Berita Kampus

Gagal Dapat Slot Penggunaan Auditorium, Mahasiswa Kecewa

Gedung Auditorium Unmul tampak depan.

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


foursquare.com

SKETSA – Beberapa hari lalu, Sketsa menerima laporan dari anggota salah satu lembaga kemahasiswaan fakultas yang mengeluhkan peminjaman gedung Auditorium Unmul. Penggunaan gedung ini diisukan lebih mengutamakan pihak yang membayar untuk penyewaan gedung.

Dikonfirmasi melalui daring, Ahmad Juanda selaku perwakilan dari Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ilmu Budaya (FIB) angkat bicara. Dikabarkan mahasiswa fakultas lain juga pernah mengalami hal serupa.

Ia menceritakan proses peminjaman gedung yang sempat menemui kendala. “Kami menargetkan acara sebenarnya di 25-26 Oktober, namun tidak bisa karena slotnya sudah terisi,” papar pemuda yang akrab disapa Juan ini.

Kemudian ia ditawarkan oleh pihak penanggung jawab gedung untuk menggunakan gedung pada 18-19 Oktober, yang posisinya kala itu tengah kosong. Ia pun menyetujuinya, kemudian Juan memutuskan untuk kembali ke kampus guna memperbaiki redaksi yang tertera dalam surat sebelumnya, yakni penggantian tanggal acara.

“Jadi kami masukkan ulang surat peminjaman tersebut di awal Agustus, dan saya langsung kawal hingga selesai,” ujarnya.

Pihak penanggung jawab kemudian meminta Juan untuk datang di bulan berikutnya, untuk follow-up lebih lanjut. Namun dengan menelan kekecewaan, ia mendengar jawaban pihak penanggung jawab yang mengatakan bahwa agenda mereka terancam batal dikarenakan di tanggal tersebut gedung digunakan untuk acara pernikahan.

“Padahal sewaktu kami masih di tempat, mereka bilang untuk 18-19 Oktober itu kosong. Namun kembalinya kami untuk memastikan ulang, ternyata di hari yang sama sudah terisi oleh acara pernikahan,” tulisnya melalui pesan WhatsApp.

Juan menyayangkan hal ini. Ia mengaku kecewa karena acara mahasiswa yang sudah diagendakan sejak jauh-jauh hari harus kalah dengan acara yang ia nilai berasal dari luar kampus.

Hal ini menambah kekecewaan, sebab setahun silam kejadian serupa sudah pernah terjadi. Di mana acara mahasiswa harus mengalah dan melakan cara lain. Sehingga mengakibatkan agenda tersebut terlaksana di luar (kampus).

Juan juga menyayangkan pernyataan Wakil Rektor III yang mengatakan bahwa akhir pekan adalah waktu mahasiswa untuk mengadakan student day. Kegiatan kemudian sebisa mungkin dimaksimalkan di kampus pada hari tersebut.

“Kita diminta untuk melaksanakan agenda di hari Sabtu, guna menjalankan student day, namun untuk perizinan saja kami masih harus dioper-oper,” tutur Juan.

Terkait solusi permasalahan ini, Juan berujar bahwa tidak banyak yang bisa mereka lakukan. Selain karena jadwal sudah penuh di Oktober, Juan mengatakan bahwa tak mungkin untuk mengundur kegiatan Bulan Bahasa di November.

“Saya tahu gedung tersebut dikomersilkan, namun alangkah lebih baiknya lagi jika profesionalisme tetap dijunjung tinggi. Sebaiknya didahulukan pihak yang sudah meminjam meski di tanggal yang sama ketimbang pihak lain. Mengubah tempat pelaksanaan berarti juga harus mengubah konsep acara, dan itu bukan hal yang mudah bagi kami,” tutup Juan.

Konfirmasi ke Pihak Penanggung Jawab

Ditemui di ruangannya pada Senin (9/9) lalu, Kepala Sub Bagian Rumah Tangga, Rahardiono memberikan penjelasan. Menurutnya, tidak mungkin kegiatan mahasiswa digeser karena acara pernikahan.

