Berita Kampus

Komentar Komunitas Lain Soal Airsoft Gun di Kampus

Ilustrasi (Sumber: braito.co.id)

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


SKETSA – Beberapa sudut dinding di kampus FISIP Unmul kini telah ditempeli selebaran berisi pelarangan bermain airsoft gun. Imbauan itu merupakan respons dari ketidaknyamanan pihak dekanat FISIP saat mengetahui ada komunitas airsoft gun tertentu yang memanfaatkan area civitas academica mereka untuk bermain airsoft gun.

(Selengkapnya baca: https://sketsaunmul.co/berita-kampus/fisip-jadi-arena-airsoft-gun-halimin-mereka-tanpa-izin/baca)

Bahkan tak hanya pihak dekanat, beberapa mahasiswa pun tak jarang melihat segerombolan oknum yang kerap mengisi halaman FISIP untuk dijadikan arena bermain di akhir pekan. Sketsa lalu mengonfirmasi beberapa pihak terkait.

Tegar Aulia Ramadhan, salah satu mahasiswa FISIP prodi Psikologi angkatan 2015 yang juga menjadi ketua komunitas SDS (Springer Detachment Samarinda)–salah satu komunitas airsoft gun di Samarinda–mengaku bukan dari komunitasnya yang dimaksudkan dalam imbauan tersebut.

“Kami tahu ada yang kerap bermain (airsoft gun) di FISIP, namun itu bukan dari komunitas kami. Itu dari komunitas lain,” bantah Tegar pada Sketsa hari Kamis (15/2) lalu.

Saat disinggung perihal tempat yang kerap dijadikan arena bermain, Tegar menyebut SDS kerap memakai arena khusus di Jalan A.W. Syahranie, salah satu pabrik di Loa Bakung, hingga Kebun Raya Unmul Samarinda (KRUS).

Ia menegaskan, cara SDS memilih tempat bermain melalui beberapa pertimbangan. Mulai dari pemilihan lokasi yang terbilang cukup aman dari civilian hingga berbagai proses perizinan.

Selain faktor background-nya sebagai mahasiswa FISIP, Tegar mengaku kurang setuju jika lingkungan kampus dijadikan arena bermain. Ia mengerti situasi dan kondisi kampus yang nyaris setiap hari dikunjunginya. Oleh karena itu, Tegar beserta jajaran SDS pun keberatan jika ada komunitas yang menggunakan area kampus sebagai arena bermain.

“Kami (SDS) sebenarnya juga kurang sepakat dengan hal ini. Karena SDS mayoritas diisi oleh mahasiswa, jadi kami paham bahwa sesungguhnya lingkungan kampus itu tidak sepenuhnya kosong, sekalipun saat weekend,” imbuhnya.

Lebih lanjut, Tegar menyebutkan bahwa komunitas yang akhir-akhir ini memilih FISIP sebagai arena bermain airsoft gun yakni dari 9Force, SS1 Samarinda, serta Area 541. Ia menambahkan, saat bermain, ketiga klub tersebut kadang sendiri-sendiri, kadang pula bergabung dengan klub lain.

Peringatan Saja Sudah Cukup?

Tak hanya Tegar, Galang Vilmantara–kerap disapa Galang, mahasiswa prodi Hubungan Internasional ini juga mengaku hobi bermain airsoft gun. Ketika Sketsa berusaha menggali keterangan lebih lanjut terkait pelarangan ini, Galang malah tak habis pikir dengan komunitas yang menjadikan kampus sebagai area bermain.

“Kalau saya pribadi justru bingung, karena bisa-bisanya ada yang menjadikan area kampus menjadi area bermain airsoft gun,” jelas mahasiswa angkatan 2015 itu.

Galang mengaku pernah melihat beberapa oknum yang bermain di FISIP sekitar dua bulan lalu–Desember. Ia menilai hal ini tidak dapat dibenarkan. Galang bertutur, imbauan yang kini terpampang itu sudah cukup untuk mengimbau para komunitas airsoft gun agar tidak akan bermain lagi di area kampus.

“Para pemain airsoft gun tentunya harus tahu mana tempat yang digunakan untuk menuntut ilmu, dan mana tempat yang pantas dijadikan area bemain,” papar mahasiswa lain dari Prodi Ilmu Komunikasi, Reza Febriandi.

Senada dengan Galang, Reza juga mengaku para pemain ini cukup diberi peringatan. Karena para pemain airsoft gun juga pasti memiliki alasan mengapa menjadikan kampus sebagai area bermain, sekalipun hal tersebut dilakukan bukan saat jam perkuliahan.

“Tentu yang bermain harus diberi peringatan, mengingat ini adalah area kampus,” tutup Reza.

Hingga saat ini Sketsa terus berupaya mengonfirmasi langsung ke komunitas terkait guna memperoleh keterangan lebih dalam, serta keterangan pihak fakultas selaku pembuat larangan. (sut/arr/dan/adl)



Kolom Komentar

Share this article