Berita Kampus

FH Bicara Masa Depan Organisasi Kemahasiswaannya

Ilustrasi bangkitnya DPM FH

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


Kompasiana.com

SKETSA - Setelah satu tahun lebih BEM Fakultas Hukum (FH) dibekukan, (Baca: https://sketsaunmul.co/berita-kampus/bem-fh-resmi-dibekukan/baca) petinggi kampus ini tengah membahas rencana pembentukan kembali organisasi kemahasiswaannya, termasuk DPM FH.

Mahendra Putra Kurnia, Dekan FH, mengatakan kondisi sebenarnya DPM FH tidak pernah dibubarkan, tetapi kosong karena tidak ada anggota. “Suatu hari nanti memang Fakultas Hukum harus lengkap organisasi kemahasiswaannya, baik itu DPM, BEM maupun UKM FH lainnya,” ucapnya.

Kepada Sketsa ia menegaskan bahwa pihaknya menginginkan agar organisasi yang ada di FH kembali lengkap layaknya organisasi di fakultas lainnya. Sementara untuk pembentukannya, ada persiapan yang harus dilaksanakan seperti persoalan mengenai AD/ART. Sejauh ini, proses yang sudah dilakukan sampai tahap diskusi antara mahasiswa bersama pejabat kampus terkait masa depan DPM FH.

“Kendala pasti ada, (mulai dari) menyamakan persepsi, waktu, hingga hal-hal yang sifatnya teknis itu pasti ada,” ungkapnya.

Pembicaraan terkait rencana pembentukan ini belum diketahui banyak mahasiswa FH, seperti halnya Adi Nurhamidi. Namun, ia mengaku tetap merasakan ketiadaan peran DPM FH di kampus.

"Saya tidak pernah mendengar mengenai wacana akan bangkit lagi," ujar mahasiswa yang akrab disapa Adi itu, Selasa (10/9).

Menurutnya mahasiswa lebih dinamis kala DPM tidak ada. Dikatakan Adi, hal tersebut dapat dilihat dari semangat mahasiswa berkegiatan di kampus. Seperti semangat di komunitas, Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM), dan lembaga kemahasiswaan lainnya. Selain itu semangat juga terlihat secara akademis maupun non akademis. Bahkan Adi berujar ada beberapa mahasiswa yang menorehkan prestasi tingkat nasional dalam debat.

Untuk DPM FH ke depannya, Adi mengharapkan agar jangan sampai susunan anggota baru  tapi cara kerja "rasa lama". Menurut Adi perlu manajemen organisasi yang baik, agar organisasi yang sejatinya punya posisi sentral justru tak punya peran vital mengembangkan kegiatan kemahasiswaan.

"Dan tentu susunan organisasi harus diisi oleh orang-orang pilihan yg punya kapabilitas dan record organisasi serta akademik yang baik," tutupnya. (lim/yul/omi/wil)



Kolom Komentar

Share this article