“Kalau prosesnya sudah sesuai kenapa harus digeser. Kalau cuma sekadar booking enggak ada surat buat apa dijadwalkan,” ujarnya.

Pria yang kerap disapa Erwin ini juga menjelaskan bahwa proses turunnya surat sebenarnya tergantung pada pimpinan yang ada di tempat atau tidak. Selain itu, bagian rumah tangga hanya sebagai akhir proses surat, bukan pengajuan utama. Erwin kemudian memanggil salah satu stafnya yang bertugas mengurus proses peminjaman Auditorium Unmul, Saipul.

Saipul kemudian membeberkan alasan kejadian. Diceritakan saat itu memang ada mahasiswa yang mengajukan kegiatan di tanggal 19-23 Oktober dan saat itu memang jadwal sedang kosong.

“'Kalau kamu cepat bikin suratnya, ketika sudah turun bisa kita jadwalkan. Tapi tidak menutup kemungkinan jika kamu pulang hari ini ada surat orang lain yang masuk,’ saya sampaikan begitu,” ujarnya.

“Setelah itu mereka masukan surat dan sudah berproses, kemudian dia follow-up. Ketika dia follow-up, saya sudah menjadwalkan orang sesuai dengan surat yang masuk,” tambah Saipul.

Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa saat itu pihak lain yang ingin menggunakan Auditorium dengan keadaan surat yang sudah terdisposisi. Terlebih apabila yang memiliki hajatan adalah individu yang bekerja di Unmul serta mengerti birokrasi sehingga prosesnya lebih cepat. Saipul mengandaikan, apabila orang itu baru mau mengajukan, sudah tentu ia akan menolak dan mendahulukan mahasiswa.

Saipul mengatakan telah berusaha semaksimal mungkin menjaga pengaturan jadwal penggunaan Auditorium agar tidak bertabrakan. karena semua orang berhak untuk menggunakannya. Apalagi saat ini penggunaannya telah dikomersilkan oleh Badan Layanan Umum (BLU).

Berkaca dengan Kejadian Lalu

Sebelumnya ada kejadian di mana mahasiswa yang ingin menggunakan Auditorium baru melakukan follow-up tiga bulan kemudian, yang kemudian pihaknya tidak bisa memberi akses peminjaman. Berkaca dari hal ini, Bagian Rumah Tangga Rektorat Unmul membuat peraturan.

Menurutnya, UKM universitas yang ingin menggunakan Auditorium harus membawa surat yang diketahui oleh Wakil Rektor III, pun demikian jika dari fakultas harus sepengetahuan Wakil Dekan III atau dekan fakultas. Jika tidak, pihaknya akan menolak, karena menganggap itu juga menjadi tanggung jawab birokrat kampus.

“Jujur, menurut saya sebaiknya itu (Audit) digunakan untuk mahasiswa saja. Fahutan punya Gedung Bundar, Faperta pun demikian, tapi ujung-ujungnya lari ke sini semua. Coba sekali-kali masukin ke fakultas yang punya gedung,” akunya.

Erwin juga menyinggung tentang aula Student Centre (SC) yang dikatakannya dimonopoli oleh salah satu UKM. Erwin mengaku telah memanggil pihak BEM KM dan meminta untuk mengumpulkan seluruh UKM universitas dan meminta untuk diajak berbicara terkait penggunaan Aula SC. Namun hal itu tidak dilkabulkan oleh BEM KM.

"Nah itu kan di bawah naungan WR III, harusnya kalian bisa melapor kalau kalian tidak bisa gunakan,” keluh Erwin.

Diakhir wawancara Erwin berharap agar setiap fakultas bisa memiliki gedung aula sendiri yang berguna, setidaknya untuk lima tahun ke depan. Ia mengakui bahwa selama ini Auditorium telah diserbu 14 fakultas dengan jumlah prodi yang sangat banyak. (ann/sut/fqh)



Kolom Komentar

Share this article