Kerja Keras Mahasiswa Psikologi dalam Raih Juara KTI Se-Asia Tenggara
mahasiswi program studi Psikologi menuturkan kisahnya dalam mengikuti Lomba Karya Tulis Ilmiah
- 22 Dec 2020
- Komentar
- 1702 Kali
Sumber Gambar : Instagram @hmj.pmtk_uinam
SKETSA - Tak punya ekspektasi untuk menangkan lomba, namun dorongan dosen untuk melengkapi mata kuliah lewat kompetisi nyatanya berhasil menutup akhir tahun ini dengan sukacita. Veranda, mahasiswi program studi Psikologi menuturkan kisahnya dalam mengikuti Lomba Karya Tulis Ilmiah yang diadakan oleh Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar tingkat Asia Tenggara.
Membentuk tim secara mandiri, ia sadar bahwa dirinya serta anggota lainnya yakni Dewi dan Widya tak cukup hebat jika dibandingkan peserta lain. Namun, hal itu tak surutkan semangat untuk hasilkan yang terbaik. Seperti lomba pada umumnya, ajang kompetisi yang mereka ikuti dibagi menjadi beberapa tahap.
Diawali dengan pendaftaran, selanjutnya ia dan dua kawannya harus melewati seleksi abstrak. Lolos di tahap tersebut, setelahnya pengumpulan full paper yang dilanjutkan pada seleksi lima besar serta presentasi hasil penelitian untuk menentukan juaranya.
Melaju ke urutan lima besar menimbulkan perasaan campur aduk bagi timnya. "Awalnya kan dari delegasi Unmul itu ada dua tim, salah satunya (tim) saya Psikologi satunya lagi dari Administrasi Bisnis. Nah, pas diharapkan satunya itu udah disebutin (perwakilan) Unmul yang Administrasi Bisnis itu, saya dan teman-teman itu udah kaya senang aja gitu. Ada nih harapan untuk bisa masuk ke tiga besar," ujarnya, Sabtu (19/12).
Dan benar saja, Veranda dan tim mendapat juara tiga pada ajang kompetisi tersebut. Ajang Southeast Asia Student Research Competition on Mathematics Education (SEARCHMACCA) ini sebenarnya salah satu dari sekian lomba yang mereka ikuti. Namun, pada kesempatan ini mereka meraih juara setelah berjuang di berbagai kesempatan. Tak berhenti sampai disitu, dukungan baik materi dan moral juga datang dari Muhammad Fikry selaku dosen pendamping mereka.
Sempat terkendala pencairan uang pendaftaran lomba, Veranda tak habis akal dan terus berusaha. Bahkan, ia meminta bantuan dari Fikry selaku dosen yang mendampingi. Terlebih kendala tersebut disebabkan karena wakil dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) sempat terkena Covid-19. "Sempat terkendala waktu menunggu pencairan biaya karena wakil dekan saat itu positif covid," terang Veranda.
"Pengumuman lima besar juga sempat terjadi kendala dari pihak panitia, jadi diundur beberapa hari. Hari H pelaksanaan lomba tanggal 9 Desember kemarin via Zoom," lanjutnya. Ia mengenang, kala itu presentasi hasil penelitian mereka berjalan lancar sesuai dengan yang sudah dipersiapkan. Pada 13 Desember melalui Zoom dan live di Facebook, pemenang diumumkan.
Tak lengkap rasanya jika tak membahas judul yang mereka kaji dalam lomba ini. Veranda menjelaskan, ia dan timnya mengangkat judul "Gambaran Interaksi Parasosial Pada Laki-Laki Penggemar Drama Korea".
Dengan mengambil sub tema sosial, dirinya juga memaparkan bahwasannya judul tersebut memang telah menjadi pembahasan pada mata kuliah metodologi kualitatif. Saat memutuskan untuk mengikuti lomba ini, ia dan dua kawannya melengkapi serta memperbaiki hal-hal yang dirasa kurang.
Dukungan Dosen
Tenaga pengajar tak ayal jadi alasan mahasiswa untuk belajar dengan giat. Muhammad Fikry, dosen pendamping mereka berkata bahwa ia amat bersyukur terhadap prestasi yang diraih mahasiswanya. Ia yakin bahwa mahasiswa Unmul bisa melaju ke level internasional, tetapi kerap diliputi rasa tak percaya diri. Dengan memaksa mahasiswanya berkompetisi, ia berharap agar mahasiswanya memiliki daya saing.
Kurang menyukai perkuliahan dengan sistem daring, ia juga menjelaskan bahwa sebagian materi ia ganti dengan menantang mahasiswanya mengikuti lomba dan mengonversi prestasi yang akan didapat dengan nilai sempurna.
"Dicarikan pedoman lombanya dan dicarikan dananya juga. Sisanya tinggal ikut dan ikhtiar masing-masing," tutur Fikry saat ditanya perihal dukungan yang diberikan untuk mahasiswanya, Sabtu (19/12).
Sama-sama menguntungkan, itulah kalimat yang tepat untuk menggambarkan proses mengajarnya. Di satu sisi, mahasiswa mendapatkan pengalaman soft skill dan sertifikat. Di sisi lain, fakultas dan universitas dapat input akreditasi kala mahasiswa memenangkan lomba-lomba. Ia juga tak menutup pembahasan soal kendala. Fikry memaparkan bahwa tema ini berkaitan erat dengan matematika, karena tuan rumahnya merupakan Pendidikan Matematika.
Memastikan Vernanda dan tim inilah yang merupakan tantangan baginya. Untuk pendanaan dari pihak fakultas, Wakil Dekan FISIP, Finnah Furqoniah tak pernah ragu dalam mendukung mahasiswa yang ingin berkembang dan berkompetisi.
"Kendala biasanya di penghargaan di tingkat rektorat sih. Beribet banget mau cairkan hak mahasiswa di sana. Vernanda belum ke tingkat rektorat sih. Tapi nanti kan nanti juga berhadapan dengan rektorat," tegasnya.
Ia menutup wawancara dengan awak Sketsa sembari berpesan, bahwa mahasiswa tidak seharusnya minder dan tak perlu beralasan terlebih ketika bertanding. Lantaran nantinya mahasiswa juga akan berkompetisi dengan lulusan universitas top dan tentu dengan tenaga kerja asing. (vyl/ash/rst/fzn)