Implementasikan Ilmu dalam PKL Pengkaryaan FIB
Tak hanya Program Studi (Prodi) Sastra Indonesia (Sasindo), PKL Pengkaryaan ini juga disusul oleh prodi lainnya seperti Sastra Inggris (Sasing) dan Etnomusikologi.
- 11 Nov 2020
- Komentar
- 1741 Kali
Sumber Gambar : Istimewa
SKETSA - Sejak 2018 lalu, Fakultas Ilmu Budaya (FIB) memberikan dua pilihan Praktik Kerja Lapangan (PKL) kepada mahasiswanya. Yakni PKL Instansi kemudian yang terbaru ialah PKL Pengkaryaan. Berbeda dengan praktik lapangan pada umumnya, PKL Pengkaryaan mewajibkan mahasiswa untuk membuat suatu karya sesuai dengan minatnya.
(Baca: https://www.sketsaunmul.co/berita-kampus/langkah-baru-fib-dalam-menyikapi-sistem-pkl/baca)
Tak hanya Program Studi (Prodi) Sastra Indonesia (Sasindo), PKL Pengkaryaan ini juga disusul oleh prodi lainnya seperti Sastra Inggris (Sasing) dan Etnomusikologi. Dalam situasi pandemi, tentu pelaksanaan praktik melewati berbagai dinamika. Diwawancarai Sketsa pada Selasa (10/11), Kaprodi Sastra Inggris Singgih Daru Kuncara memaparkan beberapa hal terkait pelaksanaan praktik lapangan ini.
Ia mengakui jika selama praktik berlangsung, kendala yang begitu dirasakan terdapat pada pembangunan komunikasi. Seperti bagaimana pembimbing dan mahasiswa menjalin koordinasi. Koordinasi pun dilaksanakan secara daring. Jika harus melalui pertemuan tatap muka, tentu dengan mengikuti protokol kesehatan.
Sejauh ini, ada 18 kelompok yang terlibat dalam PKL Pengkaryaan. Sebanyak 8 kelompok membuat karya short story, 6 kelompok membuat film, 4 lainnya membuat poem atau puisi. Karena banyak instansi yang tidak menerima mahasiswa untuk PKL dengan alasan Covid-19, maka tahun ini mahasiswa akan fokus pada PKL Pengkaryaan.
Untuk tahun berikutnya, mahasiswa akan tetap diberi opsi untuk memilih satu di antara kedua praktik tersebut. Sebab pelaksanaan PKL Instansi masih memberi dampak berupa peluang kerja pada mahasiswa yang memilih praktik ini.
Adapun karya-karya yang dihasilkan oleh mahasiswa selama PKL telah dimuat dalam akun YouTube resmi FIB di saluran Elite FIB Unmul. "Meski terbatas pandemi, karyanya tidak asal-asalan. Memang pandemi ini saya ada sedikit kekhawatiran (terutama protokol kesehatan), tapi setelah menonton karya mahasiswa, saya terharu," ucap Singgih mengenang.
Muhammad Athariq, mahasiswa Sasing yang turut mengikuti PKL Pengkaryaan juga memberikan tanggapannya. Menurutnya, secara menyeluruh ada momen yang tepat bagi mahasiswa sastra untuk mengembangkan minat dan bakat mereka dalam mengenali lebih jauh bagaimana sebuah karya dapat terbentuk dari proses kreatif hingga karya dapat dinikmati.
Meski kesulitan dalam proses produksinya, namun ia menyebut PKL ini cukup efektif terlebih dalam penuangan ide-ide kreatif. Dosen yang membimbing mereka juga turut mengarahkan dalam pengerjaannya. Athariq berharap, hal ini bisa menjadi event besar untuk memperlihatkan pada angkatan muda terkait keilmuan prodinya.
Senada dengan Athariq, Anggi Wuri, mahasiswa prodi Sasindo ini senang dengan PKL Pengkaryaan karena mahasiswa dapat menuangkan ilmu lebih jauh dan memproyeksikannya dalam bentuk seni sastra yang telah dipelajari. Meski terkendala dalam koordinasi, ia berharap agar jenis pengkaryaan baru lebih dimatangkan lagi terkait input yang ingin didapatkan agar tidak terjadi kesalahpahaman.
Setelah kedua prodi sastra milik FIB, Prodi Etnomusikologi juga menghasilkan karya berupa musik video dalam pelaksanaan PKL Pengkaryaan ini. (fzn/rst/len)