Tahun ini merupakan tahun ke-15 MTQMN digelar. Unmul sebagai universitas tertua di Kalimantan tak pernah absen mengirimkan kafilahnya. Sebanyak 24 mahasiswa yang terpilih diterbangkan untuk turut berpatisipasi dalam ajang besar ini.

Dari sekitar 12 cabang lomba yang diikuti, kafilah ini pulang dengan membawa Juara Harapan 1 cabang lomba Tilawatil Quran. Muhammad Miftahul Ihsan, mahasiswa angkatan 2015 menjadi satu-satunya yang berhasil meraih gelar juara. Ihsan mengaku, sejak kelas 5 SD ia sudah aktif mengikuti perlombaan MTQ umum. Sedang MTQMN ini merupakan perlombaan MTQ tingkat mahasiswa yang pertama kali ia ikuti.

Mahasiswa jurusan Pendidikan Bimbingan Konseling ini bersaing dengan sekitar 284 peserta lainnya dalam cabang Tilwatil Quran. Tentu, menjadi pengalaman tersendiri baginya.

"Senang bisa kumpul dengan teman-teman seluruh Indonesia. Bisa belajar bersama," ujarnya.

Banyaknya cabang lomba yang dilaksanakan tentu memiliki karakteristik yang berbeda satu sama lain. Menurut pria yang pernah meraih juara dua dalam lomba MTQ Provinsi Kaltim 2017 itu, tiap cabang lomba memiliki nilai keunikannya masing-masing. Menurutnya, perlombaan ini menjadi wadah untuk mahasiswa mengeksplor bakat yang dimilikinya.

Ihsan yang mengikuti perlombaan di UB, rupanya sempat merasa down sebelum perlombaan. Pasalnya, ada data dirinya yang keliru.

"Salah tanggal lahir, yang di-upload 2015, seharusnya 1997. Padahal pengumuman list peserta dari pusat sudah fix. Nama saya enggak tercantum, jadi enggak boleh tampil," kisahnya.

Namun, berkat koordinasi yang terus digencarkan pihak Unmul dengan panitia, akhirnya Ihsan bisa mulus mengikuti lomba.

"Berliku-liku pokoknya, banyak rintangan," ucapnya mengenang perjuangannya saat itu.

Hanya mendapatkan satu gelar juara, hal ini dirasa menjadi evaluasi bagi Ihsan. Ibarat siapkan senjata sebelum terjun ke medan perang, kafilah dari universitas lain dirasa mantap dari segi persiapan.

"Kafilah lain lebih matang. Sehingga banyak teman-teman Unmul yang gugur di fase penyisihan," ungkapnya menyayangkan.

Senada dengan Ihsan, Lukman yang mengikuti cabang lomba Qiraah Sab'ah menyatakan hal yang sama. Minimnya persiapan untuk latihan, jadi faktor utama tak maksimalnya hasil yang didapat. Rentan waktu antara training center dengan pelaksanaan MTQMN begitu singkat, yaitu hanya satu bulan. Setelah sebelumnya diadakan MTQN tingkat universitas pada awal bulan Mei lalu.

"Mestinya satu tahun lah persiapannya," katanya menegaskan.

Mahasiswa jurusan Teknik Kimia ini menolak jika dikatakan kecewa dengan pencapaian yang diraih dalam ajang MTQMN. Baginya menang kalah merupakan hal yang lumrah. Dalam setiap kompetensi, tentu ada menang maupun kalah.

Selain training center yang dilakukan kurang, Lukman menambahkan bahwa sistem penjaringan mahasiswa juga perlu diperhatikan. Unmul harus lebih peka melihat bakat yang dimiliki mahasiswanya. Menurut Lukman, ada baiknya jika jauh-jauh hari Unmul sudah memiliki data mahasiswa yang bisa diikutkan perlombaan. Sehingga, selebihnya tinggal fokus memoles bakat tersebut.

Lukman merasa hal ini tidak mendapat evaluasi dari pihak kampus, terutama terkait kepesertaan. Ia menyatakan semestinya dengan seringnya Unmul berpartisipasi dalam ajang MTQMN, harusnya lebih berpengalaman dan matang mempersiapkan segala yang berkaitan. Ia pun menginginkan pergerakan Unmul tidak selalu monoton dalam hal ini.

Berbeda dengan Ihsan, Lukman yang mengikuti perlombaan di UM ini merasa bertanding di kancah nasional merupakan sebuah tantangan.

"Karena ini tingkat nasional, jadi otomatis qari nasional juga ikut dan menambah seri kompetisi yang ada,"ujarnya.

Dalam persiapan cabang lomba Tilawah, Tartil, Qiraah Sab’ah, serta Hafalan 5 dan 10 juz, dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Sri Wahyuni, ambil andil untuk melatih. (adl/jdj)



Kolom Komentar

Share this article