Berita Kampus

Fetish dan Cerita di Baliknya

Fetish

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


Sumber Gambar: Istimewa

SKETSA – “Fetish ini adalah suatu perilaku penyimpangan seksual yang masuk dalam tipe parafilia, atau adanya penyimpangan seksual yang ketertarikan seksualnya sangat kuat pada objek mati atau objek bagian-bagian tubuh non genitalia (kuku, rambut, kaki, dan sebagainya),” sebut Ayunda Ramadhani, dosen prodi Psikologi, FISIP Unmul (2/8).

Melihat fenomena ‘bungkus kain jarik’ yang belum lama terungkap, Ayunda sebagai seorang psikolog klinis saat ini hanya berkapasitas menjelaskan berdasarkan teori dan literatur yang ada. Karena ia tidak bisa memeriksa secara langsung kondisi di lapangan, sehingga dia tidak bisa juga memberi diagnosa terhadap pelaku.

Seseorang dengan fetish tidak akan dianggap mengalami gangguan jika penderitanya tidak merugikan orang lain atau mengganggu kehidupannya sendiri. Terlebih menurut Ayunda, jika terjadi di ranah privat seperti dalam hubungan suami dan istri. Berbeda dengan kasus Gilang, yang terjadi pada ranah publik dan adanya pemaksaan hingga ancaman.

“Tapi dari berita yang saya baca, ciri-ciri yang saya temukan dari berita itu, dari korban yang menceritakan pengalamannya di Twitter, dugaannya mengarah ke gangguan fetisisme. Yang perlu digarisbawahi itu kalau sudah sampai mengganggu fungsi seksual, fungsi sosial, fungsi normal,” katanya kepada Sketsa.

Ayunda menyebutkan, kemungkinan seseorang bisa memiliki fetish lebih banyak disebabkan karena pernah menjadi korban yang terpapar perilaku seksual yang tidak pantas. Ketika dalam proses traumatis tersebut, korban yang terpapar atau menggunakan salah satu objek tertentu bisa jadi akan teringat dan terpancing, yang kemudian menjadi fetish.

Selain itu, masih banyak faktor lainnya yang bisa jadi penyebab timbulnya fetish. Seperti punya kepribadian yang rendah diri, merasa tidak bisa menjalin hubungan yang nyata dengan orang normal, sehingga dapat memunculkan perasaan direndahkan. Akhirnya, dengan melakukan fetish mereka akan merasa bisa melakukan kontrol.

“Misalnya pada kasus ini, dia menyuruh seseorang untuk mengikuti tepat seperti yang dia mau. Kalau salah dikit, enggak kencang ikatannya, dia akan sangat marah. Sebenarnya dia di satu sisi itu rapuh, ragu tentang kejantanan dia sendiri, takut akan dapat penolakan dan penghinaan, makanya dia caranya dengan fetish-nya itu,” papar Ayunda.

Terapi dan Pengobatan

Perilaku fetish berlebihan yang tak dapat terkontrol dan sudah mengganggu baik secara pribadi maupun lingkungannya bisa pulih dengan mengikuti terapi dari psikolog klinis dan psikiater. Sebab hanya dua profesi tersebut yang punya kompetensi untuk memberikan terapi.

Adapun jenis terapi yang biasa diberikan adalah Cognitive Behavior Therapy (CBT). Terapi ini bertujuan untuk mengubah pikiran yang sebelumnya tidak adaptif hingga mencapai perilaku yang lebih adaptif—lebih bisa diterima masyarakat. Kemudian, bisa juga melalui pengobatan atau farmakologis yang diresepkan oleh psikiater.

“Misalnya ketika ditemukan kecemasan, berarti anti cemas. Jadi, obat-obat memang golongan tertentu yang sesuai dengan kondisi si penderita. Jadi kalau ada kesadaran dari penderita, kita bisa melakukan terapi-terapi itu,” imbuhnya.

Sedangkan untuk para korban dari pelaku gangguan fetish harus dilihat dulu seberapa besar dampak traumanya, kemudian akan disesuaikan dengan treatment yang diberikan. Secara umum korban akan mendapat pendampingan psikologis berupa konseling untuk kasus yang masih ringan hingga CBT untuk kasus yang lebih berat.

“Saya baca Unair juga sudah buka jalur untuk ditangani secara psikologi. Jadi bagus banget, semakin cepat ditangani, semakin bagus juga kesempatan dia (korban) untuk pulih dari trauma sehingga jangan sampai dia nanti menjadi pelaku,” ujarnya.

Di akhir wawancara, Ayunda berpesan kepada para mahasiswa dan masyarakat umum agar berhati-hati dalam bergaul.

“Bukan berarti saya mengajarkan pilih-pilih, enggak. Tapi pelajari dulu latar belakang teman yang bersangkutan, sehingga menjaga kita dari hal-hal yang tidak diinginkan. Jangan memberikan nomor pada orang yang tidak dikenal, ketika ada yang nge-DM dengan modus begitu segera diblok, kadang ada yang manipulatif itu yang harus diwaspadai,” tutupnya. (wil/len)



Kolom Komentar

Share this article