Berita Kampus

Dilema Mahasiswa Rantau di Tengah Pandemi Corona

Dilema mahasiswa rantau di tengah pandemi

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


Sumber Gambar: Dok. Pribadi

SKETSA - Pandemi virus corona (Covid-19) yang belum menemukan titik terang, membuat beberapa aktivitas masyarakat terhambat. Himbauan dari Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo meminta agar warga melakukan seluruh kegiatan dari rumah, seperti bekerja, beribadah, hingga proses pembelajaran. Mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan di luar daerah asalnya tak luput terkena imbasnya. Dilema sedang dihadapi oleh pilihan menetap di tanah rantau atau kembali ke kampung halaman.

Andi Ainun Namri salah satu dari mahasiswa yang mengalami kebimbangan. Ainun, sapaan akrabnya berasal dari Kota Bontang. Sebagai mahasiswa perantau, Ainun mengaku telah nyaman dengan rutinitas perkuliahan namun pandemi yang sedang melanda menggoyahkan pilihannya.

Kendati demikian, Ainun memilih untuk kembali ke Bontang. Ia merasa lebih aman saat berada di rumah dan keluarganya meminta ia untuk kembali. Saat kembali ke rumah, pihak keluarga melakukan sterilisasi dengan menggunakan disinfektan kepada Ainun melalui penyemprotan.

“Aku putuskan untuk balik, orang tua juga minta, aku langsung lapor ke Dinkes setempat dan oleh pemerintah langsung meminta aku isolasi 14 hari, ini sudah hari ke 8 dan tidak ada pemeriksaan lebih lanjut, kecuali kalau aku bergejala,” ungkap mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) ini, Jumat (3/4).

Keputusannya menjadikan Ainun sebagai Orang Dalam Pemantauan (ODP) meski begitu ia mengaku hal tersebut biasa dan tidak mengartikan pandangan negatif.

“Bagiku, ODP itu hanya status untuk seseorang yang lepas berpergian seperti aku. Selama kita patuhi perintah pemerintah, aman aja, keluarga dan lingkungan sekitar rumah juga sejauh ini biasa saja walau aku ODP,” tutur Ainun.

Hal demikian juga terjadi pada salah satu mahasiswa Fakultas Hukum (FH) angkatan 2018 asal Kalimantan Utara (Kaltara). Dewi--bukan nama sebenarnya--mengaku bahwa masih nyaman berkegiatan di tanah rantau walau di tengah pandemi, namun ia harus kembali ke kampung halaman setelah berdiskusi dengan teman-teman yang tinggal seasramanya untuk menghindari kemungkinan yang lebih buruk di tanah rantau.

Hal ini menjadikan ia dan teman-teman satu asramanya sebagai ODP sesampai di kampung halaman. Berbeda dengan Ainun yang mengaku hal ini merupakan hal biasa, Dewi mengaku merasa waswas mengenai statusnya.

Lain pandangan dari Ainun dan Dewi, Lola Penni Lumi dan Josua Pramudya Lung memilih untuk tidak kembali ke kampung halaman.

Lola sapaan akrabnya merupakan mahasiswa perantau dari Kabupaten Berau. Ia mengaku berat tidak dapat berkumpul kembali bersama keluarga dan berusaha menghadapi pandemi di tanah rantau dengan mandiri.

“Sedih banget enggak bisa pulang, sampai nangis, ingin kayak teman –teman lain bisa pulang, tapi ini demi kebaikan dan kesehatan keluargaku di sana (Berau),” ucap mahasiswa program studi Ilmu Komunikasi 2017 ini.

Meski telah dibujuk kedua orang tua untuk kembali, Lola memaparkan pertimbangannya untuk memilih menetap. Bagi Lola, pandemi corona adalah musuh saat ini yang harus dilawan secara tegas.

“Meski aku harus melakukan semuanya di kos, bahkan kayaknya bentar lagi tinggal aku aja yang di kos, tidak apa-apa,” tambah Lola.

Senada dangan Lola, Josua, panggilan sehari-hari mahasiswa program studi Ilmu Hukum mengaku bahwa sempat terbesit untuk berkumpul bersama keluarga di Ujoh Bilang, Mahakam Ulu. Namun, ia memutuskan untuk menetap di tanah rantau dengan alasan kesehatan dan kebaikan bagi keluarganya di sana.

Walaupun rasa khawatir kedua orang tua kerap menanyakan kapan Josua akan kembali ke kampung halaman.

“Karena sebelum pelarangan keluar itu udah tahu kalau memang enggak boleh balik. Lagipula jaringan enggak bagus disana, makanya enggak (balik), takut ketinggalan kuliah,” pungkas Josua. (eng/syl/ann)



Kolom Komentar

Share this article