Berita Kampus

Lika-liku Pemira Fakultas

Kabar Pemira dari berbagai fakultas di Unmul.

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


Sumber gambar: Christnina

SKETSA - Memasuki babak baru, beberapa fakultas telah tunai melangsungkan Pemilihan Raya (Pemira) Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dan siap untuk menjajaki masa jabatan setahun ke depan. Ada pula yang baru memulai tahapan pemira hingga molor karena indikasi kecurangan. Seperti apa kabar pemira fakultas saat ini?

Tak Capai Target Suara

Meski sempat terjadi konflik antar bakal calon Gubernur dan Wakil Gubernur BEM Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), akhirnya capai titik temu. (Baca: https://www.sketsaunmul.co/berita-kampus/bara-api-pemira-fkip/baca)

Seperti yang tertera pada Surat Keputusan (SK) Nomor 08 tentang Hasil Rapat Komisi Penyelenggara Pemilihan Raya (KPPR). Merupakan tindaklanjut dari surat pernyataan audiensi pasangan calon Iqbal Usni Gabryella dan Aldo Aditya yang berisi beberapa poin.

Pertama, KPPR FKIP Unmul menyatakan bahwa mereka menyayangkan sikap yang dilakukan oleh massa pendukung Terry-Aldo yang terlalu memaksakan kehendak sampai terjadi peristiwa kerusuhan.

Kedua, dengan ini kepengurusan KPPR FKIP di bawah Ketua Ramli Koten dinyatakan bubar. Terakhir, pelaksanaan Pemira FKIP untuk sementara waktu dilimpahkan ke Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) FKIP.

Kemudian, pada 11 Oktober lalu, melalui akun Instagram @pemirafkipunmul, KPPR FKIP resmi memiliki kepanitiaan baru di bawah komando Ahmad Fikrianto sebagai ketua panitia. Dengan terbentuknya KPPR, rentetan jadwal kembali dimulai, termasuk sosialisasi.

Ditemui Sketsa, Ketua KPPR FKIP, Ahmad Fikrianto menyebutkan bahwa dari dua bakal pasangan calon (paslon) yang mendaftar, hanya satu di antaranya yang lolos seleksi. Sehingga, dibuka kembali penambahan calon gubernur dan wakil gubernur.

Hadir paslon baru yang lolos tahap verifikasi. Adapun calon yang maju dalam pemira ialah paslon nomor urut 1 Muhammad Bima dan Enggi Sulaiman serta paslon nomor urut 2 Syarifah Fazlah dan Umar.

Debat kandidat berlangsung pada 31 Oktober di Ruang Microteaching 2. Menghadirkan panelis Rizaldo selaku Presiden BEM KM Unmul 2017, Andi Wahyu Irawan dari kalangan akademisi, serta Jahroni, jurnalis Tepian TV.

Pemungutan suara berlangsung pada 4 November. Total suara yang masuk berjumlah 1282 suara dengan rincian suara tidak sah berjumlah 23 suara. Paslon Bima - Enggi mengantongi 913 suara, sedangkan pasangan Syarifah - Umar mengantongi 346 suara.

Pada masa pengajuan keberatan, Fikri menyebut tidak ada gugatan yang diterima. “Setelah dicek dari Panwas, tidak ada gugatan. Jadi tetap tidak ada pengurangan dari suara yang ada,” ungkapnya.

Tim KPPR FKIP awalnya menargetkan sebanyak 3000 suara sebagaimana target tahun lalu, namun alih-alih suara yang masuk justru jauh dari target, bahkan tidak setengahnya. Menurut Fikri, hal ini terjadi karena kurang masif sosialisasi yang dilakukan.

Waktu sosialisasi yang singkat karena hanya dua hari untuk mengunjungi tiga kampus sekaligus, dinilai masih kurang sehingga banyak mahasiswa tidak terjangkau. Selain itu, tensi mahasiswa terhadap pemira juga turut menjadi alasan.

“Euforia pemira yang kurang terasa dampaknya ke suara yang agak jauh dari target kami. Tapi alhamdulillah, dari pelaksanaan pemira hari ini berjalan lancar sebagaimana kami harapkan,” papar Fikri.

Penetapan hasil pemira berlangsung pada 7 November melalui keputusan KPPR FKIP ke 15 dan 16. Akhirnya ditetapkan pasangan Bima-Enggi sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur BEM FKIP Unmul yang baru.

Diwarnai Isu Kecurangan

Setelah melewati tahap sidang pleno terbuka untuk melakukan penetapan calon dan pengundian nomor urut calon pada 31 Oktober lalu. Ditetapkan pasangan yang akan berlaga dalam Pemira FKTI tahun ini.

Pasangan nomor urut pertama diisi oleh pasangan Rizky Afwan dan Mihdar Irwansyah, kemudian nomor urut kedua ditempati oleh pasangan Ahmad Yusuf dan Ucok Hamonangan, terakhir pada nomor urut ketiga diisi oleh pasangan Joji Kuswanto dan Efan Alfariski.

Kampanye akbar dilaksanakan pada Rabu (6/11), selanjutnya ketiga pasangan calon (paslon) melaksanakan debat kandidat pada Sabtu (9/11). Tahapan kemudian memasuki pemungutan suara pada Selasa (12/11). Pemungutan suara dimulai pada pukul 09.00-17.00 Wita di Ruang 406 kampus FKTI.

Rekapitulasi suara dilakukan pada pukul 19.00 Wita di Ruang 411 A. Hasilnya, paslon satu mendapat dukungan sebanyak 209 suara, paslon dua memperoleh 98 suara, dan paslon ketiga meraih 341 suara. Kemudian, pada Jumat (15/11), KPPR melakukan rapat pleno terkait pemungutan dan rekapitulasi suara.

Namun, diduga telah terjadi indikasi kecurangan, sehingga pada Rabu (13/11), Sketsa menerima laporan terkait isu Surat Keputusan (SK) KPPR FKTI dan Panitia Pengawas (Panwas) yang lambat dan tidak transparan sehingga tidak bekerja sesuai aturan yang berlaku.

Pada laporan tersebut, disebutkan pula bahwa independensi KPPR dan Panwas tidak terintegrasi sehingga banyak mendapatkan intervensi dari pihak DPM. Mengklarifikasi hal ini, Sketsa menemui Nona Fadilla selaku ketua DPM FKTI perihal adanya indikasi kecurangan.

Menurutnya, ini adalah hal yang lumrah terjadi saat pemira berlangsung, sebab merupakan bagian dari berlangsungnya proses demokrasi.

"Setiap pemira itu memiliki dinamika, ada yang sepaham dan ada yang nggak paham. Di situ juga ada permainan perpolitikan kampus," ungkapnya.

Ia menyampaikan, bahwa pihaknya belum mendapatkan laporan gugatan terkait indikasi kecurangan tersebut. Masa gugatan terhitung mulai 20 hingga 21 November lalu. Nona mengatakan, untuk mengajukan pendapat sudah ada mekanisme yang mengatur. Jika tidak sesuai, tidak bisa diadakan penindakan.

Begitu pula dengan opini-opini yang serupa dengan laporan indikasi kecurangan tersebut. Setelah melalui proses yang panjang, akhirnya diperoleh hasil bahwa paslon ketiga yakni Joji Kuswanto dan Efan Alfariski diputuskan sebagai Ketua BEM dan Wakil Ketua BEM FKTI periode 2019/2020. (snh/omi/hlm/ina/len/wil)



Kolom Komentar

Share this article