Konsolidasi BEM se-Unmul, Seragamkan Gerak Satukan Persepsi
Forum Diskusi dan Konsolidasi Terbuka untuk Seluruh Pimpinan Lembaga Eksekutif se-Unmul di Ruang Chairil Anwar, FIB, Minggu, (8/4). (Sumber: Muhammad Miftahul Mubarok)
- 10 Apr 2018
- Komentar
- 1993 Kali
SKETSA – "Kita jangan latah dan terbawa arus lah soal Pilpres ini. Katanya kita garda terdepan!" cerkas Freijae Rakasiwi, Gubernur BEM FEB dalam forum Diskusi dan Konsolidasi Terbuka untuk Seluruh Pimpinan Lembaga Eksekutif se-Unmul di Ruang Chairil Anwar, FIB, Minggu, (8/4).
Pernyataan itu dilontarkan Freijae saat menanggapi isu-isu yang akan disepakati dalam eskalasi pengawalan Garuda Mulawarman sektor nasional. Sebab, sebagaimana diketahui, kebijakan-kebijakan yang ditelurkan era Jokowi-Jk cukup banyak menuai respons kontra dari kalangan mahasiswa. Persoalan Pilpres yang juga sarat kepentingan kubu-kubu yang berseteru tak diinginkan Freijae menodai idealisme gerakan mahasiswa.
Hari itu, seluruh pimpinan BEM se-Unmul memang tengah berkumpul guna menguatkan dan menyepakati gerakan bersama. Mereka duduk melingkar, saling bertukar pikiran. Sesekali pekikan 'Hidup Mahasiswa' bergemuruh.
Usai diskusi sekira pukul 19.13 Wita, Sketsa menemui Rizaldo selaku Presiden BEM KM Unmul dan Wakil Presiden BEM KM Unmul, Muhammad Miftahul Mubarok. Rupanya, forum ini merupakan salah satu program kerja unggulan yang dijanjikan keduanya saat kampanye, yakni Prasasti Kita. Tujuannya, untuk merumuskan narasi gerakan yang disepakati bersama BEM fakultas.
Kendati program kerja BEM KM Unmul, Rizaldo membantah bahwa mekanisme dalam diskusi dan konsolidasi dikoordinir oleh pihaknya. BEM KM Unmul, kata Rizaldo, hanya menjalankan peran sebagai fasilitator untuk memberi ruang bagi BEM fakultas bersuara.
"Artinya, pergerakan ini nantinya tidak hanya atas nama BEM KM Unmul, tetapi juga seiring dengan BEM yang ada di seluruh fakultas," ucapnya.
"Kita maunya dua arah, antara BEM KM dan BEM fakultas tanpa paksaan dan berasal dari kesadaran. BEM KM juga harus turun ke bawah untuk menanyakan apa yang kurang dengan gerakan BEM KM Unmul,” timpal Miftah.
Adapun, konteks gerakan yang dibahas mendalam ialah Jaringan Advokasi Mulawarman (Jarvo) dan Garuda Mulawaraman (Garmul). Dua gerakan yang sudah tak asing di telinga mahasiswa organisatoris yang mana beranggotakan sejumlah BEM fakultas. Meski begitu, rupanya ada perbedaan wajah Jarvo dan Garmul di era Rizaldo-Miftah, yakni dalam hal komposisi. Jarvo dan Garmul rencananya akan dibuka untuk seluruh mahasiswa Unmul, tidak ada syarat harus terdaftar sebagai anggota di BEM fakultas.
"Rencananya nanti akan ada rekrutmen,” ujar Rizaldo.
Diskusi dan konsolidasi bertema "Satukan Misi untuk Wujudkan Mulawarman yang Bersinergi" itu juga menghasilkan sederet daftar isu yang akan dikawal bersama baik regional maupun nasional. Isu-isu yang masuk tak lain ialah berasal dari kajian keilmuan fakultas masing-masing.
Isu-isu tersebut, nantinya akan ditindaklanjuti dengan proses klasifikasi menggunakan
sistematika input, proses, output, dan outcomes.
“Isunya banyak, jadi kita akan susun renstra (rencana strategis) jangka panjang, mengengah, dan pendek. Yang kita tahu isu ini tidak akan selesai di tahun 2018 saja, artinya bahan ini akan kita tinggalkan bagi generasi setelah kita nanti,” jelas Rizaldo.
Seminggu sebelumnya, tepatnya pada Minggu (1/4) di Ruang Rapat Rektorat lantai 3 merupakan hari pertama konsolidasi digelar. Waktu itu yang dibahas ialah komitmen. Semua BEM fakultas hadir, tanpa kecuali. Sayangnya, tiga di antaranya belum memberikan komitmen dan sikap yang jelas terhadap keterlibatannya bersama Jarvo dan Garmul hingga pertemuan kedua usai. Mereka adalah BEM FISIP, FPIK, dan Teknik. (adl/aml/fqh/els)