Berita Kampus

Lahirnya Geofisika sebagai Prodi Baru di FMIPA

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Unmul (sumber: www.fmipa.unmul.ac.id)

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


SKETSA – Jumat (9/2) lalu, melalui laman resminya Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Unmul mengumumkan berdirinya program studi (prodi) baru. Kali ini, FMIPA menambah daftar di fakultasnya dengan prodi Geofisika. Kehadiran prodi baru ini tentu disambut baik kalangan civitas academica, terlebih FMIPA.

Sejak tiga tahun belakangan, secara berturut-turut fakultas ini berhasil mendirikan prodi baru. Dimulai dari 2015 dengan berdirinya prodi Pascasarjana Kimia. Disusul setahun berikutnya dengan berdirinya prodi Matematika setelah proposal pengajuan disetujui oleh Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenrisetdikti).

Tahun 2017 menjadi tahun ketiga proposal pengajuan prodi diterima oleh Kemenristekdikti, dan akhirnya menerima SK dari Menteri Pendidikan Nomor: 2/KPT/I/2018 tentang Program Studi Geofisika pada 12 Januari 2018 lalu.

Kepala prodi (kaprodi) Fisika, Suhadi Mulyono saat ditemui di ruangannya Selasa (20/2) lalu mengatakan pihaknya sudah memperjuangkan prodi Geofisika sejak 2015 silam. Kepada Sketsa, Suhadi mengaku dulu sempat ada konsentrasi illegal dari prodi Fisika, yakni konsentrasi Geofisika. Konsentrasi Geofisika pada saat itu tidak memiliki dasar hukum, namun sejak dirinya diangkat menjadi kaprodi Fisika pada 2015 lalu, ia membubarkan konsentrasi tersebut.

Menurutnya, konsentrasi ilegal dapat memberikan dampak buruk. Selain memicu aksi-aksi, dampak lainnya adalah membuat nama mahasiswa yang sudah lulus tidak tercantum dalam data pusat Kementerian Pendidikan.

“Kalau kita melakukan sesuatu yang ilegal, namanyakan pembunuhan publik. Selain itu memang besar minatnya jurusan Geofisika dari teman-teman. Ini masing-masing dari dosen sangat kuat untuk mendirikan prodi Geofisika di Jurusan Fisika FMIPA Unmul,” ujarnya.

Meski terdengar hampir sama, namun Fisika dengan Geofisika mempelajari substansi ilmu yang berbeda. Fisika mempelajari meteri dan interaksi, sedangkan Geofisika adalah disiplin ilmu tentang kebumian. Diakui Suhadi, memang harus memiliki kekuatan politik agar prodi Geofisika dapat berdiri.

“Setelah pergantian rektor, dekan, dan ketua jurusan. Dulu banyak sekali ilegal-ilegal itu, ada mahasiswa lulus tapi enggak tercatat di kementerian. Berkat usaha serta dukungan politik dari birokrat (setelah pergantian jabatan) akhirnya proposal disetujui dan lahirlah geofisika,” tambahnya.

Tak lantas diterima, Suhadi kembali mengenang proposal pengajuan yang sempat ditolak. Pengajuan proposal bukanlah perkara mudah. Perjuangan sejak 2015 sampai 2016, lalu masuk 2017, sudah 3 kali proposal prodi Geofisika ditolak.

“Tidak mudah memang. Hingga akhirnya pada tahun 2018 SK Menteri keluar. Memang teman-teman dari Fisika inilah yang berjuang,” ungkapnya.

Saat ini kaprodi Geofisika belum ditetapkan, alasannya karena masih dalam proses persiapan dan masih mencari kandidat yang cocok. Begitu pula dengan kurikulum, kantor, para staf hingga sarana dan prasarana yang dalam persiapannya memerlukan waktu sekitar sebulan. Suhadi belum bisa memberikan gambaran kapan semua persiapan rampung.

“Insyaallah bulan Juli nanti kita sudah punya mahasiswa baru prodi Geofisika 2018. Kuota jumlahnya 40 mahasiswa. Dari kami para dosen berharap hanya dibuka untuk jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dan Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN).

“Bukannya enggak mau buka mandiri, itu kan harapannya ketua jurusan. Namun, kalau mau dikasih jalur Seleksi Mandiri Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SMMPTN) ya enggak apa-apa. Tapi jangan banyak-banyak tapi ya mahasiswanya,” tutupnya. (yun/nnd/els/adl)



Kolom Komentar

Share this article